Payung dan Perisai

13 3 0
                                    

"Kenapa Mbak Perstevi nggak nyerah saja, Pak? Saya lihat, nggak ada ruginya. Terjamin oleh keluarganya."

"Kayaknya nggak ada nyerah yang gratis, Rik," jawab Elok yang tiba-tiba memilih muncul.

Riki langsung membalikkan badannya ke arah sumber suara. Matanya tepat bertemu dengan tatapan tajam Elok yang terlihat telah menunggunya. Tidak terjadi percakapan ataupun adu mulut. Melainkan, perang sorot mata.

"Bapak yang nyuruh Riki nggak datang," kata Bapak Pelatih seketika Elok ingin membuka mulut mengikuti nalurinya bertanya.

Tatapan Elok tidak berpindah dari milik Riki. Ia masih teguh mempertahankan layaknya Riki. Perbedaannya hanya pada sirat arti: Riki yang bersalah dan Elok yang tidak berniat mengalah. Sampai akhirnya, Riki mengaku kalah dengan menundukkan pandangannya.

Melihat Riki begitu, Elok lantas merespons dengan napas berat. Ia menarik langkah berat mendekat, menggenggam pergelangan tangan kirinya, dan berterus terang, "Pak, jangan libatin Riki, dong."

"Perstevi, kamu pura-pura bodoh atau mati rasa?"

"Pak, bahkan saya nggak punya kesempatan buat mikirin berita itu."

"Bapak cuma takut kejadian itu terulang la—"

"Nggak akan, Pak. Jadi, jangan jadiin Riki tameng setelah Arren," sela Elok lalu mengganti genggaman dengan tangan kanannya. Lantas, mengajak Riki keluar gedung.

Elok memberhentikan setelah belok ke sisi kiri yang merupakan sisi keberadaan pintu masuk paling besar. Namun, pintu itu tidak akan dibuka kecuali akan digunakan sebagai tempat pertandingan antar akademi/pelatihan badminton.

"Kamu penasaran ini bercanda apa enggak kan?" kata Elok mencoba menafsirkan raut muka Riki saat itu. Kemungkinan dia kaget sekaligus bimbang apakah dia dijaili lagi.

Akan tetapi, Riki malah menjawab dengan topik lain, "Kamu?" Terdapat perubahan yang—ternyata—sangat dirasakan oleh Riki.

Elok terekspos kelabakan lalu merespons dengan imbuhan tawa paksaan, "Bercanda." Tanpa berlama-lama, Elok meninggalkan Riki. "Hari ini hari pertama traktiran," kata Elok sembari membalikkan badannya ke arah Riki dengan tujuan kembali mengajaknya makan di kafe depan gedung pelatihan. Dan, Elok terus berbalik juga berjalan mundur memastikan Riki benar-benar mengikutinya.

***

Photo by Dziana Hasanbekava

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Photo by Dziana Hasanbekava

Thank you || https://www.pexels.com/photo/white-umbrella-and-basket-with-flowers-on-sandy-coast-6401654/

Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Where stories live. Discover now