Part 18. Kubangan Mimpi

813 92 2
                                    

"Bapak, saya sudah mengirimkan email kepada anda. Perusahaan YG Group Tidak memiliki rantai modal yang bagus setiap tahunnya."

"Baik, terimakasih laporannya."

Entah mengapa Aldric mengikuti saran bodoh dari David. Kini dirinya sudah berada di toko Sunflowers memilih bunga yang sekiranya cocok untuk Keiysa setelah sebelumnya masih fokus membicarakan masalah perusahaan. Puluhan kelopak indah menghias rapi di balik kaca, menghadap jalan memanggil orang-orang untuk membelinya. Kemudian netranya tertuju pada sekumpulan Mawar merah, nampak mencolok karena berdiri di antara puluhan bunga berwarna pastel. Bibir tipisnya tertarik ke atas, membentuk bulan sabit sempurna.

"Bisa tolong bungkus bunga itu? Saya ingin membelinya."

"Baik, pak. Tunggu sebentar."

Perempuan yang menggunakan jepit rambut putih di belakang kepala mengambil beberapa tangkai Mawar segar. Kemudian ia menyusunnya sedemikian rupa hingga membentuk buket indah. Di beberapa titik, ia juga menambahkan hiasan bunga kecil sebagai pemanis, dan kartu nama yang tersemat di bagian sudut, pada sentuhan terakhir terlilit pita putih yang melingkar, sempurna.

"Ini, bapak. Totalnya 450."

Aldric menyerahkan black card-nya sebagai alat transaksi, dompetnya belum terisi uang dari kemarin jadi ia hanya bisa memakai benda tipis tersebut, bukan bermaksud pamer, hanya saja memang seluruh asetnya ada di sana. Selagi menunggu ia menghirup dalam-dalam aroma mawar di dekapan, sangat wangi. Ia berharap apa yang David katakan benar, jika Keiysa nanti akan senang dan menerimanya.

"Terimakasih bapak."

"Hemm."

Mawar indah itu Aldric bawa ke mobil, sedangkan David sedari tadi lelaki itu berada di dalam kendaraan tersebut, entahlah dia memang tidak ikut andil untuk rencana sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mawar indah itu Aldric bawa ke mobil, sedangkan David sedari tadi lelaki itu berada di dalam kendaraan tersebut, entahlah dia memang tidak ikut andil untuk rencana sekarang. Saat di mobil pun lelaki berkaca mata itu terkekeh geli, karena tau sang tuan sangat asing dengan barang romantis seperti ini. Bahkan saking kurang ajarnya ia membiarkan sang tuan menggerakkan sendiri kursi roda, jika bukan sahabat Aldric, mungkin ia sudah ditendang ke mars.

"Apa lagi yang harus kita beli?" tanyanya pada sang ahli.

"Perempuan kayak dia juga suka boneka. Kamu bisa beliin tuh beruang kecil yang gemesin. Fix, Keiysa pasti suka."

"Ke toko boneka."

"Asiapp!"

Beginilah hari Minggu Aldric, diisi untuk memburu hadiah hanya untuk menenangkan hati Keiysa. Hingga tanpa sadar saat ini matahari sudah tenggelam, dua benda di kursi belakang membuat senyum tipis terukir. Malam ini ia memutuskan untuk mengungkapkan semuanya, dan ia juga ingin mengakhiri kontrak yang sudah ia tandatangani itu.

"Bapak, kita sudah sampai."

"Terimakasih." Aldric yang ingin membuka pintu tertahan karena suara David dari kursi pengemudi. "Kenapa?" tanyanya bingung.

Eternal Love Of Dream [End]Where stories live. Discover now