Dua atau Tiga Babak

14 2 4
                                    

Jumat malam: pertandingan merebutkan posisi 16 besar.

Giliran terakhir partai tunggal putri dilangsungkan sekitar pukul 18:30. Elok—dengan nama lapangan Perstevi—bertanding dengan atlet yang juga terkenal keambisiusannya di berbagai turnamen. Nama belakangnya Celzau.

Kedua pemain, Perstevi-Celzau, masuk lapangan. Mereka melakukan pemanasan bersama: menggunakan satu bola (kok). Mereka adalah partner ketika pemanasan dan lawan saat pertandingan.

Tidak terlalu lama, juri menghentikan sesi pemanasan lalu berunding menentukan pemukul bola pertama. Juga dipaparkan ketentuan-ketentuan demi permainan yang sportif. Dan, keputusan akhir jatuh kepada Celzau sebagai pemain yang memulai babak satu.

Selanjutnya, permainan dimainkan. Setengah babak memihak pada Perstevi—skor sementara 11:7. Kedua atlet beristirahat sejenak di pinggir lapangan sembari mendengarkan arahan pelatih.

Di sisi Perstevi, ada Bapak Pelatih yang selalu setia mengajukan diri sebagai pendamping atlet. "Hari ini termasuk hari berseling, jangan khawatir," petuah beliau. Perstevi mengangguk percaya. Bapak Pelatih tidak banyak menyarankan teknik-teknik agar permainan dimenangkan. Beliau percaya hari berseling akan memihak Perstevi sepenuhnya.

Kedua pemain menyeka keringat, minum, dan mengecek tali sepatu. Secepatnya mereka kembali masuk lapangan menyelesaikan babak satu. Mereka terlihat sama-sama menginginkan kemenangan. Jelas sekali, keuntungan baik material maupun sosial bisa meningkatkan prestise setingkat atlet profesional.

Sesuai kepekaan Bapak Pelatih, malam itu memilih Perstevi sebagai pemenang babak satu. Sekali lagi unggul, maka selesai sudah. Perolehan skor akhir yaitu 21:15.

Mereka berpindah sisi lapangan. Bola pun pindah ke Perstevi, ia akan berlaku sebagai pemulai babak dua karena berhasil memimpin di babak satu.

"Mungkin takdir akan kasih ganti rugi kejadian 3 tahun lalu di pertandingan kali ini, Perstevi."

"Saya sangat menantikan itu, Pak."

Pertandingan berlanjut.Celzau terlihat sudah kewalahan tetapi, ambisinya sama sekali belum padam. Memenangkan babak satu merupakan tujuan awal setiap atlet. Sebab, mentalnya akan lebih stabil jika berhasil mengantongi satu poin terlebih dahulu.

Kepercayaan diri Perstevi semakin meningkat karena kedudukan 1:0. Selanjutnya, ia berencana menjadikan 2:0 tanpa celah. Apabila Celzau mampu menang di babak dua sehingga skor 1:1, sudah pasti pertandingan itu akan sangat melelahkan bagi keduanya.

Babak dua terus dimainkan. Tanpa menyerah, Perstevi mempersembahkan semua teknik untuk melumpuhkan Celzau. Hingga pertengahan babak pun dipimpin oleh Elok—11:9. Dapat diasumsikan mereka saling mengejar karena jarak skor yang berdekatan. Mereka tidak membiarkannya terlalu jauh agar permainan sulit ditaklukkan.

Saat jeda, Perstevi melihat Riki duduk melambaikan tangan sambil tersenyum ke arahnya. Namun, ia tidak menanggapi hal itu. Sikap dingin Perstevi muncul bersamaan ketika merespons panasnya pertandingan.

Ia tidak akan banyak berbicara dan sebatas mengangguk saat diberi arahan. Akan tetapi, Bapak Pelatih tidak memberikan nasihat kali ini. Beliau hanya menepuk pundaknya juga memberikan senyuman kepada Perstevi.

Dua senyuman telah ia dapatkan. Mungkin saja senyuman itu bertindak layaknya bekal yang berisi doa dan harapan menuju 16 besar.

Bersambung ke permainan babak dua. Energi Celzau begitu meledak sampai-sampai Perstevi bergantian mengalami kewalahan dalam meladeni permainannya. Poin pun berhasil direbut. Skor unggul oleh Celzau 15:19. 

Perstevi mulai goyah dan terus memaksa berpikir secepat mungkin untuk strategi perlawanan. Nilai 19 adalah poin genting. Cukup 2 poin lagi maka permainan babak dua berakhir dimenangkan oleh Celzau. 

Celzau bersiap memainkan bola untuk memperoleh poin 20 lalu 21. Perstevi mengangkat tangannya setinggi pandangan mata sebagai tanda agar menunggunya sebentar. Ia mencoba mengontrol napas dan mentalnya.

"Ayo, El. Jangan mati dulu sebelum lihat pria tua itu menebus dosanya!" pikirnya.

***

Photo by Tanvir Araf

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Photo by Tanvir Araf

Thank you || https://www.pexels.com/photo/black-chess-piece-6041517/

Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Where stories live. Discover now