Berupaya Memenangkan Hari Terakhir

16 2 11
                                    

Hari Sabtu ada dua pertandingan. || Pagi: pertandingan merebutkan posisi 8 besar. || Sore: pertandingan merebutkan posisi 4 besar.

Hari itu adalah hari libur kerja bagi kebanyakan orang dewasa. Namun, berbeda dengan ayahnya yang menyandang status pekerja gila dengan memilih menghabiskan Sabtu-Minggu untuk tetap masuk. Beruntungnya, hal itu dominan menjelma sebagai bonus bagi Elok.

Ketika bersiap-siap tanding, ia menerima pesan dari Kak Verha, pengajar Elok. Kakak udah bilang Bapak kalau kamu ke sini mau belajar tambahan. Kak Verha amat peka akan kondisinya. Ia mengantisipasi jika saja terjadi sesuatu yang bisa menggagalkan semuanya. Ayah tiba-tiba pulang mengambil barang yang tertinggal, misalnya.

Berbekal pesan itu, diperkirakan ia bisa terus melaju dengan lancar. Targetnya adalah 4 besar. Ia sudah bersyukur bisa sampai putaran tersebut. Ia tidak keberatan harus mengikhlaskan hari Minggu untuk kembali bukannya bertarung di babak final.

Seketika dirasa selesai, Elok keluar kamar. Pertama kali yang ia lihat adalah paket di dekat pintunya. Ia memindai benda itu, siapa tahu milik kamar sebelah sebab tidak ada barang yang ingin dibelinya.

Ia jongkok membaca kertas berisi informasi alamat pada bungkus kardus tersebut. Namun, fokusnya langsung teralihkan saat muncul notifikasi dari ponsel. Ia membaca sebuah pesan yang tertulis: Mbak, di depan pintu ada bingkisan buat Mbak Perstevi.

Elok langsung meluncurkan panggilan kepada sang pengirim pesan, Riki. Setelah diangkat, ia mengatakan, "Buat apa nih?" Elok memutar pandangannya mencari keberadaan Riki. Ia curiga jika ternyata ia dijahili.

"Selamat untuk 4 besarnya, Mbak."

"Belum jadi main, Rik. Lu di mana?"

"Saya udah balik, Mbak."

"Nggak jadi suporter kayak kemarin?"

"Mbak Perstevi kan main pagi sama sore, nanti bakal banyak yang nonton."

"Iya, tapi kan ... beda."

"Nanti nggak jadi ngecengin Mbak Perstevi kayak kemarin kan saya malu, Mbak" kata Riki sambil tertawa garing.

"Kayaknya lawan kali ini lebih ngeri, lu bisa aja ngecengin gua kali ini karena kemungkinan menang kecil banget.

"Tenang aja, Mbak. Mbak Perstevi bisa."

"Nggak."

"Bisa," respons Riki keyakinan penuh.

"Gua butuh suara balon tepuk sama teriakan lu dan geng."

"Bilang aja butuh saya, Mbak. Saya ke sana sekarang."

***

Photo by Yulia Pribytkova

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Photo by Yulia Pribytkova

Thank you || https://www.pexels.com/photo/black-sedan-parked-beside-red-and-white-wall-8664598/

Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Where stories live. Discover now