Angin sejuk dari luar jendela perlahan menghangat saat sinar jingga mulai mengambil alih. Dilihat lagi, air mata Elok pun sudah berubah menjadi tekad. Tanda ia bisa memulai hari penuh kehangatan itu dengan tubuh yang dirasa lebih kuat.
Haira, seseorang yang sudah sejak lama memberikan dukungan penuh kepada Elok, mengajak keluar untuk hadir ke gedung pertandingan. Mereka menempuhnya dengan jalan kaki. Hanya perlu sekitar 7 menit lalu sampai. Waktu tersebut sekaligus waktu pemanasan. Elok bisa lari-lari kecil, peregangan, atau gerakan lainnya. Cukup membantu daripada hanya diam berjalan.
"Eh! Pagi-pagi udah ada ambulans, Ra. Merinding serius," kata Elok spontan saat mendengar bunyi sirine dan ambulans melewati jalur yang mereka tempuh.
"Takdir semesta bener-bener nggak ketebak."
"Kok lewat kawasan turnamen ya, Ra? Jangan-jangan panitia atau ...," duga Elok.
"Huss. Lanjut pemanasan aja, bentar lagi nyampe."
Elok menuruti dan kembali fokus karena memang benar puncak dari gedung sudah terlihat. Di sisi lain, Haira masih konsisten menemani dari belakang tidak jauh jaraknya. Tidaklah sulit baginya untuk mengatur ritme dengan Elok sebab ia pun seorang atlet. Ia adalah perwakilan dari cabang olahraga bela diri.
Beberapa waktu sampai pertandingan hendak dilangsungkan.
Terlihat Elok telah siap masuk lapangan. Sekarang ia berada di tepi dan tinggal menunggu panggilan wasit. Akan tetapi, dari tengah lapangan nampak raut wasit dan panitia yang tidak biasa—bukan raut serius tanda permainan segera dimulai.
Tidak lama kemudian, Elok didatangi panitia atas arahan wasit. "Dengan atlet tunggal putri Elok Perstevi?"
"Saya, Kak?"
"Kamu langsung maju babak final karena lawan kamu gugur, nggak bisa hadir. Sekarang tinggal nungguin partai kedua selesai, terus kamu masuk lapangan buat tanding sama pemenang partai yang main ini nanti ya. Bisa dipahami?"
"Serius, Kak?" respons Elok. Ia mencoba memastikan kabar menggembirakan ini adalah valid. Saat itu, ia benar-benar menampakkan raut bahagia dari hasil raut tidak biasa wasit dan panitia tadi.
"Iya, silakan persiapan diri ya. Mungkin bakal dimulai sekitar pukul 10."
"Terima kasih banyak, Kak."
Momen tersebut sungguh langka. Perempat final merupakan posisi yang diidam-idamkan banyak atlet. Mustahil disia-siakan begitu saja. Jadi, bisa dibilang ... menang sebelum bertanding adalah keberuntungan tak terduga yang pastinya amat menguntungkan penerimanya.
***
Photo by Nothing Ahead
Thank you || https://www.pexels.com/photo/photo-of-ambulance-parked-near-trees-3584099/
YOU ARE READING
Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)
Teen FictionTokoh perempuan bernama Elok sudah memiliki karier yang ia mau. Akan tetapi, seketika hancur karena kuatnya otoritas keluarga. Kejadian itu membuatnya tidak lagi percaya akan dirinya sendiri dan hidup tanpa keyakinan bisa meraih keberhasilan kembali...