BAB 11 : Can We Be Friend?

6.1K 490 94
                                    

Happy Reading.

Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, Salsha memilih untuk pulang ke rumah. Alasannya gampang, dia rindu Iqbaalnya dan satu-satunya jalan agar ia dapar bertemu dengan laki-laki itu adalah bersekolah. Salsha mengabaikan akan ketidakpedulian laki-laki itu yang bahkan tak mengirim pesan tuk sekedar menanyakan kabarnya. Salsha tak perduli. Bukankah dari dulu Iqbaal memang begitu? Laki-laki itu tak perhatian bahkan saat Salsha jadi pacarnya.

"Kamu yakin mau sekolah? Kepalanya gak pusing, Dek?" Kak Yuki—yang sejak tadi sibuk melontarkan kalimat khawatir itu membuat Salsha menggeleng.

"Gak apa-apa, Kak. Udah sehat nih!" Salsha menunjukkan senyuman lebar, menggerakkan tangannya mengayun seolah dapat meyakinkan kedua orang di depannya itu.

"Kalo kamu sakit, istirahat di UKS. Telepon Kak Al kalo ada apa-apa," sahut Al disela-sela kegiatan menyetirnya.

Salsha hanya berdehem. Mendapat persetujuan dari kakaknya untuk kembali sekolah sangatlah sulit. Ia bahkan telah mengeluarkan jurus merengeknya, namun kakaknya menolak hingga akhirnya dia meminta bantuan pada Yuki.

"Oh ya, si Iqbaal kemarin enggak jenguk, ya? Kalian lagi berantem?"

Salsha mengalihkan pandangannya pada Al yang menatapnya lewat kaca. Salsha hanya tersenyum yang diartikan iya oleh sang kakak. Lelaki itu menghela napas, tidak berkomentar juga. Akhirnya, perjalanan menuju sekolahnya ditemani keheningan.

***

Ketika Salsha berjalan melewati koridor sekolah, tatapan dari siswa dan siswi tak lepas padanya. Mereka hanya diam menatap dirinya, tak berbisik ataupun menggosip tentangnya. Well, siapa murid di SMA Garuda yang berani padanya? Tanpa sadar, dia tersenyum miring dan melangkahkan kakinya menuju kelas.

Teman sekelasnya pun begitu, mereka menatapnya tanpa ada yang menyuara untuk sekedar bertanya bagaimana keadaannya sekarang. Salsha hanya acuh. Lagipula dia tak butuh bentuk keperdulian dari mereka.

Netranya bergerak menatap ke arah bangkunya. Sepersekian menit kemudian, ia mengkerut karna mendapati Steffi duduk di tempat lain. Meski heran, ia berjalan mendekat ke arah Jeha.

"Lo udah baikan?" tanya gadis manis berkuncir itu.

Salsha tersenyum tipis dan mengangguk kemudian menaruh tas, "Salsha gak pernah kenapa-napa," katanya sinis, "oh ya, tuh anak kenapa? Masih gondok?" lanjutnya sembari melempar kode ke arah Steffi.

"Iya. Semenjak kejadian itu, dia pindah ke bangku sana, gue juga heran awalnya."

"Ck... jadi setelah gak jadi temen gue pindah kek gengnya Bella? Yang bener aja," kata Salsha mendecih.

"Emang kenapa?"

Salsha mengangkat bahu acuh, enggan menjawab lontaran pertanyaan heran dari Jeha. Gadis itu memilih duduk di samping Jeha dan hanya menopang dagu, diam.

***

"Gue ke kamar mandi dulu. Lo pesenin yang kayak biasa ya, nih bawa dompet gue." Setelah bel istirahat berbunyi, keduanya—Jeha dan Salsha—bergegas keluar dari suasana yang kelas membosankan.

"Sha!!!" Belum juga Jeha bertanya, sahabatnya itu langsung berlari menuju lorong yang berlawanan. Akhirnya, Jeha pun terpaksa meneruskan jalannya ke kantin. Sendiri tentunya.

My Sweetest ExWhere stories live. Discover now