Part 41. Dia orang baik yang tersakiti

715 74 1
                                    

Karena paksaan, kini Keisya benar-benar ada di Jakarta. Setelah beberapa kali menolak pada akhirnya ia setuju untuk pergi, Khadijah membujuknya begitu keras, katanya, "Perjuangkan apa yang kamu cintai, sudah cukup kesedihan selama ini."

Dengan berat hati ia pun mengiyakan hal tersebut. Ia kembali menaiki kereta dan turun di pasar Senen. Dirinya tidak sendiri melainkan ada Fathimah yang ikut serta. Gadis itu memintanya untuk tinggal bersama di sebuah apartemen.

"Mbak, pak Aldric beneran nikah minggu depan?"

"Nggak percaya Lo?"

Keisya menggelengkan kepalanya tidak percaya. Sedetik kemudian Fathimah mengambil remote tv, menyalakan benda besar yang menancap di dinding. Sebuah berita menampilkan acara terkini di mana Aldric Al-Malik, pemilik dari perusahaan The Ocean Group akan melangsungkan pernikahan mewahnya di sebuah restoran ternama.

"See, beritanya udah dimana-mana. Kalau Lo masih cinta sama dia ya perjuangin."

"Terus mbak Violet gimana? Apalagi kematian Keisya udah disiarin."

"Lo harus berani buat ngambil resiko. Gue bakalan panggil Reza ke sini."

Seperti yang dikatakan, Fathimah langsung membuka ponsel baru yang ia beli tadi siang. Masih dengan bungkus yang rapi ia menghidupkan dan memasukkan kartu baru. Di sisi lain, Keisya menatap jejeran gedung menjulang tinggi di seluruh Jakarta. Seutas senyum tipis terbit di sudut bibirnya. Ingatan tentang Aldric berputar tanpa ia minta membuatnya lagi-lagi harus menahan sesak sekaligus kerinduan.

"Bisa ke apartemen? Gue udah di Jakarta."

"Ok."

Semua baju yang ada di dalam koper satu-persatu Keisya masukkan ke dalam lemari. Tidak banyak, karena ia pun enggan untuk berharap lebih terhadap Aldric dan berlama-lama di Jakarta, ia masih ingin merawat Khadijah dan membawanya ke rumah sakit. Mungkin waktu yang bisa ia berikan hanya seminggu, dan paling lama sebulan.

Suara deru mesin mobil terdengar nyaring dari bawah, Fathimah mengeluarkan kepalanya dibalik jendela. Laki-laki yang tak lain adalah Reza sudah datang, tangannya melambai sebagai sapaan, ia begitu tampan memakai kemeja biru yang dipadukan celana hitam. Sebelum masuk ia melirik sekitar, takut jika ada yang mengikutinya.

"Kakak!"

Reza berhambur ke pelukan Fathimah, tak ada keraguan sedikit pun di hati melihat perubahan dari wajah saudaranya itu. Ia seakan memiliki ikatan tak kasat mata yang menyatakan bahwa perempuan di depannya kini benar-benar kakaknya. Kemudian pandangannya beralih, menatap Keisya lamat sembari menunjukkan senyuman.

"Welcome back kak Kei," sapanya.

"Makasih."

"Maaf ...."

"Kenapa?" Keisya mengerutkan keningnya bingung, secara tiba-tiba Reza mengucapkan maaf kepadanya, tanpa melakukan kesalahan apapun.

"Aldric udah tau kalau kak Kei masih hidup."

"Apa? Bagaimana bisa?"

"Please jangan marah dulu kak. Sebelum itu kakak harus liat sendiri keadaannya sekarang. Dia berantakan banget, semua urusan kantor nggak ada yang selesai." Reza berujar dengan sungguh-sungguh.

"Udah terlambat, dia nggak pantes buat Keisya." Fathimah berujar sinis, sedari kemarin ia sudah kesal dengan laki-laki bernama Aldric itu. "Cowok kayak dia banyak, nggak usah dikejar," sambungnya.

Reza tertawa kecil, melihat bagaimana posesifnya kakaknya itu dengan Keisya terlihat lucu. Sungguh sangat banyak perbedaan antara dia dan yang palsu. Kakak yang ia pikir selalu memberikan kehangatan dan tatapan menuduhkan seperti dulu kini sudah hilang digantikan dengan hal-hal di luar batas. Tatapannya julid, kata-katanya yang penuh umpatan dan jangan lupa apapun yang ia inginkan tidak bisa dibantah.

Eternal Love Of Dream [End]Where stories live. Discover now