14

3.3K 138 3
                                    

Zea tak habis pikir dengan apa yang barusan dilakukan oleh Haizen , ia belum siap dengan semua perlakuannya, bukan kah pria itu tak menyukai Istrinya ini, lantas mengapa ia berbuat begitu.
Memikirkan saja membuat Zea merinding.

Baru beberapa saat ia menerima takdirnya menjadi seorang Lize,namun sudah disuguhkan dengan tingkah Haizen yang secara tak terduga itu.

'Menerima takdir ya' Zea bergumam , ia sudah cukup lama berendam di bathtub , pikirannya masih sibuk dengan apa dan bagaimana ia harus melalui hidup sebagai Lize Amerd. Mendapat serangan dadakan dari Haizen saja jantungnya berdetak cukup keras.

Zea bangun, dan segera memakai bathrobe, ia berjalan menuju cermin. Disana ia mengamati setiap inchi tubuh Lize yang kini ia tempati.

"Sebernarnya tidak buruk, cukup perawatan dan makan teratur, agar tubuh ini terlihat sehat"

Zea berpose layaknya model yang sedang melakukan pemotretan.

Kegiatannya terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu.

Ia berjalan keluar dari kamar mandi dan membuka pintu.

"Ohh Bibi, ada apa? "

"Nyonya, sudah waktunya untuk makan malam, apa saya akan membawa makanan ke kamar seperti biasa"?

" Tidak usah Bi, aku akan bergabung dengan yang lainnya"

Bibi mengangguk dan berlalu, 'semoga ini benar-benar awal yang baik'

Zea membuka lemari pakaian yang ada dikamarnya, mencari pakaian mana yang akan ia kenakan. Ia terkejut dengan  banyaknya pakain disana.

"Wahh apa Lize sangat hobi berbelanja? Lihat pakaian ini sangat banyak, hemm.. Seleranya tidak buruk"

Zea memilih Dress berwarna putih dengan V line, dengan lengan panjang yang dimana di setiap pergelangan tangan baju di hiasi gambar bunga matahari kecil. Panjangnya cukup lumayan, sampai dimata kaki dengan kedua sisi kiri dan kanan terdapat belahan. Ia merias dirinya sesimpel mungkin.

"Nah.. Sudah, ini terlihat baik"

.
.
.
.
.

Lize bergabung dengan Karin dan Haizen yang kini tengah menikmati makan malam. .

Karin yang melihat Lize ikut bergabung
dengan mereka menghentikan kegiatannya.

"Wah kakak Ipar, tumben sekali "

"Tumben apanya, perut ku lapar dan aku ingin makan juga"
Lize dengan santai mengambil beberapa potong daging dan hidangan lainnya yang ada diatas meja.

"Biasanya, kakak ipar hanya makan di kamar saja"

"Ohh ya, anggap saja ini tidak biasanya"

Lize sangat malas menanggapi pertanyaan Karin, emosinya bisa saja terpancing mengingat adik Ipar ini suka sekali mencari masalah dengannya.

Sementara Haizen kini terpaku melihat tampilan Lize, tidak seperti biasanya. Kemana pakaian mencolok yang sering ia kenakan ? Apa dia sekarang berniat mengalihkan perhatian orang-orang disini dengan tampilan barunya ini.

Lize yang merasa diperhatikan menatap Haizen.

"Apa? "

"Tidak ada"

"Mengapa kau menatap ku begitu, bola mata mu bahkan berniat keluar dari tempatnya"

"Ukhhuk..huk "Karin tersedak mendengar ucapan Lize pada kakaknya barusan. Ia melirik Haizen dan Lize bergantian.

" Kauu.. Apa mulut mu itu hanya dapat mengeluarkan kata-kata kasar saja"

"Kakak ipar kau sangat tidak sopan "
Karin menimpali perkataan Haizen.

Transmigrasi Zea KeylardWhere stories live. Discover now