Kekanak-kanakan

11 2 0
                                    

Selesai diketahui bahwa perut Elok dan Haira ternutrisi lengkap, mereka melakukan penjedaan sebelum melangkah pada kegiatan selanjutnya. Mereka menggeser dua kursi ke depan jendela kaca kamar. Lalu duduk menatap gedung dan beberapa warna hijau segar dari pepohonan.

Haira membuka percakapan karena ia mahir membaca pikiran Elok, "Kayaknya 4 besar aja nggak cukup, El. Kayaknya ya, kayaknya."

"Kenapa gitu?"

"Tanggung. Nggak naik ke podium."

"Biarin."

"Bego. Gimana cara bokaplu lihat kalau medalinya kagak nampak?"

Elok berdiam sejenak, ia selalu mencoba meresapi perkataannya setiap membahas hal serius. Haira bukan menekankan pada eksistensi Elok melainkan capaiannya. Layaknya medali yang diharapkan pada turnamen kali ini.

"Ra, gua udah bersyukur bisa main kali ini. Nggak kayak 3 tahun lalu. Boro-boro masuk 4 besar, masuk lapangan aja enggak," respons Elok dengan suara pelan. Setelahnya, ia terlihat sedang berpikir dan berusaha melanjutkan. Untuk itu, Haira masih memperhatikan juga tidak menyelanya.

Suasana perlahan berubah. Haira spontan menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu sebab Elok mulai terisak. Turnamen 3 tahun lalu seharusnya menjadi ajang pembuktian kepada ayahnya. Elok akan diizinkan untuk memilih jalan hidup sebagai atlet jika berhasil masuk 4 besar. Cakupan pertandingan tersebut amat luas sehingga, 4 besar saja dinilai sudah sangat membanggakan.

Namun, Elok tidak menyangka bahwa seseorang yang ia hormati tega mengarahkannya pada lantai paling licin agar tersungkur keras. Ayah Elok sengaja menjadi salah satu sponsor dari pertandingan 3 tahun lalu agar terpetik asap yang selanjutnya menjadi biang kobaran api sebelum putrinya masuk bertanding.

Semua pihak terkait: penyelenggara, media, dan suporter mengetahui Elok mempunyai hubungan dekat dengan pemberi sponsor. Tidak lama, namanya mulai tersebar di berbagai media suruhan.

Bisa ditebak bahwa ada pihak yang menghasut dan memanfaatkan keadaan tersebut. Penghasut itu dipastikan seseorang yang paham betul lemahnya kondisi mental Elok.  Penghasut memelintir sebuah sponsor adalah sogokan agar kemenangan Elok bisa ditentukan sedari awal.

Upaya mereka berhasil membuat Elok bersedia digiring untuk kabur. Atlet 17 tahun itu memilih menyerah pada ketentuan takdir. Baginya, angka 17 belum menuntutnya berpikir jernih dan lebih tenang. Dengan serampangan, ia malah masuk jebakan dan seakan membenarkan nilai sebuah sponsor adalah sama dengan sogokan.

***

Photo by Marina Leonova

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Photo by Marina Leonova

Thank you || https://www.pexels.com/photo/green-grass-field-under-cloudy-sky-9374211/

Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang