23

2.7K 118 4
                                    

Selama mengikuti rapat Haizen sibuk dengan pikirannya, sesekali ia tersenyum sendiri. Namun ketika ia melirik ke arah Peter senyumnya sirna sekretarisnya itu bahkan menatapnya tajam yang seolah berkata 'Tolong dengarkan dengan baik'.

Setelah rapat selesai Peter segera menghampiri Haizen.

"Ada apa dengan mu tidak biasanya kau begini "

"Begini apanya "

"Apa kau sadar bahkan wajah mu terlihat menyebalkan tadi"

"Memangnya kenapa dengan wajahku????"

"Ahh sudahlah aku malas berdebat dengan mu"

"Heii kenapa kau begitu sensitif sih, seperti wanita yang dikunjungi tamu bulanan saja*

" Kau bahkan terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta"

Mendengar itu Haizen terdiam sesaat.

"Kenapa kau diam"

"Peter aku ingat sesuatu "

"Apa yang kau ingat "

"Istriku .. Maksud ku Lize, sepertinya dia benar-benar berubah"

"Untuk apa kau meralat perkataan mu, Lize memang istrimu"

"Kau tau bahkan dirinya yang sekarang terlihat lebih berani "

"Baguslah, itu artinya kau memiliki kesempatan "

"Kesempatan apa maksud mu"

"Cobalah membuka hatimu untuknya, kesempatan itu tidak datang dua kali asal kau tau " Peter tetaplah Peter, sebisa mungkin ia memberi masukan pada sahabatnya itu.

Peter tau seperti apa hubungan buruk diantara Lize dan Haizen. Mereka menikah tapi tampak seperti bukan pasangan yang sudah menikah.
Haizen masih berada dalam perangkap masa lalunya dengan Gee, sehingga selalu mereka menikah ia tak pernah melirik Lize dan hanya menganggapnya istri diatas kertas.

Sakit bagi Lize? Tentu. Peter bahkan merasa Iba ketika Lize berusaha merebut perhatian Haizen, ia hanya akan diabaikan begitu saja bagaikan angin.

Itu sebabnya sebisa mungkin Peter memberi nasehat yang baik untuk Haizen sesuai dengan posisinya sebagai sahabat .

Bukan kah sahabat yang baik itu selalu memberi masukan dan nasehat yang baik untuk sahabatnya????

"Kau berbicara seolah-olah tidak akan ada hari esok "

"Terserah jika kau ingin mendengarkan ku atau tidak"

"Kau berada di pihaknya???! "
Haizen memicingkan matanya.

"Tidak, aku tidak dipihak siapa pun. Aku netral asal kau tau, lagi pula beberapa hari ini ku lihat komunikasi diantara kalian semakin baik walau lebih sering bertengkar, tapi itu bagus dibandingkan seperti sebelumnya, setidaknya kau lebih sering berbicara padanya"

"Kenapa kau tampak seperti penasehat saja sih"

"No.. No aku hanya mengatakan apa yang ingin ku katakan, thats it"

"Ku pikir juga begitu, setelah dia bangun dari komanya, aku bahkan lebih suka melihatnya marah"

"Lihat ku rasa itu tanda-tanda cinta mulai tumbuh"

"Apa maksud mu, aku tidak mencintainya"

"Kita lihat saja nanti,aku akan menunggu saat dimana kau jatuh cinta padanya dan  tidak ingin kehilangannya"

"Kenapa kau jadi tampak seperti penasehat cinta sih"
Haizen mendadak kesal dengan perkataan yang Peter lontarkan.

Melihat itu Peter hanya menggelengkan kepalanya. 'Sebernya kapasitas ingatannya berapa sih, kemarin saja hanya karna Lize tidak mengacuhkannya dan berterimakasih padaku, bola matanya hampir keluar mengelinding,apa itu tidak cemburu namanya'

"Kenapa?? "

"Tidak lupakan saja, aku akan keluar"

Peter berlalu meninggalkan Haizen.

Setelah Peter keluar , Haizen melirik ponselnya dan di sana tertera pesan masuk dari Lize.

"Suami tolong periksakan dirimu ke dokter, aku merasa ada yang tidak beres dengan mu"

Haizen tak membalas pesan itu, mendadak ia kesal setelah membacanya.
"Memangnya aku sakit?? "

.
.
.
.
.
Di kampusnya Lize tak dapat konsentrasi sejak tadi. Ia memikirkan tingkah Haizen yang seperti Roller Coster setiap hari.
"Apa dia mulai gila"

Clara yang mendengar itu sontak melihat Lize.

"Siapa yang gila, kau tidak sedang menghina Dosen Kita kan"???
Bisiknya.

" Clara menurut mu jika lelaki sertingkah  tidak sewajarnya itu bagaimana?? "

"Tidak wajar bagaimana? "

"Misalnya jika dia yang tak pernah melakukan sentuhan fisik tiba-tiba melakukannya , apa dia geger otak"???!!

" Geger otak darimananya, bisa saja dia cemburu dan ingin menunjukkan bahwa dia adalah pemiliknya"

"Hahh terori apa itu "

"Sejauh yang ku ketahui begitu, apa Pria mu itu yang kau maksud "???

" Itu.. Yah bisa dibilang begitu"

"Jadi benar lelaki yang kemarin mengantar mu itu Pria mu???!!!!!!"
Clara sedikit meninggikan suaranya dan itu menarik perhatian semua orang yang ada diruang kelasnya.

Lize mengatupkan mulutnya, berpura-lura melihat keluar jendela. Ia tak ingin terkena masalah.

Sementara Joe menatap Lize dalam diam.
Tatapan sangat sulit diartikan, ditambah lagi ia tak sengaja melihat benda kecil itu melingkar dijari manis Lize. Ada retakan kecil dilubuk hatinya.

.
.
.
Tbc

Transmigrasi Zea KeylardWhere stories live. Discover now