05

4.8K 212 4
                                    

Hari ini Haizen menyelesaikan rapat lebih cepat dari yang biasanya. Tadi, sebelum ia memulai rapat ia mendapat pesan dari Bibi Cha jika Lize telah sadar.
Ia ingin segera bertemu dengan istrinya itu.

"Peter.. Hari ini tolong handle ya, aku akan pulang lebih awal, Lize telah sadar dari tidur panjangnya. "

Peter yang mendengar perintah Haizen mengangguk dan berjalan mengikuti Haizen keluar dari ruangan rapat.

"Ku harap kau lebih bijaksana kali ini "
Peter memberi saran. Ia dan Haizen memang dekat, mereka sejak kecil telah berteman. Bahkan Haizen selau bercerita tentang keadaan rumah tangganya dengan Lize. Peter mengetahui apa yang terjadi dia minggu yang lalu. Kejadian itu sempat membuatnya terkejut. Bagaimana bisa Lize mengambil keputusan gila seperti itu.
.
.
Disinilah Haizen sekarang, dikamar milik Lize. Mereka memang tidur terpisah sesuai kesepakatan yang Haizen berikan kepada Lize sejak Ibunya tiada.

"Tuan"

"Bagaimana keadaanya sekarang Bibi"
Haizen menatap nanar Lize yang sedang terbaring bak putri tidur.

"Tuan itu.. Maaf sebelumnya.. " Bibi Cha ragu menjelaskan  keadaan Lize sekarang , ia juga bingung bagaimana menjelaskannya pada Tuannya itu.

"Bibi aku bertanya padamu bukan meminta maaf mu"

"Itu.. Nyonya Lize, sepertinya ada yang aneh Tuan"

Alis Haizen terangkat mendengar perkataan Bibi Cha, aneh bagaimana... dilihat saja saat ini Lize bahkan tertidur bak Putri.

"Aneh? "

"Tadi ketika Nyonya sadar, ia tampak tak ingat apa-apa Tuan"

"Bibi jangan bergurau, tidak mungkin overdosis membuat seseorang tak mengingat apa pun"

"Maaf Tuan, tapi tadi memang begitulah, bahkan namanya saja Nyonya tak Ingat"
Ia berbicara dengan hati-hati

"Hah.. Apa sekarang Dia sedang mrencanakan hal lain Bi, apa Dia ingin bersandiwara? "

"Maaf Tuan"

"Bibi Keluarlah, aku akan berada disini"

Bibi Cha meninggalkan kamar Lize atas perintah Haizen, bagaimana pun Haizen tetaplah suami dari Lize. Bagaimana pun keadaan Lize dia harus ada disisinya.

Cukup lama Haizen menatap Lize, ia mengambil setiap inci wajah itu. Tangannya bergerak ingin menyentuh kening Lize namun berhenti ketika kedua mata Lize terbuka.

"Kau sudah bangun"

Haizen berbalik duduk disofa namun tatapannya tetap terpaku pada Lize yang masih terbaring.

Lize yang mendapat pertanyaan itu melihat kearah sumber suara.

"Maaf anda siapa"?
Haizen yang mendapat respon demikian mencebik, ia tak menyangka akan mendapat pertanyaan itu dari Lize.
Sejak kapan ia tak mengenali suaminya.

" Apa overdosis membuat otak seseorang beku dan tak berisi"

Zea menatap kesal pada Haizen, siapa yang tak kesal mendapat perkataan itu, ia bahkan baru sadar di dunia yang berbeda ini . Dengan gerakan yang pelan, Zea duduk dan menatap Haizen.

"Apa mulut mu tidak di ajarkan sopan santun ketika berbicara"

Haizen menatap tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar keluar dari mulut seorang Lize. Wanita yang lembut dan rapuh itu kini berubah seperti orang yang tak kenal takut dan sangat cerewet.

"Nyonya Amerd....... " Ucapnya datar

"Sebentar Jika kau berkata Aku Nyonya seperti Bibi tadi lalu kau siapa, seenak saja masuk ke kamar orang"

"Apa sekarang kau tidak mengenali suami mu"?

" Apa suami, jadi kau Haizen Amerd"?

"Ya Lize, aku suamimu" Haizen menjawab dengan nada kesal bagaimana mungkin Lize tak ingat dengan suami yang selalu ia puja.

"Sial sekali"
Zea memijit keningnya, tadi saja ia sudah pusing, sekarang ia berhadapan dengan suami dari pemilik tubuh ini.
Zea melirik Haizen dari atas sampai bawah'tampan sih dan badanya sangat proporsional untuk seorang lelaki, tapi sayang pemghianat, mengingat ceritanya saja membuat ku kesal'

"Apa yang sedang kau rencanakan sekarang, berpura-pura hilang ingatan agar aku mengasihani mu? "

'Si brengsek ini, hei istrimu baru saja melewati maut dan sekarang kau bahkan menuduhnya berpura-pura'
Zea membatin, ia kesal dengan sifat lelaki ini. Setidaknya jika tak mencintai perlakukanlah dia ada disisi mu.

"Ahh rasanya aku ingin tidur kembali"
Zea berpura-pura kembali tidur, ia menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya. Berusaha mengabaikan keberadaan pria yang kini menatap heran padanya.

"Apa ini cara mu agar kita berpisah? Jika ya aku tidak akan mengabulkannya "

"Maaf tapi pintu keluarnya ada disana"
Zea mengabaikan Haizen , tangannya keluar dari selimut dan ia menunjuk kearah pintu kamar. Halus namun pasti. Ia mengusir Haizen.

Tolong siapa pun ingatkan Zea, disini Ia Bukan Zea Keylard melaikan Lize

"Kau....., apa tidak bisa berbicara dengan benar?"
Ia menyibak selimut Zea.

"Hai apa-apaan ini"
Zea protes dengan apa yang barusan Haizen lakukan,ini kenapa manusia satu ini suka sekali memancing emosi ya.

"Lihat aku"
Haizen memaku Lize dengan tatapan dinginnya. Sangat pemaksa sekali.

"Baik, nah sudah kan, sana pergi"
Zea mengusir Haizen lagi.
Zea berusaha menarik selimutnya kembali. Namun ditahan Haizen.

"Hei.. Istri berbicaralah yang sopan dengan suami mu"

"Aku tidak punya suami, jadi menyingkirlah, ahh Ken sialan itu jika bukan karena dia aku takkan berakhir disini" Zea menggerutu kesal dengan kehidupan barunya

Benar memang Zea tak memiliki suami tapikan kini dia tak menjadi Zea melaikan Lize.

Tiba-tiba Haizen naik , menangkup kedua tangan Lize di atas kepalanya dan menindihnya.

"Siapa" Tatapannya menjadi dingin ketika pendengarannya mendengar nama pria asing tak sengaja Zea ucapkan

"Apanya yang siapa sih, lepas"
Zea memberontak.

"Ken... Pria itu siapa"

Ahh dasar Zea, kenapa harus menyebut nama pria brengsek itu.

"Memangnya aku bilang tadi ya"?

" Jangan mengalihkan perkataan Lize"

"Ahh lupakan dia hanya tokoh dibuku yang aku baca, pria brengsek yang berselingkuh dari kekasihnya dan menjalin hubungan dengan sahabat kekasihnya, sangat brengsekk. "
Zea menekan kata selingkuh namun tatapannya menatap remeh Haizen

"Apa kau sedang menyinggung ku "

"Kau merasa? "

"Sejak tadi aku berusaha menahan emosi ku padamu Lize, Bibi Cha berkata sepertinya kau hilang ingatan tapi dari apa yang aku lihat sepertinya kau berpura-pura"

"Bisa tidak lepaskan tangan mu, aku benar-benar tidak tau siapa dirimu, jika kau suami ku kenapa kau merasa tersinggung dengan ucapan ku barusan"

Haizen terdiam. Genggaman tangannya pada Lize terlepas begitu saja.

"Jadi kau benar tak ingat sama sekali "?

" Tidak"

Lebih baik begini, aku memang tidak tau kan bagaimana kehidupan wanita ini disini dan suaminya ini, aku hanya tau ceritanya dari novel yang ku baca.

"Baguslah jika begitu"

'Hei apa-apaan itu setidaknya kau menunjukkan rasa empati mu pada istrimu yang hampir meninggalkan mu, ya walau sebenarnya dia sudah meninggalkan mu, apa sekarang dia senang karena jika Lize lupa ingatan maka dia akan bebas menjalin hubungan dengan mantannya itu'
Zea melamun, memikirkan semua ingatan cerita novel yang pernah ia baca.


Transmigrasi Zea KeylardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang