43. Kecelakaan

97 19 37
                                    


Terhitung sudah hampir dua bulan Vaden dan Aini tidak pernah bertemu. Hanya berkomunikasi sesekali melalui pesan. Itupun Vaden yang memulainya dengan bertanya hal kecil seperti 'bagaimana kabar Aini sekarang' dan akan dibalas seadanya pula oleh perempuan itu.

Mengenai niniknya, Vaden sudah meminta penjelasan dan Ariti menurutinya. Mengatakan semua kebenaran tanpa ada yang tertinggal sedikitpun.

Vaden marah tentu saja tapi Ariti telah meminta maaf dan dengan mudah di maafkan oleh Vaden. Kedekatan mereka begitu nyata hingga Vaden tidak akan pernah meninggalkan niniknya apapun yang terjadi.

"Nik, Vaden berangkat ke sekolah dulu," pamit Vaden.

Ariti tersenyum dan mengusap puncak kepala cucunya. "Ujiannya di kerjain baik-baik, gus."

"Pasti, nik."

●●●


"Gila sih baru kali ini aku ujian berasa orang pintar," ujar Bian membuka pembicaraan.

"Kenapa, Yan?" Tanya Altan.

Farih, Altan, Bian, Angga, Aini, dan Shalwa memang baru saja menyelesaikan ujian nasional di hari terakhir. Mereka sedang berjalan di koridor dan bermaksud ingin ke cafe untuk sekedar melepas penat.

"Yang diajarin Aini masuk semua ya ALLAH seneng banget," girang Bian.

"Sama, Yan. Bau-baunya aku bakal lulus dengan nilau uwaw nih," ujar Angga cengengesan.

"Semua materi kan emang udah pernah dipelajarin. Kita semua bisa kok asal mau belajar aja," tutur Aini.

"Nah setuju. Kalian sih baru tau nikmatnya belajar kayak gimana," timpal Altan kepada Bian dan Angga.

"Semoga kita semua lulus dengan nilai yang tidak mengecewakan," harap Shalwa.

Farih tersenyum. "Aamiin."

"Aamiin paling serius ya ALLAH," ucap Bian dengan semangat menggebu.

●●●


"Gimana Ni rencana kuliah kamu. Udah ada?" Tanya Haris.

"Sudah abi. Insya ALLAH Aini pengen ke Al-Azhar, Kairo," jawab Aini.

"Masya ALLAH anak abi. Sini dulu peluk abi," ujar Haris menarik Aini ke dalam pelukannya.

"Abi bangga sama Aini," ucap Haris mencium puncak kepala putrinya.

"Doain semoga Aini bisa lulus."

"Insya ALLAH sayang."

Usai perbincangan singkat tadi, Aini segera naik ke lantai atas menuju kamar.

Aini meraih ponsel, jemarinya mengunjungi sosial media Vaden yang hanya memiliki satu postingan.

Dalam foto itu Vaden mengenakan kaos basket dengan nomor punggung 9.

Netranya melihat ternyata banyak komentar yang membanjiri postingan tersebut. Rasa penasaran membawa Aini akhirnya membaca satu persatu komentar yang kebanyakan memuji Vaden atau meminta Vaden mengikutinya kembali.

Aini terkekeh. Lalu menatap foto itu sekali lagi. Aini tidak menyangka dirinya dan Vaden sudah benar-benar berpisah. Tidak ada lagi harapan.

Ketika ingin meletakkan handphone, jarinya tiba-tiba tergerak membuka story instagram Bian yang ternyata berisi video singkat.

Tidak ada yang berarti dalam video itu, hanya memperlihatkan teman-teman nya yang sibuk memanggang daging. Mereka rupanya tengah merayakan pesta kecil-kecilan.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang