29. Gelang Couple

85 15 8
                                    


Vaden mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Disampingnya, ada Aini yang tengah duduk sambil menatap lurus kedepan.

Mereka akan ke pasar malam bersama Vania dan Vanya. Tidak tau kenapa, Vaden seolah tidak memiliki kekuatan untuk menolak permintaan adik tiri yang terbilang baru ia kenal.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Malam ini, Haris tidak berada di rumah. Abinya sedang melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Hal itu memang sering terjadi lantaran abinya bekerja di pemerintahan.

Farida mengizinkan Aini untuk pergi dengan syarat harus pulang sebelum jam sepuluh. Sebelum berangkat, Vaden pun sempat pamit dan berjanji akan menjaga Aini.

Farida merupakan tipikal ibu yang tidak mengekang anaknya. Biasanya, Haris yang akan melarang Aini untuk keluar malam.

Farida memberikan kepercayaan penuh pada Aini. Ia yakin, dengan ilmu agama yang dibekalkan sejak dini mampu menjadi benteng Aini untuk menjaga diri.

"Kamu ngikutin aku, ya?" tanya Vaden membuka suara.

Aini menoleh dan mengerutkan dahinya, "Ngikutin apanya?"

"Jilbab kamu sama hoodie aku kok bisa samaan gitu," jawab Vaden yang tetap fokus mengemudi namun sesekali curi-curi pandang ke arah Aini.

Mendengar itu, Aini sontak melihat objek yang disebutkan oleh Vaden tadi.

Memang benar, malam ini mereka tampak serasi. Vaden yang menggunakan hoodie berwarna mocca sangat senada dengan warna jilbab Aini. Meski mereka tidak janjian.

"Ishh apaan, sih. Kamu kali yang ngikutin," balas Aini.

"Orang tadi aku dulu kok yang ke rumah kamu," jawab Vaden. Vaden bukan ciri orang yang tidak ingin mengalah. Hanya saja, ia ingin menggoda Aini malam ini.

"Tapi kan aku udah selesai pakaian sebelum kamu sampai," balas Aini lagi-lagi membuat Vaden terkekeh geli.

"Yaudah berarti kita jodoh," ucap Vaden final membuat keduanya sempat tak berkutik selama beberapa detik.

"Apaan sih," ujar Aini menyembunyikan senyum malu-malunya.

"Kalau mau senyum, senyum aja, Aini," ujar Vaden membuat Aini mau tak mau menampakkan senyum manisnya.

"Tapi kamu aamiinin, enggak?" tanya Vaden setelah menghentikan mobilnya lantaran lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.

"Yang mana?"

Vaden menghela napas dalam lalu menoleh kepada Aini yang entah kenapa terlihat semakin cantik di mata nya, "Yang tadi. Kita berdua jodoh," ucap Vaden.

Aini terdiam. Bingung ingin merespon seperti apa.

"Kenapa? Kamu enggak mau kita berdua jodoh?," tanya Vaden membuat Aini semakin membisu.

"I-itu..." jawab Aini terbata.

"Hm?" tanya Vaden lembut. Kali ini kepalanya menoleh penuh pada Aini.

Aini menunjuk kearah lampu lalu lintas. "Udah lampu hijau."

Vaden tersenyum lembut kemudian melanjutkan perjalanan.

"Bisa aja kamu ngelesnya," ucap Vaden.

"Maaf," cicit Aini.

●●●


Setelah Vaden menjemput Vania dan Vanya di taman waktu itu mereka bertemu, mereka pun melanjutkan perjalanan.

Vaden memang meminta Vania dan Vanya menunggu disitu, Vaden terlalu lemah bahkan hanya untuk melihat rumah yang dihuni oleh mamanya. Seolah kilas balik masa lalu menghujam ingatannya berkali-kali. Bahkan, saat menjemput kedua adik tiri nya pun, Vaden berpesan agar tidak ada mamanya disana. Sungguh Vaden sangat muak melihatnya.

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang