17. Vaden vs Farih

108 18 5
                                    


Membutuhkan 6 jam perjalanan untuk sampai di tempat kemah. Setelah mendengarkan arahan dari pembina. Masing-masing siswa menghampiri tenda yang telah dibagi sebelumnya. Bersyukur karena Aini satu tenda dengan Shalwa dan bersama dua orang temannya yang lain.

Masing-masing mereka membangun tenda yang berukuran agak besar. Mereka mengikuti satu demi satu langkah yang diucapkan oleh pembina melalui pengeras suara. Anggota osis juga berpencar untuk membantu siswa yang kesusahan.

Setelah tiga puluh menit berlalu, semua siswa terlihat sudah berhasil membangun tendanya masing-masing. Mereka menyimpan barang yang ia bawa sekaligus berkenalan dengan teman satu tenda mereka.

●●●

Aini, Shalwa, Tika, dan Mela tampak asik mengobrol di depan tenda mereka. Aini yang mengenakan tunik bercorak bunga hitam putih yang dipadukan dengan kulot hitam serta jilbab pashmina panjang itu terlihat sangat manis.

"Fikss pulangnya aku enggak mau lagi deketan duduk sama dia" celoteh Mela kesal namun yang lainnya malah asik tertawa.

Mengingat bagaimana tersiksanya Mela sebelum sampai disini membuatnya naik darah. Bayangkan saja, saat di bus, perempuan yang duduk disamping Mela selalu tertidur ... Tidak, bukan itu masalahnya. Ia mendengkur dengan sangat keras dan yang paling membuat Mela naik pitam, perempuan itu mengeluarkan cairan cairan kental dari mulutnya alias iler dan mengusapnya ke lengan Mela.

"Kasian banget kamu, Mel," ujar Shalwa.

"Tapi tetep loh, kejadian ini jangan dibicarain lagi sama orang lain. Itu aib dia" ujar Aini memperingatkan.

Mela hanya mengangguk patuh.

Bian melirik ke tenda Aini. Ia mendapati keempat perempuan itu sedang asik berdongeng ria.

"Assalamu'alaikum bidadari-bidadari surga ku" sapa Bian setelah ia sampai di tenda Aini.

"Wa'alaikumussalam" jawab mereka serempak.

"Lagi bicarain apa, nih ?" tanya Bian sok asik.

"Siapa, sih ? Sok iye banget. Kenal aja enggak" jawab Tika sarkas.

"Eh cabe-cabean nyambar aja. Orang aku nanya sama Aini, kok. Kok situ yang sewot" balas Bian tak mau kalah.

"Gigi mu cabe-cabean. Jangan mentang-mentang aku pirang gini kamu bebas ngatain aku cabe-cabean. Dasar jamet !" balas Tika sambil memberikan tatapan maut kepada Bian.

"Siapa yang jamet, hah ? Ganteng gini dikata jamet. Buta matamu !"

"Udah, Tika, Bian. Malu tuh diliatin orang" Aini menengahi.

Tika yang masih berapi-api pun memutuskan diam sambil menyepol rambutnya yang mulai berantakan. Sedangkan Bian malah menjulurkan lidahnya kearah Tika.

Farih, Altan, dan Angga memutuskan untuk ikut menghampiri Bian setelah mendengar keributan di depan tenda Aini. Benar saja, ternyata Bian sedang adu mulut dengan perempuan yang mengenakan celana jeans ketat dan jaket yang tak terlalu besar.

Tika dan Mela memang tak berjilbab. Namun, bukan berarti kita memiliki hak untuk menghujat mereka. Mereka hanya perlu di nasehati dengan cara yang lembut dan sopan.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang