Takdir Pemilik Medali

16 3 3
                                    

Keesokan harinya, 3 hari sebelum pertandingan, Elok mengikuti jadwal kelas. Ia duduk di bangku belakang paling kanan. Suguhan selama penyampaian materi adalah keaktifan mahasiswa muda yang masih membara gejolak belajarnya. Di sisi lain, Elok memutuskan diam karena statusnya mengulang atau mahasiswa tua.

Di akhir kelas, profesor melakukan absensi terakhir. Aksi kabur di pertengahan kelas seperti izin ke toilet kemudian hilang adalah penyebabnya. Bisa dibilang, mahasiswa yang bertahan memiliki peluang lebih besar untuk otomatis tidak mengulang karena profesor mengutamakan adab. Jadi, merupakan kesempatan bagi banyak mahasiswa baik paham atau tidak sama sekali materinya—yang penting lulus.

Semua mahasiswa dipanggil satu per satu dan sampai pada gilirannya. Profesor memanggil, "Elok Perstevi?"

"Hadir, Prof." Elok mengangkat lengannya.

"Nanti setelah kelas temui saya di ruang dosen ya."

Panggilan ditambah embel-embel itu membuatnya membatin, "Mampus gua." Ia hanya merespons dengan anggukan setuju.

Tidak lama, kelas ditutup. Elok segera membuntuti profesor ke ruangannya. Sesampainya di sana, Elok dipersilakan duduk di kursi rotan di depan meja kaca milik beliau.

"Kamu atlet yang kemarin maju atas nama kampus ya?"

"I—iya, Prof."

"Saya dengar, kamu mengulang satu tahun karena lebih memilih jadi atlet."

"Betul, Prof."

"Kamu yakin cita-cita lebih penting daripada kuliah?"

"Apa ... Profesor akan menceramahi saya kalau kuliah lebih penting daripada cita-cita saya?" respons Elok.

"Kalau kamu mau ada turnamen lagi, bilang saja sama saya dan dosen mata kuliah yang kamu ikuti. Pasti diizinkan. Toh, kamu bawa penghargaan buat kampus."

Mata Elok berbinar karena prasangkanya salah. Ternyata selain peka materi, profesornya itu juga peka kondisi mahasiswanya. Senyum lebarnya kemudian diikuti ketulusan berterima kasih akan dukungan beliau.

"Pemain tunggal putri sangat jarang sekarang. Saya berharap kamu bisa membuka gerbang baru kejayaan bulutangkis terutama tunggal putri ya."

"Baik, Prof. Saya pastikan saya akan menang. Menang dengan ... keren," jawab Elok sembari tidak bisa menahan senyum dari kebahagiaan hatinya.

"Tidak harus berjanji begitu. Sebetulnya kamu sudah menang, bukan? Takdir yang selama ini kamu upayakan sudah jadi milik kamu sejak kamu mengupayakan itu. Jadi, menang atau kalah tidak begitu bermasalah. Kamu tetap menggenggam takdir sebagai atlet bahkan tanpa medali, betul?"

***

Photo by Nataliya Vaitkevich

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Photo by Nataliya Vaitkevich

Thank you || https://www.pexels.com/photo/close-up-shot-of-a-gold-medal-on-a-black-surface-6120397/


Toko Buku di Desa Sangaleya 7 (SELESAI)Where stories live. Discover now