✓ BAB 2 - Tempat Yang Aman?

7.8K 639 28
                                    

"Itulah akibatnya jika kalian berontak dan tak sopan!" seru orang itu sembari membersihkan pedangnya ke pakaian anak yang kepalanya terpenggal.

Orang itu menyarungkan pedangnya, lalu berjalan mendekati lift dan pergi begitu saja tanpa berkata lagi.

Ini gila.

"Apa ini acara televisi, ya?" anak kurus bertanya lagi.

"Terserah ...," ucapku kesal dengan kebodohannya.

Bau tidak sedap tercium dan kemudian asap merah muda muncul dari lantai. Sesuatu yang aneh terjadi kembali.

Setiap sisi lantai ini seperti mempunya pori-pori yang tidak terlihat. Semuanya hanya berdiam diri, entah apa yang akan terjadi.

"Siapa yang yang membakar sampah di bawah?" Si kurus bertanya lagi. Aku hanya menatap wajahnya, lalu kupalingkan lagi.

Satu persatu yang ada di ruangan ini mulai berjatuhan. Tumbang seperti pingsan, aku mulai sedikit panik, tetapi ....

Asap ini mulai membuatku pusing. Mataku menjadi buram dan lama-kelamaan menghitam tak terlihat apa pun.
Tubuhku tergeletak tak bisa kugerakkan dan indera penglihatanku tak bisa kubuka. Hanya pendengaranku yang masih berfungsi.

Beberapa teriakan kudengar, kepanikan terjadi. Seperti inikah tempat yang aman?

Hingga, aku tak sadarkan diri.

****

Aku mendapati tubuhku terbaring pada sebuah ranjang. Perlahan kegerakkan badanku untuk turun dan duduk di kursi yang ada di dekat dinding.

Aku masih bingung, kutengok ruangan ini. Aku tidak tahu di mana ini, apa yang kulakukan, apa yang terjadi, dan entahlah.

Semakin aku bertanya-tanya, itu membuat kepalaku bertambah tak karuan. Aku bahkan lupa dengan namaku.

Benar, siapa namaku?

Siapa aku?

"Selamat datang, anda adalah penduduk Tallessa, silakan ambil pakaian anda di rak pada pojok ruangan ini. Nama anda juga sudah tertera dipakaian itu." Terdengar suara.

Kutatap setiap sudut ruangan, jelas sekali. Suara itu keluar dari benda hitam yang ada di pojok tempat ini. Ada beberapa kamera yang terpasang.

Sekarang aku harus mengambil pakaian itu. Aku tidak mau keluar dari ruangan ini dengan telanjang.

Benar, aku telanjang.

Siapa yang menelanjangiku seperti ini?

Persetan dengan itu semua. Sekarang, aku hanya akan keluar dari ruangan ini setelah memakai pakaian dan mencari tahu apa yang terjadi.

Ya, semuanya harus kucari tahu sampai ada petunjuk yang mencerahkanku.

Kubuka sebuah lemari. Ada beberapa pakaian yang langsung saja kupakai, ini ketat dan mungkin terbuat dari campuran karet dan kain. Tidak masalah, yang terpenting ini bisa kugunakan agar tubuhku tertutup.

Ada tempat tidur tertata rapi di sini, ranjang yang tadi. Ada kursi, meja, dan pakaian yang kukenakan ternyata tidak hanya satu, tetapi masih banyak dalam lemari itu.

Aku belum mengetahui apa yang terjadi. Kulangkahkan kakiku untuk mendekati pintu, kubuka perlahan, lalu aku terdiam sesaat dengan mataku yang memandang keluar.

Begitu ramai saat kubuka pintu kamar dan semua orang berpakaian sama. Semuanya duduk di kursi, terlalu banyak untuk dihitung. Di meja mereka terdapat makanan. Aku masih terdiam di depan pintu ini.

"Sambutlah teman baru kita ..., Letter!" salah satu anak berdiri, lalu mendekatiku. Ia mempunyai badan yang lebih tinggi dariku, mungkin sekitar 180 cm. Matanya yang sipit memandangiku dan mengangkat tanganku. "Ini dia, Letter!"

OutbreaK (Wattys Winner 2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang