17

2.9K 111 0
                                    

Zea menggulung dirinya dengan selimut diatas kasur. Ia tak menyangka dengan keputusan Haizen. Satu atap dirumah saja membuatnya kesal dengan Karin, sekarang ia harus menyetujui jika ia ingin kuliah maka ia harus satu kampus dengan adik iparnya itu. Apa Haizen tidak tau betapa buruknya hubungan Lize dengan Karin.

"Menyebalkan"
Ia kembali bergeser, seperti risol yang sedang digoreng. Sejak tadi yang ia lakukan hanya berganti posisi ke kiri dan kanan. Moodnya sedang tidak baik.

Bunyi di perutnya menghentikan gerakannya.
Ia bangkit dan segera keluar menuju dapur.

Belum sampai ia didapur, sayup-sayup ia mendengar perbincangan pelayan yang ada disana.

"Kau tau wanita itu bahkan ingin kuliah"

"Ha apa dia sedang bertingkah seperti Nyonya dirumah ini, meminta ini itu"

"Ku dengar, dia juga mulai bertingkah seenaknya bahkan ia sudah berani melawan Tuan Muda
"

"Hahah apa? Wanita itu bwnar-benar menyusahkan, mau dia tidak hilang ingatan atau pun ia selalu saja merepotkan Tuan Muda"

Zea yang mendengar perkataan para pelayan itu dari balik pintu , mengepalkan tangannya. 'Apa dirumah ini bahkan pelayan pun tak memiliki rasa hormat sedikit pun pada Istri Tuan nya ini'.

"Kenapa dia tidak mati saja kemarin"

"Kau benar, dia sangat merepotkan"

Mendengar itu Zea sudah tak tahan lagi. Ia segera masuk, dan lihat tatapan itu, bahkan mereka menatapnya jijik.

"Apa kalian di gaji dirumah ini hanya untuk berbicara yang tidak pantas? "

"Maaf, tapi yang kami katakan memang benar"

"Jika kau masih ingin bekerja disini, Berhati-hatilah untuk berucap"

"Apa kau sekarang bertingkah sebagai Nyonya dirumah ini? "

"Maaf, jika aku tak salah ingat nama mu Lea kan"?

" Ya kenapa"?

Lize maju dua langkah,mendekati Lea. Ia meraih leher bajunya dan mencekiknya dengan satu tangannya.

"Jika masih berbicara tidak sopan, jangan salahkan aku, jika mulut kotor mu itu ku robek"

Melihat itu pelayan yang satunya yang sejak tadi hanya berdiam diri, kini bergerak memisahkan mereka.

"Lepaskan tangan kotor mu itu dari tubuhku" Lize menatap tajam seakan ingin membunuh siapa yang telah melerainya.

"Maaf Nyonya "

"Dan kau, nama mu Clara kan, jika sekali lagi aku mendengar mulut kalian berbicara tak sopan, jangan salahkan jika aku bertindak kasar, semut yang kecil sekalipun akan menggigit jika diinjak "

Lize melepaskan cengkraman tangannya pada leher Lea. Ia berjalan meninggalkan kedua pelayan itu, sedangkan pelayan lain hanya diam dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka benar-benae terkejut atas perubahan Lize.

.
.
.
.
.
Lize yang tadi terpancing emosi atas perkataan dua pelayan itu kini tengah menenangkan dirinya. Ia sejak tadi berendam didalam kolam renang yang ada disebalah kanan rumahnya. Sesekali ia memasukkan kepala kedalam air. Berharap kadar emosinya turun dengan cepat.

Sebenarnya Lize tak pandai berenang, namun berhubung yang saat ini berada ditubuhnya adalah Zea, maka ia dapat melakukannya. Dan lihat sekarang Bibi Cha benar-benar terkejut , sejak kapan Lize dapat melakukannya.

Suara langkah kaki mengusik pendengaran Bibi Cha, ia segera menoleh kebelakang dan mendapat Haizen dan Peter sedang berjalan kearahnya.

"Bibi, apa yang sedang ia lakukan"

"Maaf Tuan, Nyonya berkata bahwa ia sedang bermeditasi"

"Apa? Apa dia waras bermeditasi di air"

Bibi Cha hanya tersenyum. Sebenarnya ia tidak tau apa yang terjadi pada Lize, saat ia menemukannya Lize sudah merendam dirinya disana, dan ini sudah berlalu satu jam sejak ia menemukannya.

Haizen berjalan mendekati sisi kolam dan berjongkok.
"Apa kau ingin mencari perhatian"?

Lize yang mengenali suara itu, membuka matanya. Benar-benae menyebalkan. Siapa yang sedang mencari perhatian. Sejak tadi ia berusaha meredakan gejolak emosinya.

" Kau pikir aku sekurang kerjaan itu"

"Lalu sekarang yang kau lakukan itu apa"

"Aku sedang menurunkan emosiku, puas? "

"Sejak kapan kau menurunkan emosi disini"?

" Sejak hari ini "

"Kau benar-benar kurang kerjaan, segeralah keluar dari sana, Peter akan membantumu ngurus dokumen mu"

"Tidak mau"

"Ya sudah, kalau kau tidak mau kuliah"

Mendengar itu Lize menatap Haizen,'yang benar saja, dia ini benar-benar titisan iblis'.

"Kenapa kau menatap ku begitu"

"Sekarang aku tau mengapa para pelayan sialan itu kurang ajar"

"Apa maksud mu"?
Haizen bingung dengan pernyataan Lize, memangnya kenapa dengan pelayan yang ada di rumah ini.

" Mereka sama kurang ajarnya dengan Tuannya" Ucap Lize dengan penuh penekanan

"Kauu... "

Lize tak memperdulikan tatapan menusuk Haizen, ia kembali merendam kepalanya kedalam air.

Haizen merasa direndahkan oleh Lize, ia tak terima disamakan dengan pelayan.
Ia menggulung lengan bajunya dan segera masuk ke kolam.
Menarik kasar Lize agar keluar dari sana. Dengan langkah yang tak seimbang Lize berjalan mengikuti Haizen.

Peter dan Bibi Cha yang melihat itu hanya menghela nafas, sepertinya akan ada perang sebentar lagi.

Haizen menarik kasar Lize menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.
Disana Lize tersungkur ke lantai, Ini pertama kalinya ia masuk ke kamar ini. Kamar yang sejak dulu tak pernah Lize masuki atas perintahnya.

"Kau semakin kurang ajar Lize"

"Jika aku kurang ajar lalu kau apa"?

" Tutup mulut mu"

"Kau yang tutup mulut, kau bahkan tidak hanya gagal sebagai suami, kau bahkan gagal sebagai Tuan rumah disini. "

"Aku gagal sebagai suami katamu?? "

"Ya" Lize menatang Haizen.

Haizen yang terpancing mengambil tali pinggangnya dan dengan kabut emosi yang menyelimutinya, ia melepas cambukannya pada tubuh Lize.

Lize yang menerima perlakukan itu berontak dan meringis kesakitan.

'Sial didunia ku saja aku diperlakukan sangat baik oleh orang tuaku' Zea merasa sangat malang dengan kehidupan Lize yang harus ia jalani.

Seketika airmata mengalir begitu saja dari kedua matanya. Disini bahkan ia terlihat begitu menyedihkan.

"Bunuh saja"ucapnya lirih. Ia bahkan dapat merasakan perih dibalik baju yang ia kenakan.

Haizen yang mendengar itu menghentikan aksinya.

" Ku bilang BUNUH SAJA!!!!!!!!!! "
Lize meninggikan suaranya.

"Apa kau sebegitu inginnya dengan kematian "?
Haizen menunduk dan mencengkram dagu Lize. Seperti orang kesetanan saja.

" Lakukanlah, hidup pun aku tak diinginkan"

Airmata Lize tak sengaja meluncur begitu saja dan membasahi tangan Haizen.

"Kau... "

"Suami............ " tangisan yang sejak tadi ia tahan percah begitu saja.
Kamar Haizen di penuhi suara tangisan Lize.

Haizen yang melihat itu diam mematung. Sebenarnya ada apa dengan istrinya itu, mengapa ia tampak begitu berantakan. Dan entah kenapa disudut hati terkecilnya disana ada rasa iba melihat kondisi istrinya itu.

.
.
TBC
Semoga kita sehat selalu







Transmigrasi Zea KeylardWhere stories live. Discover now