Part 4. Reality

1.4K 120 8
                                    

Sudah tiga hari sejak kepulangan Fathimah ke kediaman Maheswari tidak ada yang berubah pada sikap diamnya, ia tidak membuka pintu kamar dan mengurung diri di dalam, bahkan bibir ranumnya terkatup rapat tidak ingin berbicara. Tatapannya yang kosong terus tertuju pada cermin bulat yang ada di dalam kamar dengan nuansa serba putih. Ia memperhatikan dengan lekat wajah yang saat ini ia gunakan, berbeda, begitu cantik tetapi ia tidak menginginkannya.

Di sampingnya, tepat di atas meja terdapat dua potong roti isi dengan selai strawberry tersaji, masih utuh bahkan untuk meliriknya saja Fathimah enggan melakukan. Pikirannya begitu kacau, banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan entah bagaimana ia bisa pulang sekarang, orang kampung terlebih seperti Khadijah tidak akan bisa menerima dongeng anak yang ia ceritakan meskipun dengan tangisan.

"Kak, buka pintunya, Nara bawa makanan favorit kakak."

Suara itu, Fathimah sudah sangat hafal siapa pemiliknya. Nara, gadis cantik dengan pandangan yang teduh, dia selalu datang ke kamarnya dengan membawa banyak makanan dan susu putih yang masih hangat. Setiap kali datang, tersirat di wajahnya kesedihan yang mendalam, bahkan kemarin ia dapati Isak tangis yang keluar dari bibir mungilnya.

"Kalau kakak nggak mau buka pintunya yaudah nggak apa-apa. Tapi roti di atas meja dimakan ya, kak. Nara gak mau kakak sakit gara-gara dari kemaren belum makan."

Fathimah menghiraukan seruan Nara, kini arah pandangnya tertuju pada foto ukuran besar yang ada di samping lemari. Keluarga besar Maheswari, dengan pemimpin keluarga adalah Danuarta Maheswari, di sampingnya wanita cantik dengan kebaya modern itu adalah Ajeng Pramudita Maheswari. Di bagian depan, dua putri cantik duduk dengan anggun, Keisya dan tentu saja dengan Nara.

"Siapa gadis itu?"

Fathimah tertegun, bagaimana mungkin ia bisa menggunakan wajahnya? Apa ia berbuat salah pada dia sampai-sampai ingin balas dendam? Cukup lama bergelut dengan pikiran, hingga tiba-tiba kesadarannya kembali karena suara ponsel yang berdering nyaring. Pandangannya menelisik, berusaha mencari benda pipih itu.

"Edward?" Kini nama seorang lelaki terpampang jelas di layar ponsel yang ia temukan di samping bantal.

Untuk beberapa saat Fathimah hanya bisa melihat ponsel di genggaman dengan pandangan aneh. Belum pernah sekalipun ia memakai benda pipih nan canggih itu, ia hanya bisa melihatnya di TV sewaktu menonton sinetron di kampung, dan sekarang ia bisa menyentuhnya akan tetapi tidak berani untuk memakainya, takut jika ada hal-hal aneh dan berbahaya.

"Bagaimana cara menggunakan ini?" tanyanya bingung.

Fathimah menekan layar ponsel menirukan artis-artis sinetron yang ditonton, sampai kemudian tanpa ia sadari panggilan Edward terangkat dengan sendirinya.

"Sayang-."

"Astaghfirullah!"

Fathimah terkejut bukan main, ponsel putih dengan gambar apel di belakangnya itu terlempar ke atas tempat tidur. Suara berat dari Edward membuat tubuhnya bergetar takut, masih ingat dengan jelas bagaimana malam itu dirinya dipaksa untuk memasuki ruangan gelap, sentuhan di lengan, dorongan di pundak, ia sangat tidak suka.

"Sayang? Kamu kenapa?" Edward yang tidak lain pacar Keisya kembali membuka suara. Sekarang jauh lebih lembut dari sebelumnya.

Namun meskipun dia memanggil nama Keisya puluhan kali nyatanya tak akan pernah ia dapati jawaban. Fathimah yang saat ini menjadi Keisya tertunduk takut di pojok kamar sembari memeluk erat kedua betisnya. Nada mesra Edward yang biasanya membuat para gadis terlena tidak mempan kepadanya, kini ia hanya bisa meringkuk menyembunyikan wajahnya yang berair.

Ya Fathimah menangis, berusaha meluapkan emosi tertahan yang sudah ia pendam dua hari ini. Sejujurnya ia sangat lelah, memiliki identitas orang lain, yang bahkan dirinya saja tidak mengenalnya. Meskipun kaya dan berkecukupan, sungguh ia tidak ingin itu semua, ia hanya ingin pulan ke desa, bertemu dengan Khadijah, Zaki, Laila dan Laily, tak apa jika harus bekerja di sawah lagi.

Eternal Love Of Dream [End]Where stories live. Discover now