BAB 14 - One Time

4.9K 398 76
                                    

Happy Reading.

Jemarinya bergerak mengusap satu dari sekian banyaknya tumpukan gambar di tangannya. Bibirnya tersungging tipis namun matanya menyiratkan sebuah tatapan kesedihan. Salsha hanya menatap potret laki-laki itu. Melamun mengenang kilatan kisah lalu yang tinggal kenangan.

"Adek..." Suara itu membuat lamunannya buyar. Dia menatap sosok perempuan yang saat ini menyembulkan kepalanya di pintu yang sedikit terbuka. "Kakak boleh masuk?" tanyanya kemudian.

"Ah iya, Kak, masuk aja." Tangannya bergerak cepat menutup kotak yang ada di pangkuannya kemudian menaruh kotak itu di bawah lantai.

"Kakak ganggu ya?"

Salsha menggeleng, "Enggak kok, Kak Yuki sini aja, aku malah seneng kalau ada temennya."

Yuki menutup pintu kemudian berjalan menuju Salsha yang duduk di pinggir ranjang, matanya sedikit melirik ke arah kotak biru yang cepat-cepat Salsha singkirkan tadi.

"Kenapa kotaknya ditaruh bawah?"

Salsha melirik kotak itu kemudian tersenyum paksa, "Gak apa-apa, Kak, bukan barang penting juga."

Yuki mengangguk-sok percaya, meski nyatanya ia tahu jika ucapan Salsha berbanding terbalik.

"Kak Yuki mau jalan sama Kak Al?"

"Enggak, Dek, kakak kamu kan abis ini ujian semester masa main mulu sih?"

Ah, padahal Yuki tidak tau saja jika tiga hari ini kekasihnya itu rutin keluar malam dengan si mobil kesayangan. Salsha membatin dalam hati, namun tak tega juga jika harus mengadu.

"Kamu sendiri gak jalan sama pacar? Siapa itu namanya? Iqbaal ya?"

Salsha tersenyum tipis, "Iya, dia lagi sibuk," sama yang lain, lanjutnya dalam hati.

Yuki hanya mengangguk kemudian mengalihkan atensinya pada televisi yang menganggur. "Kakak nyalain tv-nya boleh?"

"Silahkan aja, oh ya, Kakak mau minum apa biar aku ambilin."

"Eh, gak usah tadi udah dibikinin sama Bu Nunuk."

"Oh yaudah."

Setelahnya kedua gadis itu larut dalam kegiatan masing-masing, Yuki yang menonton acara komedi dan Salsha mengamati Yuki. Kiranya apa yang spesial dari gadis ini hingga kakaknya begitu jatuh pada pesonanya. Di menit awal, Salsha belum menemukan sesuatu istimewa namun ketika suara tawa kencangnya terdengar-yang mana membuat dia refleks memegang jantungnya.

Sedikit saja penggambaran Yuki dari Salsha, menurutnya gadis yang masih mempunyai darah Jepang itu adalah sosok yang luar biasa sederhana. Sederhana bukan hanya dari segi ekonomi saja, melainkan juga sederhana dalam menanggapi sesuatu, berpikiran, dan bertutur kata. Gadis yang jauh dari kata jaim itu sukses membuat atensi Salsha teralih ketika pertama kali kakaknya mengenalkannya.

Seperti yang kalian tebak, Salsha tentu merasa tak suka pada Yuki di pertemuan pertama. Oh ayolah, kakaknya yang tampan dan idola ini punya segalanya, termasuk kharisma luar biasa yang bahkan bisa menggebet gadis sosialita manapun. Namun ketika, fakta jika kakaknya berpacaran dengan anak seorang yang menggantungkan kehidupannya dari uang hasil berjualan mie ayam tentu membuat ia tak setuju.

Salsha merutuk, benar kata Steffi, dia egois. Salsha tersenyum kecut ketika mengingat ia pernah menjadi penyebab Kak Al masuk rumah sakit. Tebak karena apa? Karena ia menyuruh lelaki itu memutuskan Kak Yuki. Kak El-sepupunya bilang, jika kakaknya menabrak bahu jalan karna hilang konsentrasi. Dan ya, Salsha jelas tahu siapa dalang pembuyar itu.

Salsha baru sadar sejak saat itu, jika kepribadian seseorang tak bisa ditentukan dari tempat strata mereka berada. Tak peduli bagaimanapun bentuk wajahnya, baik buruknya, jika hati berkehendak maka semesta pun akan tahu bagaimana ujungnya.

My Sweetest ExWhere stories live. Discover now