47. Papa Vaden

74 11 6
                                    

*judulnya ngawur banget sumpah😭😭 gabisa berenti ketawa pas ngetik wkwkwk (Papa Vaden culik aku dong)😭😭

~~~~

Mobil Vaden memasuki pekarangan rumah. Tangannya dipenuni mainan. Mulai dari masak-masakan, berbie, dan mainan bebek yang bisa bernyanyi.

"Halo anak papa," ujar Vaden.

"PAPA VADEN." Keynara berlari menghampiri Vaden membuat laki-laki itu sontak berlutut. Tak berapa lama tangan mungil Keynara sudah mengalung di lehernya, anak itu juga memberikan beberapa kecupan di pipi Vaden.

Vaden terkikik geli akan tingkah menggemaskan Keynara. "Liat nih papa bawa apa."

"AYE AYE MAINAN BARU."

"Suka?"

"Suka banget!"

"Karena mommy baru aja selesai masak jadi kita makan duluuuuu," sahut Natha yang baru saja muncul.

"YEAY, makan makan," teriak Keynara.

Vaden dan Natha bersitatap lalu terkekeh melihat Keynara yang kegirangan. Selalu saja mood anaknya itu bertambah berkali kali lipat ketika bertemu Vaden.

"T-tapi Key mau buang air kecil dulu."

"Ditemenin engga?"

"Engga usah, pa. Key kan anak pintar jadi kata mommy harus bisa buang air kecil sendiri," jawab Key.

"Pinternya anak papa. Ayo sini sini cium dulu," kata Vaden membuat Keynara kembali berlari memeluknya dan mencium seluruh permukaan wajah Vaden mulai dari dahi, hidung, pipi, bahkan dagunya.

Natha tersenyum haru melihat pemandangan di depannya. Bagi Natha, mereka berdua adalah hartanya yang paling berharga.

Mereka baru saja selesai makan. Keynara sudah sibuk bersama mainan-mainan yang dibelikan oleh Vaden.

"Makasih ya. Kamu udah mau jadi papanya Key." Tatapan Natha lurus kedepan mengamati putrinya yang sedang asik bermain.

"Nath mau sampe berapa kali sih kamu ngomong gitu. Keynara itu anak yang baik malahan aku yang beruntung bisa dipanggil papa sama dia. Udah, ya jangan bahas itu lagi."

Vaden tersenyum mengingat ketika Key pertama kali memanggilnya papa. Mungkin ketika anak itu baru berusia satu tahun atau kurang. Entahlah Vaden tidak mengingat jelas kejadian itu.

Satu tahun setelah lulus sekolah, Natha memang terpaksa menikah karena dijodohkan oleh anak teman mamanya. Masalah hutang piutang memaksa Natha harus menerima dinikahkan oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal.

Naas saat kandungan Natha berusia lima bulan, laki-laki itu ternyata selingkuh dan mulai melakukan kekerasan fisik pada Natha. Alasan itu yang membuat Natha memutuskan untuk menempuh jalur perceraian. Semenjak itu pula, Vaden lah yang selalu ada untuk Natha. Laki-laki itu yang selalu menemani Natha memeriksa perkembangan kandungannya ke dokter, bahkan Vaden rela keluar tengah malam untuk mencari bebek goreng ketika Natha ngidam.

Natha menatap manik Vaden. "Aku yang beruntung. Aku beruntung bisa kenal sama kamu yang selalu peduli sama aku bahkan ketika mama aku sendiri engga peduli. Keynara yang beruntung bisa dapat kasih sayang seorang ayah yang bahkan ayah kandungnya sendiri engga pernah ngasih," lirih Natha.

Bohong jika Vaden mengatakan ia tidak tersentuh oleh kalimat Natha. Buktinya mata laki-laki itu sudah berkaca-kaca.

"Di dunia ini engga ada yang kebetulan, Nath. Semua udah diatur dengan sebaik mungkin oleh sang pencipta. Mulai dari aku yang bisa kenal sama kamu, kamu yang punya anak lucu, intinya semua itu sudah tersusun rapi jauh sebelum kita dilahirkan."

BimbangWhere stories live. Discover now