Bab 35

48 1 0
                                    


“Ah Papa nih, gak bisa diem deh kalau dengar namanya disebut,” jawab Mama sambil tersenyum.
Interaksi keduanya melalui aplikasi whatsapp yang dilihat oleh Bara ternyata sangat mengobati kerinduannya pada keluarganya di Indonesia.
“Oh iya kamu jadi operasi awal Desember kan Kak?” tanya Mam membuat Bara yang melamun menjadi terkaget.
“Eh iya Ma, insya allah. Mama dan semua bisa menemani aku kan pas operasi? Katanya Ara juga mau ikut Ma, boleh kan?” tanya Bara. Mendengar nama Ara disebut. Mama segera teringat pertanyaan suaminya.
“Insya allah kami datang Kak. Soal Ara, memang Mama yang ajak, sekarang sudah mulai mengurus visanya kok,” jawab Mama, kemudian terlihat Mama mengalihkan perhatiannya pada Papa yang sedari tadi terlihat menunggu Mama berbicara.
Papanya merupakan seorang laki-laki pendiam, karena tidak banyak berbicara membuat kedua anaknya segan padanya. Terkadang Papa berusaha membangun komunikasi lebih intens, sehingga membuat kedua anaknya tidak merasa tidak diperhatikan.
“jadi begini Pa, Bara tadi meminta ijin kita untuk meminang Ara. Bila operasinya selesai, bagaimanapun hasil dari pemasangan biohacking itu, Bara tetap akan meminang Ara sebagai istrinya,” jelas Mama perlahan pada Papa. “Maaf Pa, bukan aku tidak ingin bertanya terlebih dulu pada Papa atau ingin mendahului Papa. Tapi aku tadi sudah memberi ijin pada Bara secara pribadi. Namun, semua keputusan terserah pada Papa juga akhirnya.”
Mama terlihat begituhati-hati menjelaskan hal ini pada suami tercintanya, ia takut bila keputusannya secara sepihak menyetujui rencana Bara melamar Ara tidak disetujui oleh orang nomor satu di keluarga itu. Melihat papa yang masih terdiam dan belum memberikan komentar apapun atas pertanyaan Mama, membuat suasana di whatsapp menjadi sedikit kaku.
Setelah beberapa lama hening, akhirnya Papa pun memberikan senyumannya pada kedua orang yang dikasihinya itu. “Papa juga setuju kok atas rencana Bara. Semoga Bara sudah memikirkan masak-masak apa yang akan ia kerjakan setelah menikah. Namun, Papa sadar, dengan menikah biasayanya semua menjadi lebih kreatif. Jadi silahkan Kamu lanjutkan rencanamu, Ra.”
“Alhamdulillah Pa, Mama sudah takut kalau Papa tidak setuju rencana ini. Karena Bara belum bekerja, dan Ara baru saja lulus.” Ucap Mama tulus.
“Alhamdulillah Pa, Ma. Terima kasih sudah memberi Bara ijin untuk meminang Ara. Insya allah Bara akan memikirkan apa yang akan Bara lakukan setelah menikah nanti. Terima kasih sekali lagi, Pa, Ma.”
***
Hari ini, pukul delapan pagi waktu Jerman akan diadakan operasi pemasangan biohacking pada Bara. Ditemani oleh kedua orangtuanya, adik semata wayang dan tentu saja Ara yang sudah jauh-jauh terbang ke Jerman hanya untuk menemaninya operasimembuat semangat Bara tinggi.
Bara tanpa ragu-ragu memasuki ruangan operasi yang dilakukan di sebuah rumah sakit pendidikan di Dusseldorf. Operasi yang memerlukan tidak lebih dari dua jam itu akhirnya selesai sesuai dengan perkiraan sang Professor.
Ketika Profesor selesai mengoperasi Bara, sembari menungu Bara siuman dari pengaruh obat bius, ia mendekati keluarga Bara dan mengatakan bila operasi berjalan dengan lancar. Menurut sang Profesor, berhasil atau tidaknya operasai yang dilakukan dapat dilihat sejak pertama kali Bara siuman dan berinteraksi dengan orang lain.
Mendengar hal ini tentu saja membuat anggota keluarganya termasuk Ara berdebar-debar, mereka semua berharap hasil dari pemasangan biohacking sesuai dengan keinginan mereka, sehingga Bara dapat menjalani hidupnya dengan lebih baik dan normal seperti orang lain.
“Istri dan anak-anakku sekalian, mari kita berdoa bersama. Semoga ketika Bara sadar nanti, Papa sangat berharap melihat Bara kembali normal,” ajak Papa kepada ketiga orang yang sedang menemaninya di ruang tunggu.
Permintaan itu dijawab segera oleh ketiganya dengan, “Aamiin…”
Tiba-tiba ketika mereka sedang terpekur berdoa, terdengar panggilan dari ruang perawatan, perawat memanggil nama Arad an mengatakan bila pasien bernama Bara sudah siuman. Hal itu tentu saja membuat Ara terkaget, karena merasa aneh dengan permintaan Bara, Ara meminta ijin terlebih dulu pada kedua orang tua Bara.
“Sudah sana temui Bara, kasihan dia menunggu kamu Nak,” ucap Mama.
“Saya masuk dulu, Pa, Ma, dek Ratih,” ucap Ara meminta ijin.
Perlahan Ara membuka pintu ruang perawatan dan menuju satu-satunya brankar yang ada di sana. Tampak sosok Bara dengan lengan yang masih terpasang selang infus menatapnya sembari tersenyum.
“lama sekali kamu Ra,” tanya Bara lemah.
“Kamu kenapa memanggil aku lebih dulu, bukan anggota keluargamu. Tentu saja aku kaget, jadi lama menemuimu.” Jawab Ara memberi alasan.
“Aku ingin yang pertama kali menyentuh dan memelukku adalah kamu, Ra,” ucap Bara. Sontak wajah Ara memerah mendengar perkataan itu. Tanpa mengatakan satu katapun, Ara segera menyentuh lengan Bara. Ditunggunya selama lima menit, namun tidak terjadi perubahan apapun pada tubuh Bara.
“Please Touch Me,” ucap Bara sambil menerima pelukan erat Ara. “Jangan lepaskan aku sampai kapanpun, Kinara Kim.”

TAMAT

Kekasih yang Tak TersentuhWhere stories live. Discover now