✓ BAB 10 - Fakta (2)

3.2K 360 19
                                    

Seorang laki-laki penuh dengan sayatan di tubuhnya, keluar dari pintu besi di bawah pohon Apel ini. Bau yang sangat menyengat tercium, lengan tangan kirinya terpotong rapi. Aku tidak mengenalnya, tapi Rendy terlihat sangat mengetahui siapa orang ini.

Aku menutup lubang hidungku dengan tangan kiri, sementara Rendy terlihat panik dan ia seakan tidak percaya.

Apa lagi ini?

Semua orang datang, termasuk Dokter Dery, Reth, dan Sophie serta Gally. Entah ini kasus pertama atau pernah terjadi sebelumnya.

Dokter Dery segera membantunya berdiri, "Tolong bantu, cepat!"

Rendy membantu anak yang kuketahui bernama Ben itu, kami merawatnya di rumah Dokter Dery. Kondisinya cukup parah.

Setelah kami meletakkan Ben di ranjang. Dokter Dery langsung merawatnya, dibersihkannya nanah dan luka sayatan itu. Setidaknya baunya tidak seperti tadi karena sudah terbungkus oleh perban. Ia terbaring lemah di ranjang.

"Kenapa dia?" tanyaku ke Rendy. Ia terdiam sembari melirikku. Menggelengkan kepala.

Akibat semua orang berkumpul, para penjaga mendatangi kami dan lagi-lagi dipimpin oleh Grem dan Nob di sampingnya. Ia masuk dan melihat Ben.

Sophie dan Gally segera masuk ke ruang bawah tanah. Bersembunyi.

"Kenapa dia?" tanya Grem sambil menutup hidungnya dengan tangan. Sekali lagi, semua hanya diam dan saling tatap.

Dengan bodohnya, mulutku tak bisa kutahan untuk bicara, "Dia dari luar dinding."

Seharusnya aku diam saja tadi.

Semua orang menatapku, termasuk Rendy, seolah menyalahkanku. Aku langsung terdiam tak melanjutkannya.

"Ada yang keluar? kenapa ada yang keluar? kami sudah mengingatkan tentang dunia luar, kan!? apa kalian belum mengerti, huh!?" Grem terlihat kesal, tetapi sekali lagi kami hanya diam.

"Tida--"

"Di sana!" potong Grem sembari menunjuk ke arah dinding, "di luar sana sangatlah berbahaya, inilah akibatnya!" Grem menggelengkan kepalanya, "Apa kalian yakin, kalau dia..." kini Grem menunjuk Ben, "Astaga, lihatlah kondisinya, apa kita yakin kalau anak ini tidak menularkan penyakit!?"

"Kujam--" Rendy kembali ingin berbicara, tetapi Grem memotongnya lagi.

Kini kancing baju atas Rendy dicengkeram oleh Grem, "Kau menjamin. aku tahu kau adalah temannya, teman yang sama bodohnya!"

Grem melepas cengkeramannya sembari meludah. Ia terlihat sangat kesal.

Sementara aku, aku sama sekali tak tahu apa pun.

Semua orang terdiam dan menundukkan kepala. Termasuk aku, walau sedikit melihat. Rasa penasaran tetap ada dalam kepalaku.

"Kalian semua yang berkumpul di luar, bubar sekarang juga!" usir Grem saat mengetahui banyak sekali dari orang-orang yang menonton di luar. Kurasa mereka sangat penasaran.

Grem menghunus pedangnya, menarik napas panjang, lalu, "Aku hanya perlu membunuhnya."

Namun, sebelum itu, Ben mengatakan sesuatu, "Aku punya info untukmu, kemungkinan ada orang yang mengikutiku, mungkin kini salah satu dari mereka sudah masuk melewati terowongan itu."

Apa lagi ini, siapa yang mengikuti Ben?

Seseorang atau kelompok?

"Cepat, tunjukkan di mana itu!?" tanya Grem. Ia sangat marah.

"Ikut aku." Rendy berlari keluar dan Grem mengikutinya, begitu pula aku.

Ada orang tinggi besar penuh luka sedang berdiri di sana, di bawah pohon Apel. Ia memakai topeng berbentuk tengkorak. Tak butuh lama, ia melempar tombak yang ada di tangannya. Beruntung aku di dorong Grem sehingga tombak tak mengenaiku.

OutbreaK (Wattys Winner 2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang