08

4K 186 3
                                    

Setelah makan malam Zea, berniat masuk ke kamar dan menikmati pemandangan malam dari jendela kamar'nya'. Pemandangan dari kamar Lize memang sangat menarik untuk dipandang, baik pagi maupun malam hari, setidaknya ini salah satu sisi positif disini dibandingkan dengan penghuni yang ada. Namun, langkahnya terhenti ketika sorot matanya tertuju pada sosok wanita yang kini sedang berdiri diruang tamu.

Merasa diperhatikan ,wanita itu berbalik dan menatap Lize. "Oh.. Hay Lize, ku dengar kau telah sadar, bagaimana hari mu"?

'Sangat berantakan'batinya
Zea memperhatikan wanita itu, wajahnya tampak familiar, dan apa ini tiba-tiba dadanya terasa sesak.

" Lize.. ?"

"Maaf, apa kita pernah bertemu? "

Gee yang mendengar menaikkan satu alisnya.

"Jadi benar kau hilang ingatan"??

Zea hanya diam. Memantung. Rasanya sangat sakit dan menyesak. 'Kenapa tubuh Lize bereaksi seperti ini sih, sebenarnya ada apa diantara dia dan wanita ini '

Gee yang tidak mendapat respon dari Lize, bergerak mendekat. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Haizen memecah suasana.

" Gee...? "

"Sayang... "
Gee mendekati Haizen dan memeluknya.

Melihat itu Zea, memicingkan matanya. 'Apa-apaan itu barusan, heiii istrimu bahkan masih disini dan kau memeluknya juga'

"Mengapa ke sini? "

"Ku dengar Lize sudah sadar jadi aku berniat melihatnya, sayang"

'Hueekk apa itu, sayang.. sayang"
Zea berdecak kesal. Mengapa setiap Pria yang ia temui sangat brengsek. Lihat bahkan didepan matanya kedua manusia ini tengah bermanja ria.

"Hei.. Apa kalian tidak memiliki sopan santun, dan kau Suami seenaknya saja memeluk wanita lain di depan istrimu"
Zea sangat kesal sekarang.

"Lize, apa kau baik-baik saja"?

" Tentu, aku sangat baik asal kau tau"

"Apa kau tidak ingat dengan ku"?

" Tidak, dan aku tidak mau tau"

"Ahhh... Hahahaha Lihat sayang , Lize sangat lucu ya"

'Apanya yang lucu, wanita ini sakit kah'
Zea menatap kesal Gee, ia masih belum menyadari situasinya.

"Baiklah.. Akan ku perkenalkan diri ku, aku Gee kekasih Haizen"

Zea melotot mendengar perkataan Gee  'heii.. Jadi ini wanita pujaan hati si Haizen brengsek ini'

Sekarang ia mengerti siapa sosok ini,ia wanita pujaan hati Haizen. Yang posisinya tidak akan bergeser dihati Haizen. Pantas saja Dadanya terasa sesak, mungkin ini yang dinamakan jiwa bisa saja meninggalkan raganya namun perasaan mungkin masih tertinggal, walau itu menyakitkan.

"Ahh selingkuhan suami ternyata " Dengan enteng Zea berucap, baiklah mari kita bermain peran menjadi Lize, tapi bukan Lize yang lemah dan mengalah.

"Heii....  Jaga ucapan mu" Tunjuk Gee tak Terima dengan ucapan Lize padanya

"Itu memang benarkan, jika seorang wanita bermain api dengan suami dari seorang wanita, maka itu disebut SELINGKUHAN,jika aku tak salah"

"Kauu... "

"Apa sopan seorang wanita berkunjung ke rumah sepasang suami istri dan memeluk suaminya bahkan memanggilnya sayang"?
Zea menatap remeh Gee, 'wah ku pastikan orang-orang disini akan menatap heran pada Lize yang sekarang'

" Lize, berhenti"
Haizen memutus percakapan anatar Gee dan Lize, ia tak ingin ada keributan.

"Hei suami, kau membelanya "

"Lize, sebaiknya kau beristirahat"

"Wah.. Bahkan kau ingin mengalihkan pembicaraan ku dengan wanita jalang ini"

Tak Terima disebut jalang, Gee dengan cepat mendorong tubuh Lize dan terjatuh ke sofa.

"Jaga ucapan mu, atau aku akan merobek mulut mu? " Gee sangat emosi ia tak menyangka Lize akan seberani ini, biasanya wanita itu hanya akan menunduk ketika melihatnya.

'Ahh sialan mengapa tubuh ini sangat lemah sih' Lize menatap kedua tangannya yang kini bergetar pelan.

Bibi Cha yang mendengar keributan bergegas menuju ruang tamu dan melihat Lize yang tengah menunduk menatap tangannya. Ia menghampiri Lize dan menyentuh kedua tangannya.

"Nyonya,, sebaiknya kita kekamar"
Bibi Cha kini menatap khawatir Lize, ia dapat merasakan getaran kecil dikedua tangannya, mungkin Lize sangat ketakukan sekarang. Itulah yang ada dipikiran Bibi Cha.

Lize mengangkat wajahnya, air matanya kini membanjiri kedua matanya. Sejak kapan air mata itu keluar.
Ia menyentuh wajahnya yang basah.

"Bibi kenapa begitu sakit.."lirihnya.

" Nyonya... "
Bibi Cha menatap iba Lize.

Haizen yang menyaksikan itu terdiam. Bukankah tadi Lize seperti kucing galak dan sekarang mengapa ia terlihat begitu lemah dan rapuh.

"Lihat sayang pasti dia sedang memainkan dramanya"
Gee merangkul tangan Haizen.

"Bibi.. " Tangisan Lize sangat menyedihkan bahkan sesekali nafasnya seperti tercekat. Ia menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.

Bibi Cha berusaha menenangkan Lize.

'Apa-apaan ini, kenapa sangat sakit. Apa yang telah Lize lewati dengan kedua mahluk ini ' Zea menatap Haizen dan Gee secara bergantian. Namun saat matanya berhenti pada Haizen, ia pingsan.

Melihat Lize Pingsan, Haizen dengan cepat menghampiri dan menggendongnya , membawa Lize ke Kamar dan meninggalkan Gee yang memantung melihat reaksi Haizen barusan.

"Gee sebaiknya kau pulang Lize sedang tidak baik"

Sekarang ia kesal sekali, untuk pertama kalinya Haizen mengabaikannya. Gee berjalan kesal keluar dari rumah Haizen.

Dikamar Haizen merapikan selimut Lize. Menatapnya dengan penuh tanya.

"Kemana pergi sosok pemberani tadi"?







Transmigrasi Zea KeylardWhere stories live. Discover now