BAB 28 : They're Miss Each Other

6.7K 466 71
                                    

⚠️Sebelum membaca part ini, disarankan baca part 27 lagi. Maaf karna pergolakan hati alurnya diubah.


Happy Reading.




Lima tahun setelahnya. 

"Kok malah diem sih? Gue gak mau tau ya pokoknya lo harus dateng di acara reuni itu!" Suara sentakan itu membuat lamunan Iqbaal buyar. Lelaki itu mengembuskan napas hangat di tengah dinginnya kota Berlin.

"Gak tau," jawabnya ragu.

Kedua sahabatnya yang terpaut jarak ribuan kilometer itu nampak membola di balik layar laptop.

"Ini kan udah waktunya lo balik! Emang lo gak kangen sama kita hah!"

"Iya nih, lagian nih ya buat apa berlama-lama di negri tetangga kalau negri sendiri lebih enak," kata Bastian sok iya.

Iqbaal menarik alisnya ke atas kemudian tersenyum remeh, "Iya udah yang lagi demen sama sayur kol!"

"Ih apaan! Aldi tuh lagi suka ngecover lagunya," elak Bastian.

Iqbaal tertawa puas. Jikalau boleh jujur dia sebenarnya rindu dengan tanah kelahirannya. Rindu dengan sesak dan padatnya ibukota Jakarta. Dia pun juga masih menyimpan setitik rindu untuknya.

"Tapi beneran lho, Baal, kali ini lo harus ikut reuni karna ini angkatan lima tahun sekaligus. Ya ngebayangin lah gimana nanti penuhnya resort yang udah dipesen? Nyesel kalo lo gak dateng!" kompor Kiki yang tiba-tiba menyempil di antara mereka.

"Gue masih harus ngurus berkas berkas di sini, Bang."

"Bohong banget! Wisuda lo udah dari sebulan yang lalu ya, udah gak usah ngelak. Lagian nih ya, belum tentu dia dateng ke acara reuni itu!" sahut Aldi

"Dia siapa? Salsha ya?" sahut Bastian. 

Iqbaal jadi diam mendengarkan. Entah mengapa dengan mendengar namanya saja Iqbaal jadi teringat dengan si gadis yang masih membekas dalam tiap harinya. 

"Udah lupain aja, lagian dia kan udah bahagia sama pacar barunya," kata Bastian enteng.

Udah lupain aja.

Udah lupain aja.

Udah lupain aja.

Kenapa kata itu bisa terucap mudah namun tak bisa sejalan dengan kenyataan? Harusnya Iqbaal memang melupakan dia. Iya. Harusnya! Karna untuk alasan apapun Iqbaal bahkan tak punya nyali untuk menghubunginya. Tampak seperti pengecut yang hanya mampu berdiri di balik pintu.

"Gak baik menghindar dari masalah mending dituntasin baik-baik biar gak jadi beban," kata Kiki.

Iqbaal tersenyum, "Masalah apasih? Lagian kita juga putus baik-baik kok," tampiknya.

Aldi mendecih, "Baik pala lo putung? Lo sama dia saling menghindar. Heran gue, lo suka sama dia, dia suka sama lo, tapi dia malah jadian ama bule di sana. Dan lo? Tetep sama angan. Kalian itu kalah sama ego, sama-sama cinta tapi milih buat nyakitin diri masing-masing."

"Nah betul kata si batak! Sampe kapan lo mau stuck di ego lo, bro. Lo ini cowok lho! Berhak buat perjuangin perasaan lo. Masa sama bule begitu aja langsung cicay," sahut Bastian. 

"Setelah apa yang gue lakuin ke dia? Gue bukan letoy karna pacar baru dia. Gue cukup tahu diri untuk biarin dia bahagia walau bukan sama gue."

Kiki tampak memasang wajah lelah, lelaki paling bijak di antara keempatnya itupun mulai angkat bicara. "Maksud Bastian bukan gitu, Baal. Bastian tuh pengen setidaknya lo coba sekali untuk bilang ke dia karna itu lebih baik dari pada lo diem gini," katanya tenang.

My Sweetest ExWhere stories live. Discover now