BAB 15 - I am Promise!

5.1K 396 87
                                    

Happy Reading.

Semilir angin berembus pelan, hawa dingin dan udara yang bebas dari pencemaran itu membuat dua anak manusia menikmati panorama alam sekitar. Iqbaal menoleh ke arah Salsha yang hanya diam sejak tadi. Gadis berhidung mancung itu menatap ke arah deretan pohon cemara yang berdiri dengan anggunnya, diramaikan oleh suara kicauan burung yang berlari kesana kemari.

"Are you fine?" tanya Iqbaal yang sudah tak lagi betah dengan suasana hening.

Salsha menggeleng, gadis itu bahkan tidak menjawab ke arah Iqbaal ketika ditanya.

"Bohong," tuduh Iqbaal tangkas, "kamu kenapa?" tanyanya lagi.

Salsha menoleh, menatap ke arah si iris karamel yang sejak tadi memandangnya lekat. Gadis itu menyunggingkan senyum tipis, kemudian berkata, "Aku gak apa-apa, i swear."

"Harusnya kamu cerita ke aku kalau ada masalah. Mungkin aku bisa bantu, kamu gak harus simpan semuanya sendiri."

Salsha berdehem, ada sesuatu hal yang mengganjal. Oh ayolah! Masih ada status lain yang melekat di diri laki-laki itu.

Setidaknya, dia perlu menjernihkan pikirannya sebelum membuat amunisi yang kuat untuk mendepak status Vanessa di hidup Iqbaal.

"Pulang yuk, udah mau malem, besok sekolah kan?"

"Besok classmeet, berangkat jam delapan juga gak apa-apa."

Iqbaal mendelik kemudian menarik pipi kanan Salsha, "Kata siapa boleh berangkat jam delapan? Walaupun ada kegiatan classmeet, jam masuk sekolah masih tetep kayak biasa."

"Ihhh... Sakit tau!" Salsha meronta berusaha melepaskan tangan Iqbaal yang menarik pipinya.

"Kalo kamu janji bakal dateng tepat waktu dan gak bikin ulah!"

"Iya ih! Lepasin Baal nanti pipiku tambah lebar!"

Iqbaal tertawa masih belum melepaskan tangannya dari pipi Salsha, malahan ia menambahkan satu tarikan di pipi kirinya.

"Sakiiiiit Baal!"

"Kamu lucu kalau kayak gini."

Salsha merengut membuat Iqbaal semakin gemas dan tertawa karena melihat bibir si gadis yang semakin manyun karena kedua pipinya ia tekan secara bersamaan.

Senja itu, biarkan keduanya saling berbagi tawa bersama. Tanpa adanya orang lain, pihak ketiga, keempat, atau pihak lainnya. Biarkan mereka saling tertawa bahagia, sebelum tangis merenggut segalanya.

***

"Kamu ada di mana?" Iris rusanya menatap intens ke arah sang kekasih yang menggengam tangan gadis lain.

"Aku lagi nemenin Mami ke Supermarket nih, kenapa Sayang?"

Perempuan itu tertawa remeh, tanpa suara dengan pandangannya yang mulai nanar.

"Serius?"

"Iya Sayang, kamu kenapa? Mau ditemenin ke mana?"

"Sejak kapan Mami kamu pakai seragam sekolah, rambut di curly?"

Dari jarak lima meter ia bisa melihat jika lelaki itu menolehkan kepalanya ke arah kanan dan kiri, seolah menelisik sudut restoran. Perempuan itu tertawa membuat kekasihnya-langsung melepas genggaman tangannya dengan gadis lain.

"Arah utara."

Dan sesuai dugaan lelaki itu, kekasihnya langsung menemukan dirinya. Dia tersenyum-ah, tepatnya senyuman pedih.

My Sweetest ExOù les histoires vivent. Découvrez maintenant