Bab VI SEPI

14 5 2
                                    

Sejak Bara kembali kuliah, suasana kampus bagi Ara tak lagi sama. Terutama ketika di grup diskusi, Doni yang mengamati perubahan sikap dua penghuni grup diskusi itu menjadi curiga telah terjadi sesuatu antara Bara dan Ara.
“Ra, bisa pinjam catatan hasil laboratorium pasien yang sempat digunakan untuk diskusi sewaktu aku tidak masuk?” tanya Bara sambil menatap Ara yang duduk di seberangnya.
“Ha? Apa? Oh…iya, sebentar aku cari dulu.” Ara segera mengaduk-aduk isi tasnya, ia tampak cukup gerogi mendengar Bara menyapanya, meski hanya untuk meminjam catatan. Di kelompok diskusi itu, catatan Ara terkenal yang paling rapi dan jelas, tak salah bila hampir semua temannya meminjam catatan pada Ara bila berhalangan hadir,
Setelah beberapa lama mencari di dalam tasnya dan mengeluarkan seluruh barang bawaainnya, akhirnya Ara menemukan barang yang dcarinya. “Nih catatanku,” ujar Ara sambil menyerah sebuah buku berwarna merah muda dengan gambar hati berwarna warni.
Melihat Ara yang menyodorkan buku berwarna sangat cerah dengan gambar yang lucu dan centil membuat wajah Bara mengernyit sejenak. Ia kaget melihat Ara yang terlihat dewasa itu ternyata menyukai segala printilan berwana-warni yang semakin memperlihatkan sisi lain dari sosok Ara yang selama ini dilihatnya.
“Terima kasih.” Bara tersenyum pada Ara.
Melihat tingkah laku kedua teman yang dicurigainya, Doni segera berteriak melihat hal itu.”Ah gak rame. Kenapa sih kalian tidak berantem lagi?” sindir Doni melihat Bara yang masih tersenyum.
“Apa sih maksudmu Don, kamu buat rebut aja sih, sudah selesai belum laporan praktikum kemarin?’ Kata Ardi kesal, ia melirik Doni yang telah mengganggu konsentrasinya. “Kalau belum, jangan ganggu. Bikin rame aja kenapa sih?”
“Itu, aku lagi badmood nih. Pingin sesuatu yang rame, yang bikin kelas ini hidup.” Liriknya pada Bara dan Ara. “Sejak Bara mulai masuk kuliah lagi, kenapa kok belum ada hawa-hawa pertengkaran?” lanjutnya.
“Eh maksudmu apa? Jelasin ke aku!” bentak Ara merasa tersindir. Matanya membesar dan hampir keluar. Bara memperhatikan wajah cantic itu sambil menahan senyum. Tidak biasanya Ara menanggapi godan hanya dengan memelototi orang yang mengganggunya, biasa Ara akan langsung bertindak dengan memukul, mencubit atau juga memarahi orang itu habis-habisan. Namun kini, Ara telah berubah.
“Kamu biasanya tidak pernah bersikap manis pada Bara. Namun, sejak Bara sakit dan pulang dari rumah sakit kamu berubah. Tidak pernah memarahi Bara lagi.” Jelasnya sambil memberikan senyuman menggodanya.
“Duh Don, kamu perhatian banget sama Ara. Jangan-jangan kamu naksir Ara?” goda yang lain membuat rusuh suasana. Kelas  yang awalnya sepi, menjadi ramai akibat perkataan yang dilontarkan oleh Andre barusan.
Terdengar suitan dan celoteh godaan menggema di dalam ruang kelas. Melihat suasana yang tiba-tiba ramai bak pasar tumpah yang mendadak ada setiap minggu pagi. Melihat hal tersebut Ara yang merasa dijadikan bahan tertawaan segera pergi dari ruangan itu. Bergegas Ara meninggalkan ruangan itu, ia bahkan tidak sengaja meyenggol kursi tempat Bara yang sedang sibuk menyalin dari bukunya.
“Hei!” bantak Bara. Namun, begitu melihat Ara yang bergegas pergi, Bara segera memandang sekeliling kelasnya yang berisik. Bara tersadar, Ara pasti pergi karena ia tidak suka dijadikan bahan olokan oleh teman-teman sekelasnya. Bara segera bangkit dan mengejar Ara keluar kelas.
Melihat drama korea yang baru saja berlangsung, Doni kembali berteriak,” Tuh kan bakalan ada drama korea gratis nih. ’celetuknya sambil bergegas mengintip drama yang sedang terjadi di luar kelas. Segera beberapa orang ikut melongokkan kepalanya memperhaikan apa yang sedang terjadi.
Tampak oleh mereka Bara yang selama ini tidak pernah mendekati atau didekati perempuan, memgang bahu Ara. Wajah Ara tampak tersipu mengetahui pengejarnya adalah Bara.
“Sudahlah jangan hiraukan saja apa yang telah ia katakan. Ayuk kita kembali kekelas,”ajak Bara sambil menarik ARa ke arah kelas.
Melihat tingkah laku spontan Bara, Ara pun kaget. Dipandanginya wajah Bara yang tambak semakin tampan, dan tangannya yang masih dipegang oleh Bara. Tiba-tiba Ara merasa wajahmya memerah, dipandanginya tangan Bara. “Aku sudah selesai semua kok tugasnya. Setelah ini, tidak ada pelajaran lain kan, Aku mau pulang saja.” Diberinya Bara senyuman manis dan Ara pun segera pergi menjauh.
Bara hanya mengamati kepergian Ara yang semakin menjauh meninggalkannya. Bara segera kembali kekelas dan berusaha menyelesaikan tugasnya sesegera mungkin. Doni sahabatnya nampak mengamati tingkah laku Bara dari jauh.
“Ba, mana cewekmu? Kok gak kembali lagi ke kelas? Sudah selesai semua tugasnya?” goda Doni sekeli lagi. Sebuah lemparan bom ytang dilempar Doni membuatnya terkaget.
“Siapa cewek ku?” tanya Bara kebingungan.
“Ara.” Sontak kelasa kembali riuh rendah oleh sorakan anggota kelas itu.
Wajah Bara tampak memerah, ia meringis dan menundukkan kepala.

Kekasih yang Tak TersentuhWhere stories live. Discover now