✓ BAB 30 - Rencana

2K 237 12
                                    

Aku langsung ikut naik ke atas mobil ini, dan Darius memberikan tempat untukku melihat dari sniper. Cukup jelas bisa terlihat.

"Kau lihat, kan?" ucap Darius saat aku mulai melihat memakai Sniper.

"Ya, ada orang di dalam sana," ucapku.

Kulihat saat ini adalah sebuah pintu masuk ke dalam Stadion itu, yang mana telah dibuat sedemikian rupa untuk mencegah ada yang masuk. Kemungkinan hanya ada dua pintu untuk masuk, yaitu gerbang itu dan tentunya dari atas.

"Apa yang kalian lihat?" tanya Alam yang berada di bawah.

Aku langsung turun dari sini dan kuhampiri Alam, "Kau punya Bom?"

"Buat apa?"

"Kita akan mengalihkan perhatian mereka seperti yang dulu kau lakukan bersama Darius." Aku mempunyai ide.

"Oh, kenapa aku tak ingat akan hal itu," ucap Alam yang langsung membuka Ranselnya. Ia menggenggam beberapa bom rakitan yang ia buat. Entah dari mana ia bisa membuat Bom, yang jelas, kemampuannya saat ini sangatlah berharga.

"Wow, kau buat sendiri?" tiba-tiba Ari merebut bom itu dari tangan Alam, tetapi ia membiarkannya dan malah tersenyum.

"Internet," jawab Alam, "Hanya iseng dulu."

Aku pernah melihatnya, ketika internet berguna untuk hal apapun. Kita bisa mempelajari hal-hal yang tak diajari di bangku sekolahan.

Bom ini akan berguna bagi kami. Lain ceritanya kalau dunia masih normal, Alam mungkin akan ditangkap karena merakit barang berbahaya, atau malah akan disangka teroris? Entahlah.

Darius yang dari tadi di atas pun turun dengan melompat, "Kalian dengar itu?"

Suara ini?

"Helikopter," ucap Darius lagi.

"Ya, benar," ucap Sophie yang kini mendekati kami bersama Resha, "Di sana." Lanjutnya sambil menunjuk ke arah kami datang tadi.

"Lebih baik kita bersembunyi! cepat masuk ke mobil!" teriak Darius dan kami semua segera melakukannya.

Masuk secara cepat, aku, Darius, dan Alam ke bagian depan. Sedangkan Sophie, Resha, dan Ari di belakang.

Satu Helikopter terbang melewati kami menuju ke GBK. Kemudian langsung turun ketika sudah berada di atasnya.

"Siapa sebenarnya mereka?" tanya Darius sembari masih menatap ke GBK.

"Kemungkinan adalah tentara yang selamat, mungkin juga di dalam sana ada beberapa warga," ucap Alam, "Aku selalu melihat Helikopter itu di atas langit Jakarta ini, entah mereka mencari apa."

"Kita akan masuk ke dalam sana," ucapku yang lansung direspon oleh Darius dan Alam dengan menatapku.

"Bagaimana caranya? kita takkan sanggup menghabisi makhluk sebanyak itu," ucap Darius.

Baiklah, aku akan menjelaskan ideku ini.

Yah, aku mempunyai ide. Kami semua keluar dari mobil. Alam dan Ari kusuruh mengecek mobil yang sudah berdebu dan terparkir liar karena ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Tidak perlu lama, tiga mobil berhasil mereka hidupkan dan perlahan dijalankan agak jauh dari mobil kami.

Setelah selesai, Darius masih dalam tugasnya, yaitu mengemudikan mobil dengan Sophie dan Resha yang bersamanya. Sementara Aku, Ari, dan Alam sudah berada di dalam tiga mobil yang kami hidupkan tadi, jaraknya cukup jauh dari mobil yang Darius tumpangi.

Secara bersamaan kami hidupkan klakson mobil. Kami bertiga berlari ke depan, agak menjauh dan bersembunyi dari balik mobil lainnya. Kami takkan berlari ke mobil Darius, tidak sampai para makhluk itu berlarian kemari. Berlari melewati kami dan menuju tiga mobil itu. Di mana di sana telah kami pasang Bom buatan Alam.

Total ada tiga Bom yang kami ikat satu sama lain menggunakan kawat besi yang kami rentangkan di sela-sela mobil.

Sampai akhirnya, rencana kami berhasil ....

BOOM!!

Ledakan terjadi saat kumpulan makhluk itu menyentuh kawat yang memicunya, memang tidak terlalu besar. Namun, telah berhasil memancing dan sebagian makhluk itu hancur terbakar. Tidak semua mati, ada juga yang masih hidup dan berjalan dengan badan penuh jilatan api.

Kami bertiga segera berlari menuju mobil yang dikemudikan Darius. Sembari menghabisi makhluk yang tersisa menggunakan pedang dari Tallessa.

Sial! satu dua sampai lima makhluk yang terbakar tengah mengejar kami. Kami terus berlari, di depan sana, pintu belakang mobil box terbuka. Sophie menggunakan senjata apinya, terus menembak apa yang ada di belakang kami.

"Cepat!" teriak Resha

Ketika kami telah berjarak tidak jauh, Alam menyuruh agar mobil berjalan.

Resha mengulurkan tangan saat mobil mulai berjalan pelan, begitu juga Sophie. Alam dan Ari langsung meraihnya dan dengan cepat naik. Aku berhasil masuk setelahnya. Kami berniat menutup pintu, namun tangan satu makhluk berhasil meraih pintu dan ia terseret.

Mobil ini tak bisa berjalan cepat akibatnya. Pemandangan ini membuat kami terdiam sejenak sebelum aku dan Alam berusaha memotong lengan makhluk ini.

Berhasil, kami memotongnya sampai terlepas dan para makhluk lainnya kini tertinggal, tetapi masih berusaha mengejar kami.

Bukannya mobil ini terus berjalan, tapi malah berhenti dan terdengar suara tembakan yang kemudian di sambut oleh teriakan Darius, "Cepat keluar! naik ke atas mobil!"

Kami tak punya pilihan lain, gara-gara teriakan Darius, kami semua keluar dan berjalan ke samping mobil. Ternyata, kami telah terkepung oleh banyaknya makhluk penggigit.

Tak ada pilihan lagi, Darius telah berada di atas dan terus menembaki makhluk yang mendekat. Memberikan kesempatan untuk kami naik.

Sekali lagi, kami terkepung dan berada di atas mobil.

Napasku menjadi semakin sesak, apa kami akan selamat kali ini?

Apa keberuntungan akan berpihak lagi pada kami?

###

OutbreaK (Wattys Winner 2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang