Kutub Mencari Air

8 2 1
                                    

Elok mengingat hari-hari bersama kakung di Desa Sangaleya. Meski keruwetannya masih belum kelar, ia beruntung diberikan kesempatan merasakan kehangatan kasih sayang.

"Nggak papa kalau kalah. Toh Elok udah dapat benefitnya, kan?"

"Belum, Kung. Elok nggak dapet medalinya."

"Eh, nggak harus medali dong, El. Tubuh kamu bugar, kamu jarang sakit, kuat bantu-bantu Kakung di sini lagi."

"Coba aja impian Elok bisa sesederhana itu ya, Kung."

"Kamu kan bisa menyederhanakannya, El."

Hanya sampai situ ingatannya bisa dikenang. Sebab Mas Ranook sudah siap menghadang dengan pertanyaan tajam. "Seperti dugaan, kamu cuma punya keberanian bodoh."

Elok tetap dalam posisi membungkuk saat mendengar perkataan itu. Batinnya berhasil dihentakkan tetapi, tubuhnya kaku. Nalurinya membeku sampai-sampai tidak kuat menanggapi omong kosongnya.

"El! Ini nih yang Mas Ranook nggak mau. Kena tekanan dikit kabur, dapet hasutan dikit ngehindar. Mau sampai kapan ilang-ilangan?"

Elok tetap diam. Kondisi saat itu sungguh senyap. Tidak ada suara hentakan atau gesekan sepatu. Bahkan napas mereka pun amat sunyi. Ia menahan kesedihannya lewat upaya menggigit bibir bawahnya cukup lama. Juga, tangannya makin merekat lutut demi menopang tubuh lemah Elok.

Sampai akhirnya Mas Ranook keluar ruangan tanpa membawa jawaban, Seketika Elok tumbang. Ia tergeletak di sisi kiri dengan kesedihan setia menemaninya.

Kali ini ruangan itu penuh kemuraman. Tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan jadi, Elok memilih mengosongkan pikiran dan mengikuti emosi yang tercurah.

Di luar, Mas Ranook masih menunggu dan menjaga pintu. Adik satu-satunya itu menangis, perasaannya pun ikut berantakan. Aura kuat sekaligus tajam kala di bangku penonton mulai pudar menjadi sosok seorang kakak berhati lembut. Naluri mengajaknya masuk lantas mendekap erat adiknya. Ia bisa merasakan betapa parahnya kelumpuhan rasa perempuan kecil itu.

"Mas Ranook minta maaf, El."

***

Photo by Daria Shevtsova

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Photo by Daria Shevtsova

Thank you || https://www.pexels.com/photo/village-during-golden-hour-6744385/

Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang