✓ BAB 23 - Bastard

2.2K 245 5
                                    

Belum sampai di GBK, Kami kembali bersembunyi di balik mobil yang parkir sembarang. Bukan karena banyak makhluk itu, tetapi karena kami melihat beberapa orang yang mengendarai motor gede berhenti di tengah jalan.

Jarak kami sekitar 20 meter.

Orang-orang itu berhenti karena mengejar seorang wanita. Mereka tertawa puas dengan tindakannya, kami bisa saja menembak dari sini. Namun, lagi-lagi kami kalah jumlah.

Mereka juga memegang senjata api, kami tak bisa mengambil risiko hanya untuk menolongnya. Terlalu berbahaya.

Sesekali gadis itu berteriak saat tangan-tangan para bajingan itu menyentuh badannya. Entahlah aku harus mengambil tindakan apa.

"Kita hanya menonton?" tanya Sophie yang kelihatan kesal.

"Mau bagaimana?" Rendy balik bertanya.

"Ya, kita tolong dia," sahut Sophie.

"Kalian tunggu di sini," ucap Darius dan melangkah pelan menuju sebuah gedung yang tidak terlalu tinggi.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Rendy yang membuat Darius menghentikan langkahnya.

"Aku akan menembak satu persatu dari mereka, kemungkinan mereka akan lari karena takut terbunuh," jelas Darius yang langsung bergegas masuk ke dalam gedung itu. Ia bukan tanpa alasan. Karena kemungkinan ia akan menggunakan Snipernya.

Kami menunggu beberapa menit sampai satu tembakan tepat di kepala salah satu orang itu--membuat mereka terlihat bingung. Waspada. Satu orang berteriak, memaki, menggunakan nama binatang saat satu orang lagi tertembak.

Tembakan ketiga dilesatkan lagi, mereka semakin waspada dan berlindung dibalik mobil sembari membalas tembakan Darius. Namun, itu sia-sia, Darius kembali menembak satu orang lagi. Mereka menjadi tak peduli dengan gadis itu, yang kebetulan berlari ke arah kami.

Saat tembakan ke lima, enam, sampai tujuh dan gadis itu sampai di dekat kami bersembunyi. Tepat di dekat Alam--Alam bergerak dan mendekap mulut gadis itu agar tak berteriak, tetapi gadis itu masih berontak. Sementara sisa dari para bajingan itu telah kabur menggunakan motor mereka.

Gadis ini terus berontak. Ia terlepas dari dekapan saat tangan Alam tergigit oleh gadis itu, Rendy yang berdekatan langsung bertindak dengan mendekap erat tubuh wanita itu.

"Resh! Sophie!? bantu aku!" seru Rendy, sementara gadis itu terus berontak dan menangis.

Saat Resha dan Sophie mendekatinya. Ia mulai tenang secara perlahan, mungkin ia sadar kami tidak seperti para bajingan itu.

"Sudah lepaskan Ren!" seru Sophie menarik lengan gadis itu. "Dasar cari kesempatan!" lanjutnya.

"Maaf, hehe," ucap Rendy.

Aku hanya diam di sini, Alam terlihat kesakitan karena gigitan itu. Kami tambah terdiam saat gadis ini berbicara, kami tak mengerti dengan ucapannya, Ia menggunakan bahasa Jepang. Memang dari wajahnya-pun terlihat ia bukan orang Indonesia.

Dari dalam gedung, Darius memanggil kami, "Cepat masuk!"

Kami segera masuk saat mengetahui ada segerombolan makhluk itu datang, memang bukan mengejar kami, tapi tetap--kami harus waspada.

Bersembunyi di balik meja dan kursi. Kemungkinan para makhluk itu mendengar kegaduhan tadi, mereka mengerumuni mayat para bajingan itu. Di sini juga terdapat beberapa mayat hidup yang telah mati, mungkin Dariuslah yang membunuhnya.

Makhluk itu masihlah sibuk dengan kegiatannya. Resha dan Sophie terus menenangkan gadis itu yang kini telah kami ketahui namanya dari kartu yang ia berikan, tertera nama Yuri 19 Tahun. Ia memakan apa yang kami berikan dengan lahap. Ia terus berbicara dengan bahasa Jepang.

"Kita putar balik bagaimana?" tanya Alam.

"Kenapa tak kau pancing saja mereka agar pergi?" tanya Rendy.

"Kau kira semudah itu?" Alam bertanya balik.

"Maaf, kulihat saat kau dan Darius kemarin, kukira itu mudah bagimu," jawab Rendy.

"Kita tidak bisa selalu mengambil resiko Rend, kita tunggu saja dulu di sini," ucapku sambil kuteguk sebotol air mineral.

Perkiraanku, mungkin sekarang sekitar jam dua siang atau lebih. Namun matahari sudah tertutup awan hitam, mungkin langit akan mulai menangis.

Benar, rintikan air mulai turun terlihat dari aspal yang perlahan basah diiringi suara petir yang menggelegar.

Makhluk itu terlihat linglung, mereka terlihat mencari asal suara petir. Ini memperkuat dugaanku, bahwa mereka mengikuti atau mengejar dan tertarik akan apa yang mereka dengar. Intinya, mereka seperti binatang.

Makhluk itu terlihat berpencar, sebagian pergi dari sana. Hanya beberapa yang tetap tinggal, mungkin belasan.

Darius berdiri, menenteng Snipernya, "Kita pergi sekarang," ucapnya tegas.

"Baiklah, jawab Alam berdiri sambil mengalungkan panahnya.

Sophie berdiri dan mendekati Darius, "Kalian mau berangkat sekarang? lihat Yuri! dia masih Shock...!"

Darius menarik napas dalam, lalu mengembuskannya, "Biar kugendong."

"Yakin?" tanya Sophie.

Tanpa memjawab pertanyaan Sophie, Darius mendekati Yuri, lalu ia jongkok di depan--membelakangi Yuri yang tengah duduk. Ia menatap Yuri, "Ayo cepat!"

Resha yang berada di sebelah Yuri membantu agar Yuri mau digendong Darius. Sophie mendekatinya juga, dan akhirnya Yuri bersedia.

"Jangan tertidur," ucap Darius dan Yuri terlihat tak mengerti.

Rendy yang dari tadi diam, ia mendekati Sophie dan berbicara, "Kamu kugendong, ya?"

"Aku bisa jalan sendiri Ren!"

"Tapi aku mau gendong kamu? Bagaimana?"

"Dasar!" seru Sophie mengacuhkan Rendy dan mendekati Resha.

Kudekati Rendy dan kubisikkan sesuatu padanya, "Tetap semangat."

"Pastinya," jawabnya sembari tersenyum walau mendapat penolakan terus menerus dari Sophie.

"Kita harus bergerak, aku akan di depan. Kulumpuhkan zombie yang paling dekat. Sisanya kalian yang bereskan, oke?" jelas Alam.

Alam membuka pintu. Berjalan sedikit cepat. Kami mengikutinya, ia menoleh ke kami sembari memasang anak panahnya, "Jangan gunakan pistol...." ia langsung melesatkan anak panah itu tepat di kepala zombie di depan sana.

Aku berlari ke kanan, Sophie dan Rendy ke kiri dan Darius, ia berdiri di sana bersama Resha. Darius Diam karena menggendong Yuri.

Satu makhluk menjadi incaranku, kuhindari terkaman makhluk yang ingin menggigitku dengan berlari ke kanan, lalu kutebas lengannya sampai terpotong, ia tetap menyerang, kutendang perutnya sampai mundur satu langkah dan langsung kutancapkan pedang di kepalanya.

Berhasil.

Resha dan lainnya telah berada di depan sana, telah menghabisi para makhluk itu. Aku yang berniat menyusul, tetapi dikagetkan dengan teriakkan mereka.

"Rikaz!"

****

OutbreaK (Wattys Winner 2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang