31. Pergi

79 14 6
                                    


Kamu terlalu baik kepada setiap orang. Hingga aku bingung membedakan caramu mencintaiku dan menolong orang lain

🌸

Vaden datang lebih awal dari yang dijadwalkan. Entah karena apa, mungkin jam nya sedang bermasalah, atau mungkin juga ia terlalu bersemangat.

Begitu sampai, orang yang pertama kali ia lihat adalah Haris, abi Aini.

"Pagi, abi," sapa Vaden.

"Vaden? Pagi-pagi buta begini mau ngapain?" tanya Haris bingung.

"Mau jemput Aini abi," jawab Vaden.

"Jemput kemana?"

"Mau ke tabligh akbar," balas Vaden kikuk.

Haris sontak menyernyitkan dahinya. Matanya memperhatikan Vaden dari atas hingga ujung kaki. Dari pakaiannya tidak seperti orang yang ingin ke tabligh akbar.

Terbukti dari bajunya. Vaden hanya mengenakan baju kaos warna putih yang ia padukan dengan kemeja kotak-kotak yang sengaja tak ia kancing.

Vaden juga mengenakan celana kain warna mocca serta jangan lupakan sepatu Vans berwarna hitamnya.

"Kamu yakin mau tabligh akbar?" tanya Haris sekali lagi.

Melihat keraguan dari wajah Haris membuat Vaden sedikit berkecil hati. Sebisa mungkin Vaden mengangguk untuk mengiyakan pertanyaan Haris.

Farida yang baru saja datang langsung mengingatkan suaminya.

"Abi enggak boleh gitu," tegur Farida dengan suara yang sengaja dikecilkan agar Vaden tidak mendengarnya.

"Nak Vaden. Udah lama? Kebetulan umi baru aja selesai masak. Masuk dulu, kita sarapan bareng," ajak Farida.

"Belum lama kok umi. Makasih umi," balas Vaden.

"Iya, umi benar. Ayo makan dulu. Ucapan abi tadi lupain aja. Ayo masuk, masuk," ujar Haris.

Sedangkan Vaden hanya bisa tersenyum canggung sembari berjalan masuk kedalam rumah Aini. Jujur saja, Vaden masih merasa sedikit kurang percaya diri setelah obrolannha dengan Haris baru saja.

"Duduk, nak. Sebentar lagi Aini juga kebawah," ujar Farida ramah.

Tak lama setelah Farida mengatakan itu, Aini kemudian muncul dari atas tangga. Membuat mata Vaden terpaku, ia tak memalingkan pandangannya sedetik pun dari Aini.

Perempuan itu tampak anggun dengan gamis hitamnya. Jilbabnya ia model segitiga biasa. Tampak sederhana, namun luar biasa bagi Vaden.

"Ehem...ehem" deham Haris yang melihat Vaden yang tak henti menatap putrinya.

Vaden tersadar. Ia cepat cepat memalingkan pandangannya. Bagaimana bisa ia hilang kendali seperti tadi? Vaden seolah terhipnotis.

"Ayo sini, sayang. Kalian berdua makan dulu sebelum berangkat," ujar Farida.

Lagi. Mereka kembali makan bersama. Kali kedua Vaden duduk dimeja makan yang sama bersama Aini dan keluarganya.

●●●


Vaden dan Aini memutuskan untuk menumpangi kendaraan umum. Kata Vaden, biar bisa lebih menikmati waktu. Aini ikut saja, toh sebelum ia mahir mengendarai motor Aini sempat menjadikan kendaraan umum sebagai sahabatnya.

"Kamu cantik," gumam Vaden.

"Hem? Kamu ngomong apa?" tanya Aini. Wajar saja, karena kondisi di kendaraan umum memang sedikit bising. Ditambah lagi Vaden berbicara dengan volume rendah.

BimbangWhere stories live. Discover now