07

4.2K 193 0
                                    

Disinilah Zea sekarang ditaman belakang  , setelah dia tersadar dari pingsannya akibat berkelahi dengan Haizen. Ia melihat sekeliling taman.
'Cantik', satu kata yang menggambarkan taman ini, semua penuh bunga yang berwarna. Sepertinya Lize ini sangat menyukai bunga, dan lihat bahkan disini di dominasi bunga Tulip Kuning.

"Wahhh.. Apa si Lize ini mengungkapkan  perasaannya dengan menanam bunga-bunga ini" Ia memetik setangkai bunga Tulip Kuning. Berjalan menyisiri sudut taman.

Menyedihkan sekali bukan, saat kau lebih memilih diam dan tak mengungkapkan apa yang sedang kau rasakan.

Dari kejauhan Bibi Cha menatap setiap apa yang selalu Lize lakukan ditaman. Ia khawatir jika sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi lagi pada wanita itu.

Saat Zea tengah sibuk dengan pandangannya, Karin muncul dan mengahadangnya.

"Halo Kakak Ipar"?

hanya diam menatap Karin yang ada dihadapannya.
'Apa disini tidak diajarkan sopan santun ya' batinnya. Tolong jangan merusak hari  nya cukup Haizen saja.

" Halll.. Oooo" Karin melambaikan tangannya

"Aku tidak buta, jadi singkirkan tangan mu itu"

Zea kesal mendapat perlakukan seperti itu, enak saja dikira dia buta.

"Upss.. Wahhh... Kakak Ipar tumben sekali berkata kasar"

'Anak ini.. Mengapa sangat menjengkelkan sih' Zea menatap Karin dari atas sampai bawah.

"Menyingkirlah"

Zea berjalan meninggalkan Karin yang menatapnya penuh heran.

'Apa-apa itu barusan' Karin bergegas menyusul Lize, ia tak Terima di abaikan begitu saja. 

"Hei.. Kakak Ipar apa sekarang kau sudah berani"

"Tutup mulut mu, aku sedang tidak mood" Zea benar-benar kesal sekarang, mengahadapi Haizen saja tadi membuatnya emosi , sekarang ia dihadapkan lagi dengan sumber emosinya.

"Wah... Sangat berani"
Karin bertepuk tangan mendengar perkataan Lize padanya.

"Aku sedang tidak ingin diganggu, jadi pergilah"

Melihat itu Bibi Cha dengan cepat mendekati Lize. Ia tak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan lagi, tadi ajaa saat berhadapan dengan Haizen dia Pingsan.

"Maaf Nona Karin, Nyonya Lize saatnya beristirahat"
Mendengar itu Lize hanya mengangguk setuju, ia tak ingin menghabiskan tenaganya untuk menghadapi Karin. Ini saja dia sudah merasa emosinya mulai menaik.

Karin tak Terima dengan apa yang barusan ia lihat, ia di abaikan dan sekarang kakak iparnya itu sudah berani mengabaikan bahkan kata-kata sangat menjengkelkan. Kemana Lize yang penakut dan lemah itu pergi.

Sesampaikan dikamar, Zea langsung mengambil posisi nyaman di kasurnya. Menatap langit-langit kamarnya.
Baru beberapa hari dia disini emosinya sudah diuji, dia sangat lelah sekarang. Apa orang-orang disini tidak punya sopan santun ya.
'Aku bersyukur orangtua ku mengajarkan sopan santun dengan baik'

"Nyonya "
Suara Bibi Cha membuyarkan lamunannya. Ia merilirik wanita paruh baya itu. Pasti sekarang dia khawatir bukan.

"Aku baik-baik saja bi, jangan khawatir"
Zea mengedipkan matanya, berusaha menyakin Bibi Cha yang tampaknya memang khawatir.

Bibi Cha terseyum.

"Ahh Bibi, bisakah bibi membuatkan ku secangkir Honey Lemon, aku ingin yang segar-segar sekarang"pintanya

" Baik Nyonya"
Bibi Cha berjalan keluar.

Setelah Bibi Cha keluar, Zea berjalan mendekat ke jendela kamar. Ia memandang keluar.
"Apa aku harus hidup sebagai Lize disini, semuanya terasa menyebalkan disini. Ditambah lagi si Haizen itu astaga menyebut namanya saja membuat ku sakit kepala"

Zea duduk disofa yang ada didekat jendela kamarnya. Merenung.
Ia merenungi kehidupan barunya disini, sebagai Lize. Wanita yang tak pernah di anggap , memiliki adik ipar yang menjengkelkan bahkan dirumah ini hanya Bibi Cha yang selalu ada untuknya.

"Sangat menyedihkan"

"Apanya yang menyedihkan"
Tiba-tiba Haizen muncul dan berdiri di depannya.

Astaga sejak kapan manusia ini ada disini. Benarkan , disini Zea benar-benar di uji emosinya.

"Hei.. Kenapa kau hobi sekali masuk tanpa izin sih"

"Maaf tapi jika kau.. "
Ucapan Haizen terhenti ketika Zea mengangkat tangannya.

"Iya aku tau kau tuan rumah disini"

"Baguslah jika kau tau"

Zea bergerak melangkah meninggalkan Haizen. Ia keluar dari kamar. Jika tidak ingin emosi tersulut lebih baik menghindari sumbernya bukan?

"Heiii... Aku bahkan belum mengatakan apa pun"

Ia menatap kepergian Lize. Benar-benar berbeda. Bahkan lebih galak dari sebelumnya.



Transmigrasi Zea KeylardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang