22

2.7K 126 8
                                    

Bibi Cha menarik nafasnya dengan berat. Sejak tadi Lize sibuk membuka satu per satu lemari yang ada dikamarnya. Bahkan kamarnya tampak seperti kapal pecah sekarang.

Jika kalian bertanya mengapa wanita tua itu hanya berdiam diri dan tak membantu Nyonya Muda itu???

Jawabannya hanya satu.

Lize tidak mengizinkannya. Lebih tepatnya Zea ingin mencarinya sendiri,ia tak ingin merepotkan orang lain hanya karena sebuah Cincin.
Ya, Cincin. Tapi dimana??!!!!

"Nyonya, sebentar lagi waktunya makan malam"
Bibi Cha mengingatkannya, terlebih lagi saat ini Lize bahkan masih mengenakan pakaian yang ia pakai saat kuliah tadi. Ia tak ingin Lize melewatkan waktu malam bersama anggota keluarga Amerd itu, setidaknya hubungan mereka yang tampak mulai ada kemajuan harus dipertahankan bukan??

"Kalau begitu Bibi segeralah turun,jika Haizen mencariku katakan padanya aku akan akan menyusul nanti"

"Tapi Nyonya bukankah tidak baik melewatkan makan malam bersama? "

"Bibi tenang saja mereka tidak akan menunggu ku, jadi segeralah Bi"

"Baik Nyonya "

Bibi Cha keluar atas perintah Lize.

"Nah.. Sekarang dimana benda kecil itu tersimpan, mengapa sangat sulit menemukannya"
Lize kembali mencari Cincinnya. Ia harus mendapatkannya jika tak ingin kuliahnya dibatalkan oleh suaminya.

.
.
.
.
Haizen dan Karin masih belum menyentuh makanan yang ada di meja. Mereka masih menunggu kedatangan Lize untuk bergabung dengan mereka.

"Kak, sepertinya kakak ipar akan melewatkannya lagi"

"Tunggu saja "ucap Haizen datar.

"Tapi aku sudah lapar, biasanya juga kakak tak mempermasalahkan jika aku makan lebih dahulu atau tidak, sejak kapan kita menunggunya "

"Sejak hari ini, kita harus makan bersama "

"Tapi kak... " Ucapan Karin terhenti ketika mendapati tatapan tajam dari Haizen.

Sudah tiga puluh menit berlalu, namun Lize belum juga muncul. Karin menatap kesal kakaknya, sejak kapan dia mulai peduli dengan hal sekecil ini. Sebelumnya saja Haizen tak pernah menunggu Lize untuk makan bersama bahkan untuk bertanya apakah istrinya sudah makan atau tidak saja tidak pernah ia lakukan.

Haizen memanggil Bibi Cha, setidaknya pelayan setia Lize ini tau mengapa tuanya itu tak muncul sejak tadi.

"Bibi, dimana Lize"????

" Nyonya masih berada dikamarnya Tuanya"

"Apa yang sedang ia lakukan, mengapa begitu lama"

"Nyonya berpesan bahwa ia akan menyusul Tuan"

"Apa yang ia lakukan dikamarnya, apa dia sedang bermeditasi lagi"????

" Maaf Tuan Muda, tapi Nyonya sedang mencari sesuatu untuk itu ia akan sedikit terlambat bergabung makan malam bersama Tuan dan Nona Karin"

"Begitu ya, baiklah Bi"

Bibi Cha berlalu meninggalkan Haizen dan Karin.

Haizen mengambil garpu dan sendoknya. Melihat itu Karin dengan cepat mengikutinya.
"Nah begitu, perutku sudah sangat ribut sejak tadi"

Haizen menyantap makanannya dalam diam. 'Dia tidak benar-benar menjualnya kan'

.
.
.

Cahaya mahatari masuk dari sudut jendela kamar Lize dan itu tampak mengganggunya. Sesekali ia bergerak ke kiri mencari tempat nyaman namun gerakannya terhenti ketika ia sadar bahwa ini sudah pagi. Dengan cepat ia segera bangun dan melirik jam.

"Aku akan terlambat"
Ia melompat dari tempat tidurnya dan berlari memasuki kamar mandi tak peduli dengan betapa kacaunya kamarnya saat ini.

Selama Lize menikmati ritual paginya selama itu juga pintu kamarnya diketuk dari luar.

Lize keluar dengan mengenakan bathrobe. Berjalan bak model kelas atas yang sedang melakukan fashion show. Tanpa ia sadari sepasang mata kini sedang menatap setiap langkahnya.

Lize belum menyadarinya, kini ia berjalan menuju cermin namun saat ia hendak melepas tali bathrobenya pandangannya terpaku melihat sosok yang terpantul dicermin. Dengan cepat ia mengikat kembali tali bathrobenya.

"Heii suami apa kau hobi sekali masuk ke kamar orang lain tanpa permisi ??!!! "

"Kau saja yang tuli, sejak tadi aku mengetuk pintu kamarmu"

"Kau kira aku bodoh, aku bahkan menguncinya, dan kau mengapa bisa masuk "???

" Aku memiliki kunci cadangannya"

Haizen tetap pada posisinya, namun pandangan terpusat pada tubuh Lize yang dibalut bathrobe. Itu tampak sedikit menggoda. Aroma sabun yang menguar dan ditambah lagi rambutnya yang basah sesekali meneteskan air disana.

Lize yang merasa diperhatikan sontak memeluk tubuhnya.
"Hei.. Hei.. Ada apa dengan tatapan mesum mu itu"

"Kau mengatakan aku mesum, sedangkan kau berdiri disana hanya menggunakan itu" Hazien menunjuk Lize dari atas sampai kebawah

"Yakkk Haizen Amerd !!!!!! "

"Ya istriku, itu namaku"

"Kau pikir itu salahku, kau keluar sana"
Lize berjalan dan menarik Haizen yang sejak tadi duduk memandanginya. Sesekali ia mencubit pinggangnya.

"Akh.. Istri kau melakukan KDRT"

"Kau gila,  sana pergi "

Lize menutup kembali pintu kamarnya. Dibalik pintu Haizen tertawa kecil melihat reaksi Lize.
"Sejak kapan dia begitu malu"

.
.
.
Lize turun dan hanya mengambil sepotong roti manis dari meja makan. Ia melewatkan sarapannya, bahkan kini dia terlihat begitu terburu-buru.

"Istri pelan-pelan saja, jika kau terjatuh dan terluka maka aku akan terlambat ke kantor ku"

Lize terjekut mendengar perkataan Haizen. 'Dia ini sebenarnya manusia atau apa sih, kenapa tiba-tiba muncul'

"Aku hampir terlambat, lagi pula jika aku terluka aku tak butuh bantuan mu masih ada Bibi Cha disini"

"Hmm begitu ya "

"Kau kenapa sih"

Haizen menarik tangan Lize. Disana ia memeriksa jemari Lize.

"Ahh ternyata ada"
Haizen menemukan cincin berukir kan namanya bertengger di jari manis Lize

Jangan tanya bagaimana Zea menemukannya, yang ada ia tak menduga jika Cincin itu tersimpan rapi dibalik Foto pernikahan Lize dan Haizen. Jika bukan karena mencari cincin itu dia tak akan terlambat bangun hari ini.

"Tentu saja ada, kau pasti berfikir aku benar-benar menjualnya kan"????

" Maybe yes "

"Kauu ini, awas menyingkir dari jalanku"

Namun bukannya menyingkir, tiba-tiba saja Haizen menarik Lize mendekat padanya. Kepalanya turun dan mendekati telinga Lize disana ia berbisik.

"Selamat belajar Istriku"
Setelah mengatakan kalimat itu ia pergi meninggalkan Lize yang sudah mematung dengan serangan dadakan yang Haizen lakukan.

Itu benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantung Lize.

"Dia kenapa sih"
Lize menatap kepergian Haizen. Jantungnya sangat ribut sekarang.

.
.
.
Tbc







Transmigrasi Zea KeylardWhere stories live. Discover now