23. Tanpa Kabar

72 17 7
                                    


"Kak Aini, kok pita bilu diiket dengan pita hijau ?"

Aini menoleh ke sumber suara. Kemudian lanjut melihat beberapa pita di tangannya.

"Astaghfirullah"

"Kak Aini enggak fokus, ya?. Mikilin apa, kak ?," kata Anak itu sebelum akhirnya memutuskan untuk duduk dipangkuan Aini.

Aini menatap anak itu. Ia menggeleng lalu tersenyum. Mencoba mencari alasan yang pas untuk ia lontarkan.

Sungguh tidak mungkin, ia menceritakan kerisauannya beberapa hari ini. Tentang pikirannya yang sibuk menanyakan 'Kemana Vaden beberapa hari ini?' atau  'Apa laki-laki itu baik-baik saja?'.

"Kak Aini cuma bingung aja. Dipojokan sana bagusnya pakai balon dua warna atau tiga warna ?," tanya Aini menunjuk beberapa sisi dinding.

Anak itu sontak berdiri. Terlihat antusias. Lalu berlari mengambil beberapa balon dan mencoba memposisikannya ke dinding. Baik balon dua warna maupun tiga warna.

"Menulut kak Aini gimana ? Lebih bagus mana ?."

Aini pura-pura berpikir. Karena sebenarnya, Aini sudah memikirkan semua itu. Semua dekorasi di Yayasan ini sudah Aini rancang dengan matang.

"Dua warna aja, deh. Kayaknya lebih bagus. Menurut Bila gimana ?"

"Bila sepakat. Dua walna lebih oke."

Bila kembali ke posisi awal. Duduk di pangkuan Aini.

"Kak Aini, sebelum pulang nanti Bila mau foto dulu baleng kak Aini dan kak Falih," ujar Bila yang sekarang juga ikut membantu Aini mengikat pita.

"Boleh. Tapi bertiga aja ? Kak Shalwa, kak Altan, dan kakak-kakak yang lain enggak diajak ?"

Bila menggeleng yakin. "Beltiga aja."

"Yaudah terserah Bila," ujar Aini sambil mengelus kepala Bila dengan lembut.

Setelah semua pekerjaan selesai. Masing-masing memutuskan untuk pulang. Kalau saja Bila tidak memanggil Aini dan Farih, mungkin juga mereka sudah bergegas.

"Kak Aini, kak Falih ! Tunggu dulu," teriak Bila.

Mereka berempat menoleh serempak.

"Kak Aini lupa, ya ? Kan tadi Bila udah ngomong."

"Astaghfirullah kak Aini lupa. Maaf"

"Iya enggak apa-apa. Ayo kita foto dulu. Disini aja". Bila lalu menarik tangan Aini dan Farih. Lalu menyerahkan kamera itu kepada Shalwa.

"Kak Shalwa, Bila minta tolong fotoin."

Shalwa terkejut. Tidak menyangka lebih tepatnya. Ada rasa tidak rela, tapi sebisa mungkin Shalwa menyamarkan perasaan itu.

Sekarang, semua sudah pada posisinya. Bila yang berdiri diantara Aini dan Farih yang sedang berlutut untuk mensejajarkan tinggi. Shalwa yang ditugaskan sebagai fotographer juga ikut berlutut dengan kamera ditangannya. Sedangkan Altan hanya berdiri dengan santai.

"Satu.. Dua.. Tiga"

Foto pertama baru saja selesai. Sang objek tersenyum lebar kearah kamera. Masih pose formal.

"Lagi, kak," seru Bila.

"Satu.. Dua.. Tiga"

Foto kedua. Bila merangkul pundak Farih dan Aini. Mereka bertiga terlihat sangat dekat dan ... Bahagia.

"Sekali lagi"

"Satu.. Dua.. Tiga"

Foto terakhir. Bila tiba-tiba berdiri di belakang Farih. Memeluk leher Farih dari belakang lalu menarik Aini untuk mendekat. Mereka terlihat amat serasi.

BimbangWhere stories live. Discover now