Part 11. Seperti Biasanya

932 95 9
                                    

Sudah seminggu Keisya menjadi istri dari seorang Aldric Al-Malik. Kesehariannya tidak jauh seperti kebiasaan lama sewaktu di desa. Ia akan bangun jam tiga, melaksanakan salat tahajud dan dilanjutkan dengan memasak dan setelahnya menyiapkan semua keperluan kantor Aldric. Dapur yang biasanya masih sepi saat ini sedikit ramai, diisi dengan gesekan antara satu benda dengan benda yang lain.

Jemari Keisya dengan lihainya memasak beberapa lauk dan sayuran. Capcay, perkedel jagung, tempe manis yang sedari dulu menjadi favoritnya, ditambah juga ada tahu goreng yang ia masak dengan bumbu sederhana namun memiliki cita rasa yang tak kalah dengan restoran bintang lima, jangan lupakan berbagai olahan ayam yang menjadi makanan kesukaan Aldric, ia juga tau jika lelaki itu sangat tidak menyukai bawang.

"Alhamdulillah, udah selesai."

Keisya bertepuk tangan bangga, namun sedetik kemudian senyum lebar yang awalnya tersungging langsung sirna. Di depan sana, tepat di bawah tangga yang terhubung dengan Lift pribadi, terlihat Violet tengah mendorong kursi roda Aldric ke meja makan. Terdengar juga tawa kecil di bibir ranum gadis itu, seakan dunia milik berdua bukan? Lalu, apa kabar dengan hatinya? Yah, ia rasa baik-baik saja.

"Wahh keliatannya enak banget nih. Ini kamu sendiri yang masak? Aku boleh ikutan makan gak?"

Violet bertanya, namun belum juga mendapatkan jawaban ia sudah menarik kursi tepat di samping Aldric. Tatapannya terus tertuju pada makanan yang terlihat menggiurkan. Benar memang, selama ini Keisya yang memasak semuanya, ia tidak membiarkan Bi Ningsih untuk mengambil alih dapur. Seperti yang ia katakan sebelum pernikahan, bahwa ia akan melayani Aldric seperti seorang istri.

"Silakan. Saya juga menyiapkan makanan anda di sini," kata Keisya, menunjuk pada sup sayur yang berada tepat di tengah meja. Kepulan asap terus keluar dari kuah menunjukkan jika masih panas.

"Makasih Keisya ... Kamu emang yang terbaik!" Violet menunjukkan dua jempolnya bangga.

Keisya tersenyum menanggapi seruan itu. Bagaimana mungkin ia tidak tau dengan semua kesukaan sekretaris suaminya tersebut, dari kemarin dia sudah ada di rumahnya dan bercerita banyak hal meskipun tidak ada yang bertanya. Dia juga menginap lantaran pekerjaan kantor yang kian banyak, katanya ada beberapa investor yang ingin bekerjasama dengan The Ocean Group, oleh sebab itu dia harus tidur di sini.

"Al, kamu harus makan yang banyak. Hari ini jadwal kita padat banget. Nih ayam kesukaan kamu, terus sayurnya juga jangan lupa biar kamu nggak sakit."

Violet dengan semangatnya menyiapkan semua keperluan Aldric. Tidak butuh waktu lama piring putih dengan ukiran bunga ungu yang indah sudah berada tepat di depan lelaki itu, lengkap dengan nasi dan yang lain. Sedangkan Keisya ia juga melakukan hal yang sama, hanya saja dirinya terlambat dan lihat lah sekarang Violet yang menyiapkan makanan Aldric.

"Keisya, kamu juga nggak boleh diet. Ini makan yang banyak." Violet meletakkan ayam goreng ke piring perempuan di depannya, layaknya dia lah sang pemilik rumah.

"Terimakasih, mbak."

Aldric hanya menatap setiap adegan di depannya dengan wajah datar. Tidak ada tanda-tanda jika ia akan membela salah satu pihak, entah Violet ataupun Keisya. Ia memang dingin, begitu juga dengan hatinya. Tetapi siapa yang tau pasti isi hatinya, bagian penting dari manusia itu tentu hanya Tuhan yang tau.

"Duduk Keisya. Kita makan bersama," ujar Aldric, saat tau istrinya ingin ke dapur, seperti hari sebelumnya, perempuan itu sangat suka menyendiri, makan pun akan sendiri, entah apa yang dipikirkan.

Keisya mengikuti kemauan Aldric, ia makan dengan tenang, berbanding terbalik dengan dua orang di depannya. Sedari tadi ia melihat bagaimana sikap Violet yang terus menerus memberikan perhatian pada Aldric, dari makanan, minuman dan lain sebagainya. Selain itu, kemarin juga sempat ia lihat bagaimana gadis itu terus bergelayut manja di lengan sang suami.

Eternal Love Of Dream [End]Where stories live. Discover now