Bab XVIII

7 1 0
                                    

Bab XVIII
Kling…kling…kling…
Ratusan chat masuk bersamaan pagi ini. Kebiasaan Ara yang selalu mematikan hpnya setiap kali tidur malam membuatnya selalu kewalahan ketika ia akan menggunakan hpnya pagi hari. Bila pesan yang masuk telah menyelesaikan lombanya memasuki hp Ara, barulah ia bisa dengan tenang menggunakan hpnya itu.
Telah tiga hari sejak pertemuan pertamanya dengan Arka, Ara merasa risih. Setiap hari sampai puluhan kali hpnya berdenting, Arka sibuk menghubungi dengan menanyakan hal-hal sepele. Ara yang tidak biasa diperlakukan seperti itu merasa perhatian Arka terlalu lebay. Arka bahkan hari ini mengirimkan sebuah buket bunga ke rumah Ara, membuat kehebohan di rumah Ara.  Namun,  gadis cantik itu tetap dingin menghadapi semua perhatian Arka. Hal tersebut semakin membuat Arka tertantang untuk dapat menaklukan gadis berwajah oriental itu.
Setelah seminggu, terus menerus mendapat pesan agar mereka dapat kembali bertemu, akhirnya Ara mengalah. Tepat dua mingu setelah pertemuan pertama mereka, Ara menyetujui ajakan Arka untuk bertemu di Plaza Menteng. Sebuah tempat yang cukup terkenal bagi penduduk di sekitar menteng. Mereka akan bertemu di salah satu rumah makan cepat saji di bilangan plaza itu. Sebelumnya, Arka mengajak Ara untuk makan di salah satu restoran jepang yang berada di lantai atas Plaza itu. Namun, Ara menolaknya, tanpa mengatakan alasan ia tidak ingin makan  di tempat itu. Ara tidak ingin teringat kembali dengan Bara, karena di tempat itulah mereka sering makan bersama.
Seperti biasa Agnes merupakan sahabatnya selalu menanyakan hubungannya dengan Arka. Tak terhitung sudah berapa kali Agnes selalu menanyakan progress dari pendekatan Arka padanya dan telah ratusan kali pula Agnes merasa kecewa dengan sikap Ara yang terlihat dingin dan tidak antusias terhadap usahanya untuk membuat Ara melupakan Bara. Namun, tadi pagi demi menghormati perasaan sahabatnya itu Ara akhirnya memberitahu Agnes bila ia nanti malam akan bertemu dengan Arka makan malam di Plaza Menteng. Berita tersebut membuat Agnes berbinar-binar, dan berharap Aram au membuka hatinya untuk lelaki lain selain Bara.
Ara yang mendengar perkataan Agnes hanya tersenyum simpul. “Kamu kok senang banget sih? Sejujurnya aku ingin tahu kamu dibayar berapa sama Arka?” selidik Ara. Wajah Ara tampak bertanya-tanya, ia terlihat ingin sekali tahu.
“Gak lah, Arka gak bayar aku sepeserpun. Aku melakukan ini karena aku sayang kamu Ra, jangan julid dong. Aku hanya ingin sahabatku yang jelek ini bahagia,” ucap Agnes sambil menoel ujung hidung Ara dengan gemas.
“Ih beraninya noel-noel. Ya sudah aku percaya deh, semoga betul. Terima kasih sudah menyayangi aku<” ucap Ara sambil memeluk sahabatnya itu.
“hai kalian ada apa nih, merayakan apa kok peluk-pelukan?” tanya Doni yang tiba-tiba muncul di dekat mereka. Tampak Doni hanya sendriri tanpa sosok Bara di sampingnya.
Doni yang menyadari arti tatapan Arka segera tersenyum simpul, “Nyariin Bara ya? Dia sedang konsultasi KTI nya tu, senin dia sudah sidang tuh. Doain ya Ra?” pinta Doni berharap.
“Eh ngapai Ara harus berdoa untuk Bara. Sekarang Ara sudah gak sempet mikir cowok lain, dia baru di prospek sama cowok keren dari kampus sebelah.” Ucap Agnes nyinyir sambil melepaskan tangan Doni dari tangan Ara, “Jangan pegang-pegang Ara, udah ada yang punya nih” bentak Agnes galak.
Mendengar perkataan Agnes itu, Doni terdiam. Ia tidak menyangka bila Ara begitu cepatnya sudah melupakan sahabatnya, Bara. Meski Doni sempat mengamati keragua-raguan yang diperlihatkan ARa dan sikap Ara yang terlihat tidak nyaman atas perlakuan Agnes tapi hal itu tidak menghilangkan kecurigaan Doni atas apa yang sudah terjadi terhadap Ara.
“Ra, kamu beneran telah melupakan Bara?” tanya Doni tak percaya, di acaknya rambut di atas kepalanya tanda tidak mengerti akan keadaaan yang terjadi.
Ara yang mendengar pertanyaan Doni terdiam, ia merasa tidak nyaman akan pertanyan yang diilontarkan sahabat bara itu. Dipegangnya ujung hidungnya menandakan ia sedang berpikir jawaban apa yang harus diberikannya pada sahabat bekas kekasihnya itu. “Belum, namun kini aku sedang penjajakan dengan seseorang agar dapat melukan sahabatmu itu dengan mudah,” ucap Ara akhirnya dengan  jujur.
Setelah mengatakan hal itu, Ara segera menarik tangan Agnes mengajaknya pergi dari tempat itu. Ia merasa sangat tidak nyaman atas tatapan Doni yang menghakiminya sebegitu rupa.
“Don, kami ke perpustakaan dulu ya, masih ada beberpa bab yang masih memerlukan bantuan teori yang teersurat dalam buku-nuku tebal di perpustakaan kampus mereka.
“Iya Don, maafkan kami ya, kami pergi dulu.” Ucapkan Agnes menguatkan alasan Ara meninggalkan Doni. Agnes segera menundukkan kepala dan badannya sambil menarik tangn Ara menjauhi Doni yang masih sibuk berpikir atas apa yang baru saja mereka hadapi bersama.
“Kamu nih mulutnya ember banget sih Nes. Lihat  gak tadi bagaimana wajah Doni langsung berubah mendengar perkataanmu tentang Arka?” tanya Ara dengan wajah kesal.
“Iya, aku minta maaf,” sahut Agnes dengan wajah menyesal. Ara segera mengangguk dan mengajak Agnes menjauhi tempat itu.
***

Kekasih yang Tak TersentuhWhere stories live. Discover now