Part 44. Untuk Dunia dan Akhirat {END}

2.6K 130 40
                                    

Kemarin, setelah drama menegangkan bersama keluarga Winata akhirnya Aldric mendapatkan suaranya sendiri, meskipun ia harus merelakan beberapa hal akan tetapi ia tak pernah menyesalinya. Violet, gadis itu awalnya tidak menerima keputusan tersebut, bahkan dia sempat mengambil pisau di atas meja dan mengancam akan memotong nadinya sendiri, tetapi setelah dibicarakan baik-baik dia mulai sadar, bahwasanya apa yang ada di dalam hatinya hanya lah obsesi semata.

Pagi ini seperti biasa, Aldric akan memesan makanan atau memasak mie instan sendiri di dapur dengan bermodalkan bahan-bahan sederhana, ia terlalu malas untuk masak, jika pun bisa pasti rasanya akan hambar atau asin. Namun baru saja ia sampai di ruang tengah aroma harum dari berbagai masakan terkuak hingga ke seluruh rumah. Wangi seafood yang memabukkan membuat ia terpejam menikmatinya, sungguh ia merindukan hal itu.

"Selamat pagi, den, Aldric."

Aldric tersadar dengan sapaan dari seseorang, matannya terbuka cepat, di depannya kini ada bi Ningsih sembari membawa nampan berisi banyak makanan. Kerang, lobster dengan bumbu merah serta cumi tumis yang menjadi kesukaannya, lengkap dengan sayuran.

"Mari, den. Sarapan. "

"Emm, baik, bi. Terima kasih."

Tak ingin semakin canggung Aldric langsung menuju meja makan, selama itu ia mengingat kapan pertama kali perempuan itu pergi dari rumah, seingatnya saat pertama kali Keisya pergi, dengan alasan pulang kampung bi Ningsih pun pergi, padahal ia tau betul dia tengah begitu sedih.

Ia tidak menyangka jika dia akhirnya benar-benar kembali. Selama makan sesekali ia melirik ke arahnya, masih sama seperti dulu, baik dan perhatian. Pikiran buruk yang sebelumnya bersarang tentang bi Ningsih seketika menguap.

Setelah acara makan Aldric memiliki janji bersama Keisya. Katanya gadis itu ingin memberikan hal yang serius, jangan tanyakan bagaimana senangnya dirinya, menemui pujaan hati meskipun pada kenyataannya dia belum membalas perasaan yang ia berikan kemarin.

"Bagaimana kabar anda?"

"Saya baik."

Masih dengan menjaga pandangan, kini Keisya lebih memilih untuk menatap ponselnya yang ia letakkan di atas meja. Aldric pun tidak tersinggung, malah ia senang karena perempuan yang ia cintai begitu menjaga seperti ini.

"Apa yang ingin anda bicarakan?" Aldric menarik kursi di depan Keisya, ia langsung duduk dengan tenang.

"Apa anda benar-benar mencintai saya?"

"Tentu saja."

"Lalu, bagaimana dengan pernikahan anda dengan Violet?" Sembari bertanya, Keisya meremas ujung hijabnya yang berada di bawah meja. Ia gugup, dan betapa tak tahu malunya ia bertanya tentang itu. Oh ayolah beritanya sudah tersiar dimana-mana, pasti Aldric akan malu bukan?

'Astaghfirullah, sepertinya ini salah'

"Saya sudah membatalkan pernikahan itu. Jadi apa anda ingin menikah dengan saya?"

'Apa?!'

Kepala Keisya terangkat, melihat wajah Aldric dengan penuh. Tidak lagi sepatu dan lantai yang menjadi pusat perhatiannya melainkan manik cokelat gelap yang ada pada Aldric, begitu jernih, bahkan bisa ia lihat dirinya pada retina itu.

"Benarkah?"

"Tentu saja. Saya sudah menjelaskan kemarin bahwa perempuan yang saya cintai adalah anda. Perempuan yang saya harapkan menjadi ibu dari anak-anak saya adalah anda. Seorang sahabat yang bisa membimbing saya menjadi lebih baik adalah anda, Fathimah Alicia Az-Zahra, tidak ada perempuan lain di hati saya sekarang atau pun nanti. Jadi, maukah anda menjadi bidadari surga saya, di dunia dan akhirat?"

Eternal Love Of Dream [End]Where stories live. Discover now