Hari Minggu: babak penyelesaian.
"Wah, ada dua jimat sekarang." Elok duduk memandangi bingkai lukisan dari bingkisan Riki kemarin. Gambar di depannya itu terlihat diciptakan dengan nuansa cerah. Dominan warna yang digunakan adalah oranye, kuning, dan merah. Seperti warna pagi hari saat sinar matahari mulai bergerak mengambil alih warna biru diganti warna hangat. Mirip pagi ini.
"Nih sarapan," kata Haira. Tangannya tulus mendorong troli tiga tingkat—yang pastinya dipinjam—dari dapur hotel. Ia mengisikan dua cangkir di paling bawah, makanan penutup dan camilan pada tingkatan kedua, lalu paling atas adalah piring untuk hidangan utama.
"Abis ngerampok, Ra?"
"Ini menu set, El. Nggak mau? Lumayan deh dua porsi."
"Wah ngerampok beneran ni anak."
Dua manusia itu akhirnya sarapan dengan tenang. Sampai menu utama habis, mereka meneguk minuman hangat dan lanjut ke makanan penutup. Saat itu, Haira menyodorkan makanan miliknya untuk Elok sembari mengatakan, "Jimat ketiga."
"Uu ...."
"Lo suka anggur kan? Tadi beneran gua rampok kalau ini."
"Pantes aja. Biasanya cuman tiga-empat biji. Ini mah kek gunung, mana isinya dua tangkai satu piring."
"Mau dibalikin?"
"Et. Harusnya tiga tangkai dong, Ra."
"Dasar! Ketua rampok."
Setelah menertawakan kejadian itu, tentunya Elok menyantap gunung buah anggur tersebut dengan hati bahagia. Haira memang tipe seseorang yang sangat lembut tetapi, perawakannya bak preman. Ia selalu memperhatikan bahkan hal-hal remeh seperti sarapan pagi ini. Sisi Haira tersebut benar-benar jelmaan malaikat.
***
Photo by Darina Belonogova
Thank you || https://www.pexels.com/photo/fresh-grapes-on-a-ceramic-plate-8789666/
YOU ARE READING
Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)
Teen FictionTokoh perempuan bernama Elok sudah memiliki karier yang ia mau. Akan tetapi, seketika hancur karena kuatnya otoritas keluarga. Kejadian itu membuatnya tidak lagi percaya akan dirinya sendiri dan hidup tanpa keyakinan bisa meraih keberhasilan kembali...