Kepiting dan Kerikil

7 2 3
                                    

Elok berbalik ke arah Haira dan kursi penonton dengan tangan menelungkup mulutnya. Matanya masih berbinar tidak percaya bahwa semesta se-nggak-bisa ditebak kayak gini.

Elok jongkok sembari menunduk. Ia membungkam mulutnya rapat lalu berteriak. Satu teriakan cukup untuk mengekspresikan syukur kepada sang maha.

Lantas, Haira menghampiri kemudian menanyakan mengapa tingkah lakunya demikian.

"Ra, gua masuk final tanpa tanding!" kata Elok sembari mendekap sohibnya itu.

"Aduh, El! Lo nyekek gua bego!"

"Maaf. Terlampau seneng, Ra."

Elok melepas pelukannya. Ia melanjutkan kegirangan dengan melompat-lompat kecil di depan Haira. Seperti anak ayam yang baru saja dikabulkan keinginannya oleh sang induk.

"Selamat, El. Tapi jangan kebablasan juga. Semesta adil ke siapa pun. Lo harus melek sama rencana nggak ketebak dari sang maha buat orang lain."

"Ra ...."

"Ya kan nggak tau lawan lo kenapa nggak dateng. Entah takdir nggak terduga apa yang dia terima sampai harus ninggalin semifinal."

***

Photo by Josh Hild

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Photo by Josh Hild

Thank you || https://www.pexels.com/photo/silhouette-of-trees-during-night-time-8185253/

Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang