Part 38. Bintang yang bersinar terang

714 75 10
                                    

Matahari sudah tenggelam, langit gelap menghiasi sekitar. Suara angin bergesekan dengan bambu membuat bunyi indah layaknya seruling. Khadijah memaksa Keisya untuk menginap di rumahnya dengan alasan kalau di desa kendaraan motor sangat susah untuk lewat, bahaya kalau perempuan sepertinya sendirian, katanya.

Sedangkan Fathimah, setelah bertemu dengan Keisya di sumur sikapnya begitu canggung. Kata hamil benar-benar membuatnya terdiam lama. Pikirannya bergelut dengan banyak hal terlebih soal Edward. Ia kembali mengingat kejadian sebelum datang ke Bondowoso. Namun secepat mungkin ia menepis hal itu, ia hanya merasa sakit kemarin.

"Kak Kei, kita main tebak-tebakan yuk. Kalau kak Keisya menang nanti dapet hadiah loh."

Keisya menoleh ke samping, mukena masih menyelimuti tubuhnya, ia baru selesai salat isya. Di samping lemari ada Laila dan Laily yang sedang menunjukkan wajah memohon, dan ada buku serta pulpen di atas meja kecil. Tidak jauh dari itu ada Zaki, laki-laki hampir dewasa yang sedang sibuk mengerjakan PR dekat dengan ruang tamu. Semuanya terlihat cukup sibuk.

"Boleh. Main apa?" tanya Keisya, ia langsung menutup Al-Qur'an yang sebelumnya dibaca. Wajahnya berseri-seri, tubuhnya berputar menghadap ke arah sang adik dengan penuh semangat. Sudah lama ia tidak bermain tebak-tebakan seperti ini.

"Kakak tinggal jawab pertanyaan Laila doang kok. Insya Allah mudah banget."

"Hmm, iya." Tanpa dijelaskan ia paham dengan itu. Bahkan dulu setiap malam dirinya akan memainkannya.

"Nah, yang pertama nih. Satu yang tidak ada duanya di dunia ini apa kak?"

"Allah Subhanallahu Taala."

"Lima yang nggak ada enamnya?"

"Sholat lima waktu."

"Sesuatu yang Allah ciptain tapi Dia nggak suka sama suaranya?"

"Keledai."

"Maksud dari kuburan berjalan membawa isinya?"

"Nabi Yunus Alaihis Salam yang ditelan ikan Nuh, bentuknya seperti ikan paus tetapi lebih besar."

"Makhluk yang diciptakan tanpa ke dua orang tua?"

"Nabi Adam Alaihis Salam."

"Bernafas tapi tidak bernyawa?"

"Waktu subuh."

"Nabi yang berbicara dengan Allah di dekat api gurun pasir?"

"Nabi Musa Alaihis Salam."

"Sesuatu yang halal dimakan tapi haram diperjualbelikan?"

"Daging qurban."

Laila melirik saudara kembarannya sebentar, kemudian ia berbisik lirih, "Mareh lah?" (Sudah)

"Iyeh." (Iya)

"Sip!"

Ekhem!

Keisya berdehem kala dirinya merasa diabaikan. "Gimana? Jawaban kakak bener semua kan?" tanyanya sedikit sombong.

Sudut bibirnya membentuk seringai tipis. Sudah bertahun-tahun ia bermain seperti itu bersama sang Abi, namun setelah laki-laki itu tiada ia tidak pernah melakukannya lagi, namun kali ini ia bisa bermain dengan kedua adiknya, ia senang, sangat.

"Hehehe Laila nggak tau kak. Tapi makasih ya ..."

Keisya mengerutkan keningnya, bagaimana bisa kedua adiknya tidak tau jawabannya padahal mereka sendiri yang mengajaknya bermain, kemudian ia teringat dengan kejadian serupa di masa lalu. Tangannya menepuk dahi hingga menimbulkan bunyi cukup keras. "Itu PR kalian?" ujarnya penuh intimidasi.

Eternal Love Of Dream [End]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα