"Kalau ternyata ... gua lolos?"
"Lu lagi dipermainin."
"Berarti tinggal mainin balik dong?" jawab Elok.
"Iya, mainin aja."
"Uu ... emang idaman banget manusia ini." Elok merangkul bahu Haira sembari mengajaknya kembali ke penginapan. Ia terlalu gemas sampai-sampai rangkulannya lama sekali dilepaskan. Haira yang selalu mengatakan segala sesuatu dengan tandas, membuat Elok ingin melipat-lipat tubuhnya lalu menghanyutkan ke sungai.
Riki. Yang bisa dilakukan Riki saat itu adalah mengikuti mereka. Kemudian, ia pamit setelah sampai. Ia membiarkan mereka berbincang karena jarang sekali mendapati Elok bercakap-cakap begitu akrab dengan orang lain selain Bapak Pelatih.
"Ra, nggak mau kasih jimat gitu?"
"Katanya mau ngikutin permainannya."
"Tadi sok-sok an aja ... hehe."
"Mau apaan?"
Elok menunjuk ke arah pergelangan tangan Haira. Ia melihat ada hal yang cukup menarik melingkar di tangan kekarnya. "Gelang," katanya bersemangat.
"Jangan ditaruh sembarangan. Itu susah dapatnya." Haira mengabulkan permintaan anak ayam itu.
"Bakalan dipakai sampai napas terakhir!"
"Aneh. Kalau udah rusak, buang aja."
"Nggak bakal rusak."
"Semua ada masa kedaluwarsanya, El. Jangan buta fakta hanya karena itu dari gua."
***
Photo by Liza Summer
Thank you || https://www.pexels.com/photo/unrecognizable-female-sitting-with-crossed-legs-in-room-on-floor-6383192/
YOU ARE READING
Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)
青少年小說Tokoh perempuan bernama Elok sudah memiliki karier yang ia mau. Akan tetapi, seketika hancur karena kuatnya otoritas keluarga. Kejadian itu membuatnya tidak lagi percaya akan dirinya sendiri dan hidup tanpa keyakinan bisa meraih keberhasilan kembali...