Part 27. Permainan di mulai

698 74 7
                                    

Edward terbangun dalam keadaan kebingungan, semalam teringat jelas jika dirinya bersama Nara dan gadis itu memberikan ia obat perangsang. Jadi kemana dia sekarang? Ia berharap tidak melakukan sesuatu yang buruk. Netranya yang tajam mengedar, merasa asing dengan ruangan yang kini ia tempati. Kemudian pandangannya teralihkan oleh suara gelas dan sendok yang saling beradu. Di sana dapat ia lihat seorang perempuan sedang menyeduh sebuah teh hijau.

"Kamu sudah bangun? Minum lah."

"Apa yang aku lakukan padamu?" tanya Edward cepat. Ia tidak mengingat apapun. Entah apa saja yang Nara masukkan ke dalam minumannya.

"Tidak ada, kamu hanya menumpang tidur di sini."

"Sungguh? Mengapa aku tidak memakai apapun?"

"Aku tidak tau, semalam aku tidur di kamar tamu."

Edward tidak percaya, ia semakin menggali ingatannya. Bukannya mendapatkan jawaban ia malah semakin pusing, sial. Ia takut jika sampai menghamili anak orang, tidak apa bila Keisya, tetapi jika orang lain? Ia tidak ingin menikah dengan siapapun kecuali itu Keisya.

"Terima kasih, aku harus pergi."

"Hemm."

Edward memakai seluruh bajunya cepat, ia bahkan tidak menyentuh teh hangat yang sudah Fathimah buatkan. Gadis itu tersenyum tipis, mengingat kejadian semalam benar-benar membuatnya hampir tertawa. Ya, dirinya bersyukur Edward tidak mengingat apapun terlebih bahwa lelaki itu sempat memanggilnya Sasa, itu sangat mengerikan.

Sedangkan Edward, kini ia sudah memasuki apartemennya, terkejut melihat Nara yang berada di balik pintu dengan tangan yang diikat. Buru-buru ia melepaskan talinya, dan meletakkannya ke atas sofa. Terdengar erangan lantang, Edward kesal karena tidak bisa mengingat apapun.

"Hei, Ra. Bangun."

"Eughh ... Tangan Nara sakit."

"Ck, nggak usah sok polos. Apa yang Lo lakuin kemaren itu gila! Pergi dari sini secepatnya."

*Nggak, kak Edward. Nara janji nggak gitu lagi ... Please jangan tinggalin Nara."

"Nggak, pergi dari sini sekarang juga."

Edward melempar baju Nara ke atas ranjang, menyuruh gadis itu untuk segera mengganti pakaiannya, ia tidak ingin orang-orang berpikiran aneh dan memintanya bertanggung jawab atas apa yang tidak pernah ia lakukan . Ia pun langsung menuju kamar mandi, cukup lama di dalam, sengaja karena setelah keluar ia ingin jika gadis yang tidak lain adalah adik dari pacarnya itu sudah pergi.

***

Waktu berjalan cepat, sudah sebulan lamanya kejadian Nara yang bertingkah aneh masih membekas di benak. Dari semenjak itu pula Edward berusaha mencari tau pemilik apartemen yang sempat ia tumpangi, namun sehari setelah kejadian itu dia hilang secara mendadak, seluruh barang-barangnya pun demikian, ia jadi penasaran.

Keadaannya semakin tidak terurus, rambut kian panjang sampai menutupi bagian leher. Di bagian bawah hidung dan dagu, sudah banyak rambut-rambut halus yang melekat. Kantung mata Edward adalah yang paling menarik perhatian, di mana kini kelopak matanya nampak hitam seperti panda, membuktikan bahwa dia kurang istirahat.

Pekerjaannya selama ini hanya mabuk dan mabuk. Ia tidak lagi memikirkan tentang perusahaannya, bahkan beberapa investor sudah menarik sahamnya karena merasa dirugikan. Setiap pagi ia akan main ke klub atau tempat-tempat dulu pernah bertemu Keisya. Ia merindukan gadis itu, dirinya pun akan pulang malam. setelah malam itu ia semakin menjadi lebih pendiam.

Berbeda halnya dengan Aldric, lelaki itu semakin memanjakan Keisya dari hari ke hari. Seperti hari ini, ia mengajaknya untuk berbelanja di mall salah satu jakarta. David pun sedari tadi mengekor di belakang, apapun yang tuannya katakan secara cepat ia lakukan. Masih dengan kursi roda, tetapi tidak menutup mata bahwa Aldric adalah laki-laki sempurna di kalangan perempuan.

Eternal Love Of Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang