Sehari Sebelum Pertandingan

13 3 2
                                    

Hari Kamis: satu hari sebelum turnamen.

Jam 10 pagi kala itu, Elok sudah melakukan registrasi penginapan. Ia berjalan menuju kamarnya dan berencana tidur karena sebelum matahari muncul, ia sudah bersiap berangkat. Beruntungnya, nasib baik masih berada di pihaknya. Kamar pojok hotel selalu menjadi pilihan terbaik dan takdir membiarkan posisi itu kosong sampai Elok menunjuknya.

Selepas identifikasi kartu, Elok masuk dan meletakkan tas raketnya pada bagian dalam–bawah lemari. Kemudian, mengosongkan gantungan di atasnya. Raket masih berstatus yang tersayang, jadi ia senantiasa melindungi serta tidak membiarkannya tertimpa barang sedikitpun.

Untuk baju, ia hanya membawa beberapa kaos lapangan yang sudah tersimpan di dalam tas raketnya. Untuk pakaian upacara pembukaan, ia telah mengenakan kemeja dari rumah. Jangan mengharapkan Elok memakainya dengan rapi. Ia mengenakan kaos dengan kemeja tanpa dikaitkan kancingnya. Baru ketika upacara akan dilangsungkan, ia merapikannya.

Sesudah itu, ia berjalan menuju meja panjang yang menepi ke tembok. Elok mengisi teko elektrik dengan air mineral gratis yang tersedia lalu menyalakannya. Sebagai atlet, ia tidak diperkenankan terlalu sering mengonsumsi air kulkas atau air dingin lainnya. Ia terbiasa minum air putih biasa, tetapi belakangan ini, Elok mulai menyukai minuman hangat. Sesaat air telah mendidih, ia mulai menyeduhnya dengan serbuk vitamin.

Kegiatannya hari ini hanya ada pada siang nanti. Elok harus mengikuti upacara pembukaan tersebut sekaligus pengecekan kehadiran peserta untuk pertandingan besok. Itu saja. Jadi, tidak mengagetkan jika Elok hanya berganti-ganti antara rebahan, nonton, minum, dan duduk. Sampai akhirnya ia lelah lalu tertidur dengan televisi yang masih menyala.

Ia terlambat jika saja Riki tidak membangunkannya siang itu. Katanya, Riki bisa masuk atas bantuan pegawai penginapan. Tentu, kekagetannya berhasil membuat matanya terbuka lebar. Ia beruntung lagi karena terhindar dari denda.

"Mbak, kancingnya."

"Ah iya. Rik, dokumen gua," kata Elok tatkala menyadari hanya membawa badannya.

"Udah saya bawain ini, Mbak."

Elok mengangguk dan menurut. Ia kentara merasakan ada keanehan. Akan tetapi, kesadarannya belum sepenuhnya menyala. Belum sampai memikirkan bagaimana Riki mengetahui letak dokumennya ada di tas raket bagian depan. Dan, keberadaannya padahal tidak berpartisipasi di turnamen ini.

***

Photo by Matheus Bertelli

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Photo by Matheus Bertelli

Thank you || https://www.pexels.com/photo/red-ceramic-cup-and-kettle-served-on-wooden-counter-in-coffee-shop-3856044/


Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Where stories live. Discover now