Part 32. Hati yang suram

713 77 3
                                    

Dua hari setelah kematian Keisya Maheswari. Rumah berlantai dua dengan pagar besi yang menjaganya masih terlihat sedikit suram. Aland atau pun Ratu tidak berkunjung sama sekali meskipun hanya sekadar menjenguk, mereka seakan menutup diri dengan sang pemilik kediaman. Parahnya setelah mengetahui keadaan Keisya, Aland sempat sakit parah namun beruntung lah kedua orangtuanya bisa menanganinya dan memberikan penjelasan. Bi Ningsih tidak jauh berbeda, wanita itu sering menangis dan sampai sekarang menjadi lebih pendiam. Semua perubahan itu tak pernah luput dari perhatian Aldric.

Pada nyatanya Aldric adalah seseorang yang paling tersakiti di sini. Di kamar yang luas dengan nuansa gelap, ia duduk sembari memandangi wajah Keisya di balik figura. Foto itu diambil saat pertama kali gadis itu menanam sayurannya, masih dengan tangan penuh tanah dan wajah yang belepotan karena air kotor. Saat itu juga entah keberanian dari mana ia memotretnya diam-diam, menjadikannya wallpaper ponsel hingga sampai membuatnya tersenyum seperti ini.

Seharusnya ia menahannya kala itu, tidak membiarkan kata-kata talak terlontar sampai membuatnya tersakiti baik fisik atau pun hati. Ya, jujur dirinya memang bodoh, melepaskan Keisya begitu saja padahal ia sudah mencintainya dengan sangat. Ia terlalu pengecut untuk menolak perintah dari orang di atasnya. Seandainya Keisya masih di sini, pasti sekarang dia akan mengetuk pintu kamar, memanggilnya dengan takut-takut untuk segera turun agar bisa sarapan.

Satu cincin pernikahan tersemat di lehernya dalam bentuk kalung. Di sana terdapat tulisan yang menandakan jika pemiliknya adalah seorang Keisya. Tampilannya sangat elegan, bahkan Aldric tidak pernah melepaskan benda tersebut. Kamar Keisya dikunci rapat, tak ada seorang pun yang boleh memasukinya kecuali dirinya sendiri. Ia akan menjadikan tempat tersebut sebagai ruangan favorit, di mana ia bisa merasakan kehadirannya. .

"Zean, bagaimana?"

"Semua buktinya sudah saya dapatkan bapak."

"Bagus, dan tolong Carikan data tentang istriku juga."

"Baik."

Tidak, bukan Aldric curiga jika istrinya benar-benar melakukan tindakan senonoh seperti di video. Hanya saja ia merasa antara Keisya yang dulu pertama kali bertemu dengan Keisya yang sekarang terlalu banyak perbedaan untuk sekadar dikatakan amnesia. Ia pun kembali teringat pada mimpi kemarin, Keisya yang sedikit demi sedikit mengatakan kebenarannya.

"Gimana kalau Keisya bukan Keisya?"

Sungguh hal itu mengganggu pikirannya. Sejak di taman melihat bagaimana caranya dia berinteraksi menunjukkan bahwa gadis itu sudah aneh. Keisya yang ia kenal begitu angkuh, dia memiliki tatapan tajam dan mengintimidasi, saat bertemu dengannya yang ke dua kali, tak pernah sekalipun ia melihatnya memandang tepat di mata, dia lebih sering mengalihkan pandangannya dan berucap dengan terbata-bata seperti ketakutan.

Ia tau saat itu dia masih dalam pemulihan karena amnesia, namun bukan karena itu saja ia mencurigainya. Seorang Keisya sangat menyukai wine, ia sangat hafal bahkan Oma pun demikian. Namun saat makan malam itu dia begitu menghindarinya, menutup hidungnya dengan lengan seperti begitu jijik dan sesekali ia hampir muntah. Padahal jika sebelumnya memang suka tidak akan bereaksi seperti itu. Gerak-gerik lebih peka dari apapun.

"Pak, ini terlihat aneh."

"Kenapa?"

"Ada kegiatan mencurigakan sebelum kecelakaan terjadi."

"Katakan."

"Nona Keisya mentransfer sejumlah uang dengan nominal 2 miliar ke sebuah rekening asing. Namun setelah kejadian itu kita tidak pernah melihatnya berbelanja lebih dari satu juta, bukankah ini terlihat aneh?"

"Siapa penerimanya?"

"Faisal Hermansyah. Seorang dokter spesialis operasi plastik yang saat ini berada di Thailand."

Eternal Love Of Dream [End]Where stories live. Discover now