29

1.6K 67 9
                                    

Lize bangun dari tidurnya yang tidak cukup untuk dikatakan tidur dengan baik. Bayangkan saja setelah kejadian itu ia bahkan menahan matanya agar kantuknya tak membawanya ke alam mimpi. Bisa saja kan Suaminya itu tiba-tiba masuk dan 'melakukannya' lagi saat pertahanan Lize lemah.

Ia memandang dirinya darinoantukan cermin.

"Sial.. Sangat berantakan, lihat....bahkan mata panda itu terlukis indah"

Lize menatap lingkaran hitam di area matanya. Ia menghilangkan kepalanya. Namun matanya membuat ketika melihat tanda kemerahan di ceruk lehernya.

"Si Haizen itu sebenarnya manusia apa lintah sih... Ini bahkan terlihat seperti gigitan vampir"
Ia mengusap-usap lehernya berharap tanda itu hilang.

.
.
.
.
Sementara diruang makan, Tuan Amerd berserta kedua anaknya sedang menikmati sarapan.

"Kakak dimana Kakak Ipar"??
Karin mencari keberadaan Lize yang sejak tadi tidak terlihat.

"Dia masih tidur"

"Dia"???kau berkata Dia?!!.Sangat tidak romantis sekali"??
Tuan Amerd menyela perkataan Putranya itu.

" Lalu ayah berharap aku mengatakan apa"???
Haizen menantang Ayahnya. Mereka berdua memang selalu berbeda pendapat sejak dulu.

"Kau bisa menyebutnya Istri , bukan"??!!

Karin hanya dapat tersenyum tipis. Ini cukup menghibur baginya.

" Terserah aku akan menyebutnya apa, Lize Istri Ku,Ayah"?!!!!!!

"Cobalah sedikit romantis, kau sangat Kaku"

Tiba-tiba saja Lize muncul dan segera duduk untuk ikut bergabung. Namun semuanya menatapnya heran. Di musim panas ini bagaimana mungkin Lize memakai pakaian serba tertutup , ia bahkan memakai turtleneck.

"Menantu Kau sedang sakit? "
Tuan Amerd tampak khawatir.

"Tidak Ayah Mertua, Aku baik-baik saja"
Lize tersenyum menatap Ayah Mertuanya, namun saat pandangannya bertemu dengan Haizen, wajahnya seketika berubah masam.

Karin sedikit menyadari sesuatu.
'Tak apa jika menabur bensin sedikit kan'
Karin menatap usil Haizen.

"Kakak Ipar... Tak perlu menyembunyikannya"

"Apa yang disembunyikan "??
Tuan Amerd sedikit penasaran.

" Tidak ada Ayah Mertua, hanya saja semalam aku bahkan ingin membunuh seekor lintah darat"
Lize menatap tajam Haizen.

Mendengar itu Karin tertawa kecil. Bagaimana mungkin Lize dapat menyamakan Kakaknya dengan seekor Lintah.

"Ekhm.. Makanlah kau pasti lapar"
Haizen berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Cih.. " Lize menyantap makananya dan tidak memperdulikan tatapan semua orang yang ada dihadapannya.

"Ya.. Ya.. Ya Haizen benar, makan yang banyak menantu, agar kau punya tenaga memberi ku cucu"

Seketika Lize terbatuk-batuk mendengar kalimat terakhir Tuan Amerd. Dengan cepat Haizen mendekatinya dan menepuk-nepuk punggung Istrinya. Namun, Lize menepis tangan Haizen.
"Jangan sentuh"

"Hei.. Aku hanya membantu mu"
Haizen tak terima dengan perlakukan Lize padanya yang tampak seperti jijik untuk disentuh oleh olehnya.

"Hahahahahah"
Tuan Amerd tertawa menyaksikan Putranya yang tampak menahan malu karena penolakan istrinya sendiri.

Mendengar itu Haizen memicingkan matanya. Ayahnya pasti sangat senang melihat dia diperlakukan seperti itu.

"Kenapa Ayah tertawa"

Transmigrasi Zea KeylardOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz