Menjadi Berandal

57 9 10
                                    

"Ya itu lo nolongin gua." Elok langsung dibayar lunas dengan tempeleng Haira. "Sakit bego!" kata Elok. Ia hanya dibalas dengan berdirinya Haira meninggalkannya. "Ra! Kemana?"

Haira berhenti sembari menggerakkan ketiga jarinya sebagai tanda menyuruh Elok mendekat. Sifat penurut membuatnya lantas semi berlari. Sampai Elok tepat di samping Haira, kepalanya dijepit dengan lengan kekar Haira sekaligus ditarik untuk berjalan. Haira mengatakan, "Ke kantin." Elok hanya bisa merintih melihat sikap perhatian temannya itu. Saat itu mereka berada di kampus dan waktu menunjukkan pukul 10, Haira tahu Elok selalu melewatkan sarapan.

Begitulah mereka mengakhiri percakapan pergerbongan kereta. Sebuah berkat bagi Elok, ia dipertemukan dengan makhluk kasar, sering mengumpat, dan sangat sangat penyayang seperti Haira.

Selama dua bulan terakhir, Elok sering berkesempatan duduk. Ia menyebutnya kesempatan karena nasibnya sepuluh bulan lalu yang terus berdiri. Dahulu, ia menganggap berdiri adalah suatu keharusan ketika menggunakan kereta antarkota, apalagi ia termasuk anak muda yang dinilai masih punya banyak tenaga.

Selama 47 menit, Ia hanya duduk seraya melihat ke luar jendela. Ia hampir hafal semua penampakan gedung, perumahan, dan permukiman penduduk di sekitar rel, serta perubahan-perubahannya.

Ia tak pernah bisa tidur di dalam kereta. Ada satu hal yang belum terintegrasi pada otaknya: rute. Elok selalu khawatir gagal keluar dari gerbong. Walaupun peta sederhana berupa titik-titik transit setiap stasiun sudah ditempel pada pintu-pintu, tetap saja: pengaruhnya tidak banyak baginya.

Selama 47 menit, ia selalu gelisah sembari memandangi hitungan mundur dari sisa waktu pada jam tangannya. Elok sering kali mengira kereta yang ia naiki sengaja terus melaju demi menyesatkannya karena durasinya terlalu lama. Terkadang, ia masih mengalami salah turun stasiun, entah belum saatnya atau sudah terlewat dari semestinya. Namun, kadarnya tidak sesering pada masa permulaan ia memilih kabur ke desa Sangaleya. Mulanya, ia sangat parah. Kemudian, berubah menjadi cukup parah, tidak parah, dan perlahan berkurang frekuensi salahnya. Untuk itu, ia melarang otaknya beristirahat karena harus terus awas akan rute dan pengumuman kru kereta.

Selama 47 menit, kereta terisi banyak orang, tetapi ia dominan merasa sendirian. Bukan hanya disebabkan keheningan‒penumpang dianjurkan tidak berbicara‒melainkan juga kacaunya perasaan Elok. Keceriaan, kepercayaan diri, dan kemeriahan yang dahulu melekat pada dirinya, sekarang terkubur. Ia terus bertanya apakah hal itu sudah benar-benar mati atau hanya beralibi mati. Karena, ketika bersama Haira, ia dapat leluasa mencurahkan apa pun. Namun, jika tidak, tidak ada yang lain selain kosong.

Naluri Elok‒perempuan berusia 18 tahun‒dikendalikan oleh emosi yang diserap dari keluarganya secara tidak sadar. Keluarganya diisi oleh banyak orang berpengaruh dan berwenang tinggi. Mustahil untuknya berdaulat atas dirinya sendiri jika berdampingan dengan mereka.

Mereka teratur bertitah tentang masa depan keturunannya ketika kumpul kerabat, "Kalian boleh coba semua bidang, kami pasti membantu dari semua sisi. Terutama untuk biaya, kalian tidak usah mencemaskannya. Kalian bisa langsung bilang ke Ayah, Pakde, Bude, atau Ibu."

Titah mereka hanya topeng. Pada kenyataannya, mereka bertindak sebaliknya dan selalu berkomentar pada keputusan yang diambil oleh setiap keturunan mereka. Seperti setahun lalu, kemerdekaan memilih jalan hidup adalah nol. 

Secara pribadi, perkataan mereka telah menjamuri pikiran Elok. Ia mengingat rinci kalimat yang diutarakan ayah Elok, "Kamu itu mau jadi apa sih, El? Sudah berapa banyak uang Ayah yang kamu habiskan buat daftar ini daftar itu, tapi nggak ada hasilnya!" Tentu, Elok hanya dituntut diam‒menghindari cap anak kurang ajar.

"Jangan bilang kamu masih terus ngerokok ya, El!"

***

Photo by Vlad Bagacian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Photo by Vlad Bagacian

Thank you ^^ || https://www.pexels.com/photo/white-and-grey-vehicle-interior-1444109/

Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Where stories live. Discover now