BAB 9 : Her Feeling

5.4K 442 59
                                    

Happy Reading.


Salsha mengerjapkan matanya perlahan, membuat orang-orang yang setia berada di sampingnya sejak tadi langsung terkesiap. Al yang berada di sisinya sejak tadi pun memencet bel guna memanggil petugas medis.

"Salsha..." Al memandang adik semata wayangnya dengan rautan panik.

Gadis bersurai cokelat itu memandang dirinya dengan sendu, meski banyak yang hendak ia utarakan namun bibirnya terlalu kelu untuk mengucapkan sepatah kata.

Dokter pun datang bersamaan dengan dua perawat beberapa menit kemudian. Salah seorang perawat menyuruh agar Al, Daniel, Steffi, dan juga Jeha untuk keluar, memberikan ruang bagi dokter untuk mengecek kondisi Salsha.

"Lo yang tenang, adek lo gak akan kenapa-napa, Al," ucap Daniel yang tak tega melihat kawannya itu dilanda rasa gelisah.

Al menoleh, "Gimana gue bisa tenang disaat adek gue hampir kritis!"

Daniel hanya bungkam dengan kemarahan Al. Dia cukup paham bagaimana tabiat kawannya sejak kecil itu. Sementara Jeha dan Steffi keduanya tampak kaget mengingat sosok lelaki yang bahkan dikenal pengasih itu membentak seseorang.

"Weits, ada apa nih? Kok mukanya tegang gitu?" El yang baru saja datang dengan sekantung makanan ringan itu membuat mereka menatapnya.

"Iya nih, mukanya tegang banget, kendorin dikit dong. Enek gue liatnya!" Memang pada dasarnya bocah kurang asupan pengajaran moral ya begini lah hasilnya. El menatap ke arah adiknya yang sama sekali tak memiliki rasa bersalah. Padahal usianya masih bocah.

"Eh bocah! Sopan dikit sama yang lebih tua! Gue bilang mama ntar mampus lo!" ancam El yang sayangnya ditanggapi kerutan oleh adiknya, Dul.

"Emang susah ya punya abang yang masih bocah, udah bocah, katrok lagi. Udah gak jamannya main ngadu kek begitu!"

Refleks El memukul kepala adiknya dengan kaleng soda yang telah kosong. "Sumpah! Gue bilangin mama biar lo disuruh ke rumah eyang!"

Mendengar kata eyang membuat Dul langsung melipat bibirnya. Laki-laki berambut keriting itu memilih untuk merangsek ke Al, menjauhi kakaknya yang masih setia melotot.

"Lo berdua ya, gak ada akur-akurnya!" Daniel menggeleng disertai cengiran khasnya.

"Tobat gue, Niel dapet adek modelan begini."

Daniel tertawa. Lelaki yang memang gemar tertawa di setiap suasana itu membuat Steffi tanpa sadar menahan napasnya. Gadis yang masih berseragam itu menatap ciptaan Tuhan yang satu ini dengan tatapan memuja tanpa sadar ponselnya bergetar sedari tadi.

"Ck," decaknya tanpa sadar karena mendapat kiriman pesan yang sama sejak lima menit yang lalu.

"Kenapa, Dek?"

Steffi menoleh menatap Daniel yang juga memandangnya. Bukan Daniel saja, semuanya juga menoleh termasuk juga Jeha.

Steffi meringis, "Gak apa-apa, Kak. Ini mama sms suruh pulang."

"Dijemput?" tanya Al kali ini.

"Enggak, Kak."

"Terus pulangnya naik apa?"

"Biar aku cari taksi di depan. Pesen gojek juga bisa kok Kak Al."

Al menggeleng, "Jangan! Biar Kakak anterin aja ya. Ini udah jam delapan malem loh."

"Ehh.. gausah Kak, entar akunya ngerepotin, lagian kan kakak masih harus nunggu Salsha."

"Yaudah biar gue aja yang nganter dia." Steffi mendongak menatap ke arah Daniel yang menawarkan padanya. "Iya biar gue aja, Jeha mau dianter sekalian?" tanya Daniel kemudian.

My Sweetest ExWhere stories live. Discover now