13

3.4K 149 0
                                    

Hazien memutuskan pulang lebih awal , pikirannya disibukkan oleh Lize. Sejak tadi ia tidak tenang, Lize yang sekarang bukanlah Lize yang seperti dulu yang penurut, apa pun yang Haizen katanya Lize tidak akan membangkang. Tapi sekarang mengingat tingkah Lize saja membuatnya pusing.

Dan benar saja ketika ia menghubungi pelayan dirumah, ia mendengar bahwa Lize sedang keluar.

Sejak kapan Lize berani membangkang??

Sepanjang jalan Haizen hanya memikirkan Lize. Istrinya itu benar-benar membuat pusing sekarang.

Sampai dirumah ia berlalu begitu saja tak menghiraukan para pelayannya, ia langsung menaiki tangga dan memasuki kamar Lize, dan benar saja sosok itu tak ada disana.

Ia kembali turun ke bawah dan mencari Bibi Cha, sama saja.
Tidak ada.

Mendapati itu Haizen menarik kasar nafasnya dan segera menelepon Bibi Cha.

.
.
.
.
'Tampan katanya??? Kita lihat saja apa ia berani menatap ku setelah melanggar perintah ku'
Haizen mengepalkan tangannya. Para pelayan yang menyaksikan itu hanya bergindim ngeri. Mengapa Istri tuannya itu suka sekali mencari masalah akhir-akhir ini.
.
.
.
.
.
Lize dan Bibi Cha kembali ke rumah dan itu hampir malam. Tangan Lize penuh dengan bungkusan makanan yang ia beli setiap ia melewati toko makanan.
'tempat itu tidak buruk juga ternyata' ze tersenyum melirik makanan yang memenuhi tangannya.

"Kau sudah pulang? "
Suara datar Haizen menghentikan Langkah Lize, sejak kepulangannya tadi Haizen hanya duduk di ruang tamu. Bertingkah seperti orang tua yang akan memergoki anaknya yang telat pulang.

"Ohh suami, kau mau? "
Lize menawarkan makanan yang ia bawa.
Berbagi itu indah bukan??

"Tidak terimakasih, aku tidak suka makan makanan sembarangan"

Lize mengkerutkan keningnya. Lagi pula ini makanan bukan racun kan ya.

"Ya sudah"
Lize berniat meninggalkan Haizen, ia masih belum menyadari kesalahannya.
Atau dia hanya pura-pura tidak tau.

"Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu"

Langkah Lize terhenti. Ia berbalik menatap Haizen.

"Sesuatu? "

"Ya"

"Emmm.. Kurasa tidak ada,memangnya kenapa"?

" Apa ingatan mu memang pendek"?

Mendengar itu mata Lize membulat. "Heiii... Kau mau memancing emosi ku ya"

'Ini kenapa sih suami si Lize ini suka memancing emosi' batin Zea.

"Istri apa Kau lupa dengan yang ku katakan tadi siang saat kau menelepon ku "?

Bibir Lize membulat, sekarang ia tau mengapa Haizen begitu kesal.

" Oooo itu, lalu apa yang salah"

"Kau masih bertanya apa yang salah?

Haizen bergerak dari posisinya dan melangkah menuju Lize, badannya sedikit condong, ia dapat merasakan tarikan nafas Lize. Ia mendekatkan bibirnya di dekat telinga Lize.

" Kau melanggar perintah ku Istri"

Zea yang mendapat perlakuan demikian mematung, seketika ia merasa badannya panas tak karuan. 'Sialan sejak kapan si Haizen ini bertingkah begini, di novelnya saja ia tak sudi berdekatan dengan istrinya ini'

"Minggir sedikit, kau terlalu dekat"
Lize mendorong Haizen. Enak saja main nyosor segala.

Haizen menatap Lize, ia melihat semburat merah di wajah Istrinya itu dan juga telinganya bahkan merah seperti tomat. 'Lucu'

Lize yang salah tingkah, dengan cepat mundur beberapa langkah menjauh dari Haizen, ia memasang kuda-kudanya, bisa saja kan suaminya itu berbuat yang lebih lagi setelah ini.

"Mengapa kau menjauh"

"Siapa yang tidak menjauh, kau bertingkah mesum begitu "
Lize memeluk tubuhnya. Seperti orang yang baru salah mendapat pelecehan.

"Mesum bagaimana" Haizen berpura-pura tidak tau dengan apa yang baru saja ia lakukan.

"Ituu.. Ituu.. Itu tadi, apa-apan itu"

"Istri... " Haizen berusaha menggapai Lize

"Husshh.. sana jangan pegang-pegang"

"Hahahaha... Ada apa dengan mu , kau bertingkah seperti anak gadis yang ingin di perkosa saja"

"Heii mengapa mulut mu itu sangat frontal sekali sih"

"Kau ini kenapa sih, aku suami mu , jika kau tidak lupa"

"Kau.... , " Ucapan Lize terhenti ketika ia melihat sebuah seringai nakal muncul diwajah Haizen .

Dengan cepat Lize berlari meninggalkan Hazien, ia masuk dan mengunci kamarnya.

"Kenapa sangat ribut disini" Lize memegangi dadanya.

.
.
.
.

Haizen tertawa kecil melihat tingkah istrinya itu. Apa dia terlalu berlebihan.

Namun tawanya terhenti ketika ia melihat Bibi Cha yang masih berdiri disana bersamanya.

"Ek hmm.. Bibi sebaiknya membantunya "

"Baik Tuan Muda"
Bibi Cha berlalu namun ia tersenyum, apa ini sebuah kemajuan? Tuannya bahkan tertawa tadi.
.
.
.
.
Haizen memasuki kamarnya, disana ia merenungi apa yang barusan ia lakukan.

"Sejak kapan aku selembek ini padanya, harusnya aku marah kan"
.
.
.
tbc

☺☺halo.. Terimaksih untuk para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ku.
Maaf jika banyak typo bertebaran 😅😅
.
.
.
Semoga kita sehat selalu,.

Transmigrasi Zea KeylardWhere stories live. Discover now