18. Outbond

153 17 4
                                    


Hari ini merupakan hari kedua perkemahan. Terlihat pagi ini mereka kembali mendengarkan arahan dari guru pendamping. Setelahnya, pengurus Osis mengambil alih untuk menjelaskan beberapa outbond yang akan dilaksanakan sebelum makan siang.

Outbond pertama adalah memindahkan karet ke kotak yang telah disediakan. Masing-masing tim beranggotakan delapan orang yang dibagi langsung oleh pengurus Osis. Setiap anggota tim akan diberikan satu buah pipet yang diapit menggunakan mulut masing-masing. Sehingga karet harus berpindah dengan cara estafet dari pipet orang pertama hingga orang terakhir tanpa menggunakan tangan.

Tak bisa dipungkiri, bahwa hati kecil Aini menginginkan sekelompok dengan Vaden. Namun, apa boleh buat, saat kelompok mereka disebutkan nama Vaden tak terucap sama sekali.

Tapi, Aini tetap bersyukur setidaknya dirinya satu kelompok dengan Shalwa dan ... Farih. Juga ada Altan dan Tika. Sedangkan, tiga orang lainnya bernama Panji, Grace, dan Fina dari SMA Unggulan Harapan.

Selama kemah berlangsung, memang tidak ada pembedaan antara SMA Nusa Bakti dan SMA Unggulan Harapan. Seluruh rangkaian acara, mereka lakukan bersama-sama. Rumornya, kepala sekolah mereka adalah kerabat. Pastas saja.

Pritt... Peluit ditiup tanda permainan sudah mulai.

Tim Aini sangat hati-hati memindahkan karet itu. Mereka baris secara horizontal dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Mengoper dengan pelan tapi pasti karet itu hingga ke anggota terakhir. Karet saat ini dikendalikan oleh Altan yang sebentar lagi sampai di kotak. Sayang, karet itu terjatuh sebelum sampai ke tempat tujuan membuat mereka mendesah kecewa sambil melompat-lompat saking gregetnya.

Posisi di rolling kembali. Posisi akhir ditempati oleh Panji. Sedangkan Aini yang semula berdekatan dengan Shalwa dan Grace. Kini harus bersebelahan dengan Farih di sebelah kanannya dan Fina di sebelah kirinya. Mau tak mau permainan tetap berlanjut.

Tak tau kenapa, saat Farih berusaha memindahkan karet yang ada di pipet yang tengah ia gigit ke pipet yang juga digigit Aini, suasana menjadi canggung. Baik Aini maupun Farih merasa kaku. Tapi, Aini tetaplah Aini, si gadis ceria dan bersikap ramah pada siapa saja.

Aini berusaha fokus pada karet yang sebentar lagi berpindah ke pipetnya. Karet itu hampir terjatuh kalau saja Farih tidak sigap menahannya membuat Farih terpaksa memanyunkan bibirnya dan tentu saja sukses membuat Aini ingin tertawa.

Shalwa yang berada di samping kanan Farih merasa tidak enak melihat pemandangan yang menurutnya romantis itu. Tapi, perempuan itu segera menguburkan pikiran buruknya. Toh ini cuma permainan. Begitu pikirnya.

Permainan pertama telah usai. Dari banyaknya tim yang ada, pemenangnya jatuh kepada tim Aini. Meski gagal berkali-kali, siapa sangka tim lain mengalami kegagalan yang lebih dari mereka.

Permainan kedua sekaligus penutup adalah memanah. Masing-masing siswa diberi kesempatan memanah sebanyak tiga kali, siswa yang berhasil menancapkan anak panah pada sasaran akan mendapatkan tiket untuk menaiki wahana flying fox.

Hasilnya ? Tentu kalian sudah tau, bukan ? Aini dan Shalwa rutin mengikuti kelas memanah. Jadi, tidak heran jika hanya satu kali percobaan mereka sudah berhasil.

Disini lah mereka berdua berdiri. Mengantre menunggu giliran untuk menaiki wahana. Sebenarnya, Farih juga mendapatkan tiket. Hanya saja, si bayi besar menyebalkan Bian malah merengek meminta tiket Farih karena ia tidak mahir memanah. Katanya, wahana ini jenis kesukaannya.

BimbangWhere stories live. Discover now