28. Tempat Spesial

93 16 11
                                    


Masalah datang tanpa henti
Tak mengenal waktu
Tapi hadirmu bagai bukti
Tuhan memang seadil itu.

🌸

Setelah jam pulang sekolah, Vaden memutuskan untuk menunggu Aini di depan gerbang sekolah SMA Nusa Bakti tanpa memberitahunya lebih dulu. Tidak ada alasan lain, Vaden hanya ingin saja.

Satu persatu siswa mulai keluar dari gerbang. Mata Vaden tak lepas dari itu.

Begitu perempuan berhijab menggunakan motor matic biru itu keluar, Vaden sontak memanggil namanya, "Aini!"

Mendengar namanya dipanggil, mau tak mau Aini harus menghentikan laju motornya.

"Vaden? Kamu ngapain disini?" tanya Aini.

"Nyari cewek ...," ujar Vaden membuat Aini memasang wajah datarnya.

"Udah dapet nih. Mau kenalan engga?" tanya Vaden.

"Terserah kamu."

"Namanya Rasyifah Aini Lathifah," jawab Vaden sambil tersenyum dan memperhatikan Aini dengan tatapan isengnya.

"Ish, apaansih," tutur Aini ketus. Tapi, jauh didalam lubuk hatinya, Aini merasa senang. Ia ingin tersenyum, namun sebisa mungkin ia tahan.

Vaden tertawa lepas melihat tingkah malu-malu Aini, membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka.

"Setelah ini kamu ada kegiatan engga?" tanya Vaden setelah berhasil menetralkan tawanya.

"Enggak. Mau langsung pulang," jawab Aini.

"Aku mau ngajak ke suatu tempat. Mau enggak?" tanya Vaden kembali membuat Aini menyernyit.

"Kemana?"

"Tempat spesial."

Aini tampak berpikir, setelah menyumbang hai bang akhirnya Aini memutuskannya. "Boleh, deh. Tapi pulangnya sebelum maghrib."

"Siap boss."

Baru saja Vaden ingin memasang helm fullface nya kembali, tiba-tiba tiga orang siswa menghampiri mereka.

Siswa itu tampak saling mendorong satu sama lain dengan malu-malu.

"Kak Vaden, kan?" tanya salah satu diantara mereka.

Vaden menyernyitkan dahinya. "Iya. Kenapa?"

"Emm... anu," jawabnya.

"Buruan ngomong," sela temannya yang lain memaksa.

"Buruan, Sal," ujar yang lainnya.

"Kita mau foto. Boleh?" tanya memberanikan diri.

Pertanyaan itu sontak membuat Aini melongo. Tapi tidak bagi Vaden. Baginya, hal itu sudah, em.. Biasa.

Vaden menatap Aini lalu menaikkan kedua alisnya tanda meminta persetujuan.

Aini tersenyum, "Sini aku yang fotoin."

Mereka sudah berdiri mengambil pose masing-masing. Vaden berdiri ditengah, diapit oleh ketiga perempuan itu.

Vaden hanya berdiri sambil tersenyum, sedangkan yang lainnya sudah mengganti beberapa gayanya. Mulai dari peace dua jari, gaya sarangheo, gaya sok candid, dan banyak lagi gaya yang bahkan Aini pun tidak tau itu gaya apa.

Ketiga perempuan itu sudah pamit sambil mengucapkan terima kasih. Tidak lupa memberikan coklatnya masing-masing pada Vaden.

"Memangnya Vaden artis?" tanya Aini pada dirinya sendiri.

BimbangWhere stories live. Discover now