Elok pulang. Ia kembali ke Desa Sangaleya—tempat ternyaman untuk meregangkan ketegangan setelah pertandingan. Hari ini, hari kedua ia tinggal. Elok duduk di bangku bambu buatan tangan terampil milik Kakungnya sendiri.
Tepatnya di halaman, ia mendekap angannya erat. Takdir masih saja mempermainkannya. Atau ... malah dirinya sendiri yang senang bermain bersama takdir.
"Ini, kolang-kaling anget," kata Kakung dari dalam sembari menyuguhkan sebuah minuman pada mug yang pas sekali menemani sejuknya angin pagi.
"Uu, kalau dibikin anget rasanya jadi beda ya, Kung?" jawab Elok setelah menyeruput minuman tersebut.
"Biasanya dibikin es ya?"
"Iya, hehe. Kemarin bikin pakai sirop, Kung. Enak rasanya tapi, ini kok enak plus kayak ... beda gitu."
"Iya, nggak papa. Emang semua rasa harus dicoba. Biar tahu rasanya masing-masing."
Benar, semua rasa harus dinikmati, apa pun tinggalan rasa di lidah musti ditelan pula karena telanjur. Minuman kolang-kaling anget itu membawanya berpikir terkait syukur dapat sampai di posisi kedua pertandingan tingkat tinggi. Walaupun, prinsip selalu menduduki status pertama langsung lengser. Sepertinya ia belajar menghadapi sesuatu dengan jimat baru, "Nggak papa ternyata, El."
"Kung, habis ini aku ngapain ya?"
"Petik buah? Cari kayu? Belajar masak?"
Elok terkekeh kemudian merespons, "Definisi mencoba semua rasa ya, Kung?"
"Ya itu pun kalau kamu udah nggak suka sama rasa yang kemarin."
"Kemarin?" Elok terheran.
"Misal saja kamu udah suka minuman pakai es sama sirop. Eh ketemu minuman anget, ngerasa rasanya enak dan beda. Tapi? Kalau ternyata es dan sirop masih jadi minuman yang kamu minum di keseharian, ya ... tetap aja minuman anget kalah, nggak akan bertahan, cuma singgah aja kenalan sama lidah kamu."
"Tapi, Kung ... menurut Kakung, Elok atlet yang baik?"
"Bagaimana kalau Elok mengesampingkan itu? Diganti dengan cocok atau sesuai."
"Contohnya, Kung?"
"Contoh, minuman dengan macam-macam sirop terbaik dari negara tropis dapat bintang 5 karena diproses menggunakan buah pilihan dan poin lain. Namun, air anget campur kolang-kaling manis aja sudah cukup bagi Kakung, berarti sudah itu saja. Itu yang paling cocok dan sesuai. Keberadaan sirop terbaik bintang 5 itu tidak berpengaruh sebab kakung sudah bertemu dengan sesuatu yang sesuai dan cocok. Ya, mungkin saja Kakung akan mencoba jika disuguhi tetapi, seenak apa pun rasanya tetap tidak bisa menggeser kolang-kaling anget minuman terbaik versi Kakung. "
***
Photo by Edward Eyer
Thank you || https://www.pexels.com/photo/photo-of-a-hand-holding-out-a-steaming-cup-2228889/
YOU ARE READING
Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)
Teen FictionTokoh perempuan bernama Elok sudah memiliki karier yang ia mau. Akan tetapi, seketika hancur karena kuatnya otoritas keluarga. Kejadian itu membuatnya tidak lagi percaya akan dirinya sendiri dan hidup tanpa keyakinan bisa meraih keberhasilan kembali...